07. First Happiness

37K 5K 73
                                    

I became Grand Duke's Sister
~


Seorang pelayan datang menyajikan dua gelas bir dalam ukuran besar. Diletakkannya juga sepiring camilan yang terbuat dari bawang dan sejenis mie yang merupakan menu favorit di tempat ini.

Ruha tersenyum lebar. "Selamat makan semuanya~!" dia berseru untuk dirinya sendiri setelah seharian mendapat tatapan mengerikan dari orang-orang, Ruha merasa butuh refreshing.

Dan disinilah mereka berakhir.

Di sebuah kedai makan kalangan bawah yang sukses membuat Claude mengerutkan alis terheran-heran. Laki-laki itu duduk di hadapan Ruha, memperhatikan kakaknya yang mengonsumsi makanan seperti orang gila. Orang yang benar-benar kelaparan sampai sebagian wajahnya dipenuhi saus putih yang terbuat dari sesuatu yang rasanya mirip mayonaise kalau menurut Ruha.

"Kau tidak makan?" menyadari Claude yang hanya menatap ke arahnya tanpa selera, Ruha protes. "Kau jangan buang-buang makanan! ayo makan cepat!"

Didekatkannya piring berisi mie yang berada di tengah meja ke depan Claude. Pemuda itu nampak muak melihatnya, sudah kemarin makan mie masa sekarang mie lagi?

Tapi dilihat-lihat dia jadi agak penasaran apalagi saat menyaksikan Ruha begitu menikmati mie yang tampilannya sangat tidak menyakinkan untuk aman di konsumsi.

"Tidak bisakah kau mencari tempat yang lebih baik dari ini, Kak?" pandangan Claude bergulir ke segala arah ketika dia berkomentar mengenai kebersihan tempat ini dan orang-orangnya yang terlihat mencerminkan kalangan bawah.

"Kenapa memangnya?" setelah mengusap mulutnya yang belepotan, Ruha membalas Claude. "Tempat ini bagus, ramai, dan tidak suram."

"Tempat ini kotor dan..."

Ruha memelotot. Claude tidak melanjutkan kalimatnya karena merasa tercekik oleh tatapan kakaknya itu. Tapi, sungguh Claude merasa tidak nyaman disini apalagi orang-orang berbadan besar dan berpakaian kotor yang terus memandang ke arahnya nampak seperti orang jahat.

"Jangan menilai orang lain dari penampilannya!" Ucap Ruha menasehati tetapi Claude masih belum bisa sadar diri untuk menerapkan hal itu dalam hidupnya.

Ruha tersenyum. "Mereka orang-orang baik, percayalah padaku."

Claude menatap tak percaya. "Kau bahkan merengek tidak mau saat disuruh menemani ibu ke pasar, kau tidak pernah keluar jauh dari rumah. Bagaimana bisa kau bersikap seolah mengenal orang-orang ini?"

"Oh..." Ruha mengatupkan bibirnya, dia terlalu melompat terlalu sepertinya. Mengingat dua tahun lagi Claude akan berada di tempat ini dan bertemu gadis cantik nan rendah hati bernama Nevada.

"Ada deh tapi firasatku bilang mereka baik wlee~!" Ruha terkekeh lalu menjulurkan lidahnya. "Lagipula kenapa aku harus memberitahumu kemana aku ingin pergi? kau tidak mengenalku--"

"Tidak suka mandi pakai air dingin, tidak suka keluar rumah tanpa krim anti matahari, tidak suka ikut campur, tidak suka saat diminta berpendapat, monoton, dan..."

"Dan?"

"Membosankan." Lanjut Claude berpendapat.

Ruha mendelik tajam. "Daripada kau, sok asik!"

"Hah?" Claude mencoba memahami ucapan Ruha namun tidak bisa mengerti jenis kata yang gadis itu gunakan sebelum menyebut kata asik. Dia merasa asing dengan logat bahasa gadis itu.

"Kau pasti gila setelah alergi." Ucapnya mengakhiri percakapan lalu beralih melihat keluar jendela.

"Omong-omong..." Ruha mengulum senyum dibibirnya lalu mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya. "Selamat atas prestasi ketiga terbaik tahun ini. Ini dariku, hadiah. Untukmu."

I became Grand Duke's Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang