04. Official decree

41.2K 5.1K 130
                                    

I became Grand Duke's Sister
~

Hari ini tepat tiga hari setelah pemakaman kedua orang tuanya. Claude memutuskan menulis surat pengajuan permintaan kepada Kekaisaran Carthion agar mendapat izin resmi untuk mengambil alih jabatan sang ayah sebagai Grand Duke.

Grand Duke merupakan posisi ketiga tertinggi setelah Kaisar dan Raja. Selain karena pangkat tinggi, salah satu alasan terbesar Claude ingin menduduki status sebagai Grand Duke ialah karena ingin dihormati.

Claude sangat ingin orang-orang hormat padanya dan lebih menghargainya karena selama ini keluarganya sendiri tak pernah sekalipun menghargainya. Claude sedari kecil di didik dengan keras belum lagi urusan mental yang dianggap belakangan oleh orang tuanya.

Tak jarang Claude mendapat perkataan menyakitkan dari sang ibu. Kalimat-kalimat semacam; "kau tidak lihat sepupumu? di mendapat juara satu di akademi dan mencapai nilai sempurna dalam etika? kau tidak malu? lihatlah dirimu sendiri, Claude."

Dari sekian banyaknya kalimat menyakitkan yang sang ibu katakan terdapat satu yang paling menyakitkan dan membekas dihatinya sampai saat ini. Claude bahkan kesulitan mengabaikan kalimat itu yang kadang masih sering terngiang di kepalanya.

"Belajarlah dari Noah—sepupumu, dia tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan persis seperti dewa-dewa dalam mitologi Yunani tak seperti dirimu. Urakan, kacau, jelek. Tidakkah kau merasa sedikit malu? dimana ayah dan ibumu ini akan meletakkan muka? padahal jabatan ayahmu jauh lebih tinggi dibandingkan ayah sepupumu tapi bisa-bisanya kau kalah jauh dari putra mereka."

Kedua matanya Claude pejamkan, rasa sakit seperti ada duri tajam tak kasat mata kembali menusuk jantungnya. Claude tidak mengerti kenapa sang ibu mengatakan kalimat-kalimat mengerikan semacam itu.

Kalau ditanya pun lebih baik Claude tidak memiliki orang tua daripada memiliki ayah dan ibu seperti mereka berdua. Yang hanya bisa mematahkan mentalnya tanpa memberikan semangat.

Claude dipaksa melakukan yang mereka inginkan. Sekalipun dalam hidup tak ada seorang pun yang bertanya apa keinginan dan impiannya. Malang sekali bukan?

Claude menghela nafas dan menggulung surat buatannya. Tak lupa mengikatkan pita warna biru berlogo Estoria lalu meletakkan surat tersebut ke dalam kotak surat yang berada di depan rumah.

"Apa lihat-lihat?" ketus Ruha

Ia sedang sibuk menggali lubang kecil di tanah. Mencari serangga yang berjalan mundur untuk dimainkan namun saat menyadari Claude mulai menatapnya dari kejauhan, Ruha tidak bisa menyembunyikan rasa tidak nyamannya.

Laki-laki itu terasa seperti sedang berusaha mengeluarkan leser dari matanya dan menghanguskan Ruha detik ini juga.

Claude tidak menyahut. Ruha masih menatap laki-laki itu dengan penuh kewaspadaan seolah lupa siapa yang membawanya pulang ke rumah tiga hari lalu padahal sudah ia muntahi berkali-kali.

Pandangan Ruha akhirnya turun dari wajah Claude menuju bahu tegapnya, turun lagi menyusuri dada bidangnya, turun lagi ke lengannya dan terhenti di tangan kanan.

Ada banyak sayatan baru di sana. Luka-luka gores yang masih kelihatan basah, beberapa lainnya sudah memudar—mulai mengering. Ruha mulai menebak kira-kira kapan Claude membuatnya. Kalau yang sudah mengering sepertinya sekitar dua atau tiga hari lalu sedangkan yang masih basah dan kelihatan merah... semalam?

Deg!

"Berikan tanganmu." Pinta Ruha mengulurkan tangan kanannya pada Claude, ia sudah berkorban besar dengan berjalan dari halaman depan menuju ke teras hanya untuk memeriksa pemuda itu.

I became Grand Duke's Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang