19. Just the two of us

23.6K 3.7K 282
                                    

I became Grand Duke's Sister
~


Karena jarak Raven dan Estoria lumayan jauh, Aken menginap selama seminggu di kediaman keluarga Lucane sesuai dengan keputusan bibi Mauren. Tak ada seorangpun yang bisa menentang karena wanita itu menempatkan posisinya sebagai yang tertua dalam keluarga

Claude menghela nafas kasar, ini masih pagi tapi rasanya seperti terbakar di tengah gurun Sahara. "Keputusannya belum dikirim juga oleh Kaisar? Seharusnya suratku sudah sampai minggu lalu, kenapa belum ada balasan juga?"

"Ini membuat muak." Claude berdecak pelan lalu meraba sisi meja, meraih sebuah pecahan kaca kecil dan menggenggamnya erat lalu diarahkan ke pergelangan tangannya yang sudah bersih.

Dalam tekanan tinggi dan situasi tak nyaman, Claude akan melakukannya lagi untuk sekedar mencari ketenangan yang tidak bisa dia dapatkan dari sekitar.

Claude fokus menatap pergelangan tangannya lalu hendak menancapkan pecahan kaca itu namun sebuah tangan mencegahnya melakukan itu dan ketika wajah Claude terangkat, dia menemukan wajah Ruha.

"Ada surat untukmu." Ujar gadis itu sembari meletakkan surat gulung yang didapatnya daru kotak surat ke atas meja Claude seraya mengambil alih potongan kaca dari tangan lelaki itu. "Oh, ayolah adikku sayang... Jangan lakukan ini, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa." Jawab Claude seadanya lalu beralih mengambil gulungan kertas itu dan membaca isinya sementara Ruha nampak berjalan ke arah balkon ruangan kerja guna membuang pecahan kaca itu.

"Diterima..." Claude menggumam tak percaya, matanya berbinar sesaat. "Aku seorang Grand Duke sekarang?"

"BENARKAH!?" sambar Ruha nimbrung begitu saja, sok akrab kalau menurut Claude.

"Kau sudah menjadi Grand Duke?" tanya Ruha sekali lagi.

Claude mengangguk. "Aku resmi menjadi Grand Duke, Carthion juga mengirimkan pin ini untukku."

"Pin?" Ruha membawa kedua matanya menatap sebuah cetakkan besi sebesar uang koin berlogo Carthion namun bertuliskan Estoria dan pangkat Grand Duke.

"Tunggu," tanpa sadar Ruha menahan lengan Claude dan membuat pemuda itu menatapnya. "Jangan bilang kau akan mencetak dirimu sendiri dengan pin besi itu?"

Satu alis Claude terangkat mempertanyakan ucapan Ruha. "Ini memang syarat utama yang harus kulakukan."

Ruha menggeleng. "Itu menyakitkan. Saat besi panas menempel di kulit... rasanya, sungguh akan sangat menyakitkan." Ujarnya sudah berpengalaman soal rasa sakit.

"Pakai ini di tanganmu lalu bantu aku." Ujar Claude menginterupsi tiba-tiba dengan menyerahkan sarung tangan tebal dari bahan bulu domba anti panas dan tahan api untuk dipakai Ruha.

"Aku..." Ruha menggeleng cepat, "aku tidak bisa melakukan ini. Terlalu sadis."

"Sadis?" senyum miring tertarik di kedua sudut bibir Claude, dia tak peduli dengan ucapan kakak angkatnya itu dan bergegas menunjuk dibagian mana Ruha harus menempelkan benda itu setelah dipanaskan.

Claude menunjukkan bagian ujung dari tengkuk lehernya. "Disini, tempelkan disini. Bantu aku kak, kau harus melakukannya walau tidak menginginkannya sekalipun."

"Tapi--"

"Lakukan." Potong Claude lugas kemudian menyalakan lilin pengharum yang ada du mejanya.

Akhirnya Ruha dengan berat hati melakukan perintah Claude. Dia memanaskan pin atau sebut saja sebagai cetakan besi itu diatas lilin setelah dikaitkan dengan penjepit cukup panjang sementara Claude nampak menahan bagian belakang rambutnya supaya tidak mengganggu.

I became Grand Duke's Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang