14. Pretend

26.7K 3.9K 88
                                    

I became Grand Duke's Sister
~

"Bibi, mari kita bicara di bawah." Ucap Ruha sigap memenangkan situasi tegang di antara mereka.

Mauren mendesah kecewa. "Kau harus menjelaskan banyak hal. Aku menunggu di ruang bawah." Tatapannya jatuh pada tangan Cael yang memeluk erat lengan Ruha.

Mauren tidak tahu apapun karena itu dia marah tetapi bukan tanpa alasan dia kelihatan marah dan sekecewa itu. Siapa yang tidak akan kaget melihat kakak angkat yang seharusnya menjaga adiknya dengan baik justru kedapatan sedang berciuman?

Ruha menggigit bibir dan perlahan melepaskan tangan-tangan Cael dari lengannya. "Bibi akan marah." Ujarnya pada laki-laki itu.

Satu alis Cael terangkat. "Wanita itu adalah bibi kita? bibi Mauren, kan?"

"Iya, dia bibi Mauren. Kau mengenalnya?"

Cael mengangguk. "Aku ingat dia tapi tak yakin kapan bertemu terakhir kali. Memangnya kenapa kalau dia bibi kita? jelas-jelas kita suami--"

"Jangan katakan apapun di depan bibi Mauren tentang kita." Ucap Ruha memotong perkataan Cael, rencana lelaki itu sangatlah konyol. Bibi Mauren mungkin akan pingsan di tempat kalau Cael sampai bicara seperti itu.

"Mengapa tidak boleh?" kilatan gelap itu menandakan kemarahan dan kecurigaan, Ruha melihatnya di mata Cael.

"Karena..." ia menjeda, menusukkan lidahnya ke bagian dalam pipi lalu berseru. "Kita menikah diam-diam!"

"Kalau begitu ayo beritahu sekarang pada bibi Mauren kalau kita sudah--"

"Jangan!"

Senyum semringah di wajah Cael memudar seketika terganti menjadi wajah cemberut sambil menatap Ruha. "Mengapa tidak boleh?" tanyanya pada gadis itu. "Kenapa jangan?"

Ruha menyengir sambil garuk-garuk kepala karena kembali dibuat bingung. "Karena... menikah muda itu tidak boleh, bibi bisa marah pada kita dan..." Kehabisan kata, Ruha menggantungkan kalimatnya disana.

"Dan apa, Ruha?" Cael masih penasaran malahan perasaan ingin tahunya bertambah jadi tiga kali lipat karena mendadak Ruha menghentikan ucapannya.

"Nanti kucium sebagai gantinya tapi syaratnya kau harus diam dan mengangguk kalau bibi Mauren sedang bicara, setuju?"

Cael mengembangkan senyum lebar seraya menunjuk bibirnya sendiri. "Cium disini ya, Ruha?"

"Iya iya!"

"Baiklah." Cael menyetujui perintah Ruha, entah apa niat gadis itu yang penting baginya setelah ceramah bibi Mauren selesai Ruha akan menciumnya dibibir, di bibirnya Cael yang seksi nan menggoda.

Membayangkannya saja mampu membuat Cael menyengir lebar dengan pipi merah merona lantas dengan cepat dia menyusul Ruha yang sudah lebih dulu meninggalkan kamar itu dan turun ke lantai bawah.

Di bawah bibi Mauren sudah menunggu mereka berdua di ruang keluarga. Ketiganya saling menatap dan merasa canggung terutama Ruha, dia yang paling tidak bisa bersikap seolah tidak terjadi apapun tak seperti Cael yang nampak masabodo akan tatapan menyelidik dari bibi Mauren.

Pandangan bibi Mauren jatuh pada Cael dan bertanya. "Claude, apa yang barusan kulihat tadi?"

Kening Cael spontan berkerut. "Claude sudah mat—mandi," ralatnya usai menerima cubitan pelan di pahanya karena posisi duduknya dan Ruha bersebelahan.

"Mandi?" bibi Mauren memijat pelipisnya merasa tak habis pikir. "Aku bertanya tentang apa dan kau menjawab tentang apa. Claude, katakan padaku apa maksud dari kejadian yang kulihat diatas?"

I became Grand Duke's Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang