I became Grand Duke's Sister
~Cael terus menatap Ruha sejak mereka kembali ke rumah. Cael mengikuti kemanapun Ruha pergi termasuk ke kamar gadis itu karena mereka sudah suami-istri, kan?
Ruha sedang berbaring di ranjang dengan lengan menutupi kedua matanya, Cael ikut menempatkan dirinya di sebelah Ruha dalam posisi telungkup agar bisa lebih leluasa memandangi wajah cantik Ruha dari dekat terutama bibir merah alaminya yang ranum dan berisi.
Cael jadi tersenyum lebar sendiri membayangkan kapan terakhir mereka berciuman tapi ia tidak bisa mengingatnya seolah ini pertemuan pertamanya dengan Ruha namun Cael tidak merasa begitu, dia tidak merasa asing pada Ruha walau tidak memiliki ingatan sebelum hari ini.
"Ruha..." Panggilnya lembut seraya mengelus-elus dahi Ruha. "Ruha kenapa menutup wajah terus? aku kan ingin melihat Ruha yang sangat cantik dan imut."
Ruha mendesahkan nafasnya pelan. "Aku sangat mengantuk." Sahutnya berbohong kalau tidak mungkin akan ada lebih banyak pertanyaan lagi yang Cael ajukan seperti kenapa mereka belum memiliki anak misalnya.
"Ruha mau tidur sambil dipeluk?" tawar Cael mendekatkan tubuhnya ke sisi Ruha dalam posisi berbaring namun gadis itu malah berguling ke tempat kosong.
"Kenapa menjauh?" seketika nada suara Cael berubah dingin. Dia mengangkat kepala dan menatap Ruha seperti tersangka dari sebuah kasus pembunuhan. "Ruha? jawab! kenapa menjauh dariku?"
"Ini..." Ruha meraih bantal di dekatnya lalu dipeluk. "Mau ambil bantal ini."
Syukurlah dia mendapat alasan yang bagus sekarang kalau tidak mungkin Cael akan melakukan sesuatu yang mengerikan kepadanya karena Ruha sudah bilang kalau ditulis oleh penulis yang yang sama pasti tokohnya gila semua!
"Ruha..." Cael merangkak ke sisi Ruha lalu membawa lengan gadis itu untuk dipeluk, lantas pemuda delapan belas tahun dengan tinggi badan seratus delapa puluh lima itu menunggu jawaban dari panggilannya terhadap sang istri.
"Bagaimana caraku menjelaskannya padamu kalau kita bukan suami istri. ARGHH ASTAGA! AKU MAU GILA RASANYA! DIPEGANG-PEGANG TERUS PULA LAMA-LAMA KALAU AKU KELEPASAN BAGAIMANA!?" sekali lagi batin tertekannya berteriak kencang.
"Cael," Ruha memanggil kali ini dia telah mengumpulkan keberanian untuk melakukan sesuatu yang nekat.
"Iya Ruha? ada apa~" Laki-laki itu menjawab dengan senandung di setiap kalimatnya seraya mendekatkan wajahnya pada Ruha.
"Dimana Claude?"
"Siapa Claude?" alis Cael naik satu tak menyukai nama laki-laki lain disebut oleh bibir Ruha. "Kau mengenalnya? siapa?"
Tak langsung menyahuti Cael, Ruha termenung sesaat memikirkan bagaimana nasib Claude dan berada di mana laki-laki murung penyuka bintang itu. Ruha jadi sedih memikirkan Claude yang kini menyembunyikan dirinya dibalik sosok Cael.
Mereka berdua bahkan seperti tidak mengenal satu sama lain. Cael kalau ditanya tentang Claude langsung bertindak seperti kucing liar yang tulangnya diambil kucing lain. Ruha jadi nelangsa sendiri, sebenarnya ini novel genre apa? bukannya romance ya?
Tapi saat memperhatikan secara seksama sekali lagi saat menolehkan kepalanya ke arah Cael, remaja itu menatapnya dengan seringai lebar yang seperti akan merobek wajahnya sendiri kalau.
"Cael,"
"Ya, Ruha-ku?"
"Mingkem."
"Apa?" Cael tidak mengerti jadi ia bertanya karena merasa baru pertama kali mendengar kata itu.
Ruha menghela nafas lalu membekap mulut Cael. "Jangan senyum terus nanti gigi mu kering." Ujarnya menasehati padahal sih aslinya karena merasa ketakutan setiap melihat senyum seringai Cael.
Walau tampan ya tapi jangan begitu jugalah, Ruha kan hanya manusia biasa jelas saja dia merasa takut. Terlebih lagi tatapan Cael seperti psikopat dalam drama yang ditontonnya.
Mendapati sentuhan Ruha di mulutnya, Cael tersipu. Mata berbinarnya tak bisa berhenti menatap Ruha sedikitpun. Untuk berpaling saja Cael tidak ingin melakukannya, tidak akan pernah.
Dengan cepat Cael meraih jemari Ruha lalu mengecupnya satu per satu. Membuat gadis itu melotot karena terkejut dan bingung ingin merespon apa. Habisnya takut kalau menarik tangannya nanti Cael akan memberi ancaman pembunuhan dengan senyum manis jadi, Ruha membiarkan remaja itu bermain dengan tangan kanannya.
"Ruha~ Ruha~" tak henti-hentinya Cael menyenandungkan nama Ruha sambil mengusapkan punggung tangan gadis itu ke pipinya.
"Ruha..." panggilnya kali ini mengusap kepala Ruha sehingga gadis itu berpindah menatapnya.
"Apa?"
"Berciuman yuk?" ajaknya tiba-tiba merasa ingin.
"Hah!? Tidak!" nyaris Ruha menjatuhkan rahangnya ke lantai mendengar ucapan Cael yang kelewat mesum. "Aku mengantuk!"
"Ruha..." suara Cael berubah dingin, perlahan tapi pasti dia merangkak ke arah Ruha sambil tersenyum seram. "Menolak ya?"
Ruha meneguk ludah. "M-maksudku belum, belum sikat gigi. Mulutku masih rasa bumbu mie. Nanti saja ya?"
Cael menggeleng tak mau mendengar alasan apapun. "Sedikit saja, di ujung. Ruha cium aku atau aku cium Ruha?"
"Kalau aku yang cium tidak jadi sedikit, hehe."
"Aku saja deh." Ruha menghela nafas letih lalu beralih mengubah posisinya menjadi duduk dan dengan senang hati Cael melakukan hal serupa di hadapannya.
Laki-laki itu tersenyum lebar lalu mencondongkan wajahnya ke arah Ruha, meminta satu ciuman dari gadis itu. Hatinya berdebar-debar saat ini, sudah tidak sabar mencicipi kembali ciuman dari istrinya.
"AKU INI BUKAN ISTRIMU WOY ASTAGA!" lagi-lagi Ruha hanya bisa berteriak dalam hati, ia sudah cukup merasa tertekan saat ditanya sudah memiliki berapa anak dan sekarang harus mencium seseorang yang bahkan baru dia kenal beberapa jam lalu.
Tahan Ruha, ayo lakukan demi tidak mati lagi!
Lagipula Cael tampan kok hanya sedikit agak sangat seram saja. Berbeda dari Claude yang emotionless, Cael justru sebaliknya. Lebih ekspresif dan agresif.
"Ruha...?" Cael memanggilnya sudah tidak sabar.
Setelah mengambil dan membuang nafas selama beberapa kali akhirnya Ruha memantapkan diri untuk mendekatkan wajahnya pada Cael lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Cael namun mendadak Ruha ragu, kecupannya berpindah mendarat disudut bibir Cael.
Deg~ Deg~
Cael seperti bisa merasakan irama jantungnya sendiri yang bereaksi akan kecupan di sudut bibirnya.
Hanya butuh satu detik bagi keseluruhan wajah Cael berubah jadi merah padam. Dia malu, dia tutup dengan kedua tangan sambil menunduk. Cael menggigit bibirnya sendiri, merasa gugup tapi juga senang dan penuh ambisi disaat yang sama.
"Ruha menciumku, Ruha... Ruha mencium aku!" serunya senang lalu beralih memeluk tubuh kecil Ruha erat-erat. "Aku suka Ruha, aku sangat suka. Ruha juga suka aku, kan?"
"Ruha?"
"Iya suka." Jawabnya terpaksa.
Senyum Cael menjadi lebih lebar, ditangkapnya sisi kanan dan sisi kiri pipi gadis itu lalu dikecup puncak hidungnya melalui sebuah gerakan yang tidak terbaca sampai Ruha berakhir tertegun.
Gadis itu seperti, yang barusan tadi apa ya? kebingungan sendiri lebih tepatnya lalu saat menatap Cael, pemuda itu sedang cekikikan sendiri.
"Jadi, Ruha..."
"Hm?"
"Kapan kita memiliki anak?" celetuk Cael bertanya dengan senyum dan ekspresi polos di wajahnya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/342258326-288-k636764.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I became Grand Duke's Sister
FantasíaClaude Lucane menjadi Grand Duke di usia 18 tahun setelah menghabisi seluruh anggota keluarganya tanpa sisa pada suatu malam karena dendam yang dipendam sedari kecil. Sialnya setelah kecelakaan dicium tayo aku malah terbangun ditubuh Aruha Estoille...