33. Sorry?

17.2K 2.9K 156
                                    



Aken berniat pergi ke Estoria sejak tahu kebenaran kalau Ruha adalah kakak kandungnya dan sejak awal dia hanya dijadikan tumbal supaya sihir jahat menyatu dalam dirinya dan lenyap namun berkat bantuan yang sebenarnya tidak bisa disebut bantuan karena mengorbankan kakaknya, Aken bisa terbebas dari pengaruh sihir hitam namun tidak dari rasa bersalah.

"Yang Mulia," penasehat mencoba mencegah kepergian Aken. "Anda tidak boleh kemanapun."

"Kau waras?" desis Aken marah. "Berani sekali kau mencegahku!"

Dia nampak muak. "Berani sekali tua bangka bau tanah sepertimu mencegahku?" setelah membuatnya memakan betis kakak kandungnya sendiri sekarang orang yang sama berusaha mencegahnya datang dan meminta maaf pada kakaknya itu.

Aken merasa gila. "Menjauh dariku brengsek!" umpatnya mendorong laki-laki setengah baya itu menjauh agar tak menghalangi jalannya. "Aku ingin menemuinya dan kau..."

Aken mengepalkan tangannya ke udara setelah menunjuk sang penasehat. "Kau tak akan bisa menghalangiku!"

"Yang Mulia!" penasehat berteriak kencang, "jika anda pergi mungkin saja anda tidak akan selamat!"

"Mengapa aku peduli?" Aken terkekeh menyeramkan, "sudah tak ada harapan hidup bagiku. Aku hanya ingin menemuinya dan meminta maaf, kalau... kalau ditengah perjalanan terjadi sesuatu padaku setidaknya aku telah meminta maaf padanya."

"Kau tahu cara mengakhiri sihir hitam itu kan?"

Penasehat menggeleng dengan tatapan mencurigakan. "Saya tidak mengetahui apapun, saya akan tetap mengatakan itu sampai kapanpun."

"Sial!" hilang sabar, Aken memukuli pria itu habis-habisan setelah mengumpat.

Mendorongnya ke dinding, menghajar bagian wajahnya hingga memar dan berdarah tanpa memberi ampun sedikitpun. Tak hanya itu, Aken juga mengancam tak akan berhenti jika pria itu tak katakan cara mengakhiri sihir hitam tersebut.

"Ugh!" darah muncrat keluar dari dalam mulut pria itu, sang penasehat istana lalu tertawa pelan. "Anda... a-anda berada disini pun tak akan terjadi apa-apa pada kakak anda, sihirnya pasti sudah mencapai keturunan terakhir dari keluarga Louis dan akan menghancurleburkan--"

BUGHH!!

"Tutup mulut sialanmu itu! Kau pikir aku mau mendengar satu kata darimu hah? kau pikir dirimu sepenting itu sampai aku akan membiarkanmu hidup?"

Aken tertawa keras lalu menghantamkan kepala pria itu ke dinding berkali-kali hingga bocor. Darah mengucur deras dari luka lembek di belakang kepalanya, sang penasehat jatuh terduduk tak berdaya.

Namun bukan Aken namanya kalau tidak menyelesaikan apa yang sudah dimulainya sejak awal. Sama halnya seperti ia telah melukai kaki Ruha, Aken berniat meminta maaf dan memperbaiki segalanya.

"Katakan... satu kesempatan terakhir, bagaimana cara mengakhiri semua ini?"

"Haha!" Penasehat tertawa kemudian meludahkan saliva bercampur darah ke lantai, kerahnya bajunya sedang dicengkeram erat oleh Aken saat ini.

"Apa yang kau pikirkan Yang Mulia? Bukankah seharusnya sekarang anda berterimakasih karena saya telah menyelamatkan nyawa anda dari penumbalan? Apakah anda sungguh tak tahu cara berterima--"

BUGH!

"KUBILANG DIAM!" titah Aken berteriak hingga muncrat ke wajah pria itu. "Kau merasa sepenting itu hanya karena tahu cara mengakhiri semua ini? Kau sungguh yakin kau sepenting itu bagiku?"

Senyum miring terukir di sepasang sudut bibir Aken. "Kau amat yakin aku tak akan membunuhmu?"

Penasehat menatap Aken lama, meneguk saliva bercampur darah di mulutnya lalu menjawab. "Ya, saya sangat yakin--UGH!!"

I became Grand Duke's Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang