Pov Izzan

11.6K 1.4K 341
                                    

Banyak hal yang tidak seharusnya dia ketahui, seperti perasaanku padanya. Seharusnya dia tidak boleh mengetahuinya. Jika orang lain, aku tidak peduli.

Bukan kah jadi hal baik, pergi tanpa meninggalkan apapun.

Iku?

Aku tertawa saat menyebutkan nama itu.

Dia, sudah mengambil orang itu dariku. Aku tidak suka hal itu.

Ya, aku sudah mengenal dia sejak lama. Dia juga merekomendasikan sekolah itu untukku.

Pamanku menjadi salah satu Guru di sekolah yang dipimpin oleh Ayahnya. Dari situ aku mengenalnya.

Banyak yang mengatakan, aku sangat mirip dengannya. Dan aku juga tidak menyukai hal itu.

Aku tidak suka saat seseorang mengatakan kami mirip. Kecuali dia... aku senang mendengarnya. Setidaknya dia akan selalu mengingat diriku dalam dirinya.

Iku adalah salah satu orang yang tahu betul kehidupanku seperti apa.

Aku tidak suka sekolah, tapi aku suka belajar. Bagiku sekolah adalah tempat yang membosankan, dan penuh dengan orang-orang yang tidak berguna.

Maka dari itu, dia merekomendasikan sekolah STM padaku.

Tak banyak berfikir, aku setuju..

Pamanku, orang pertama yang menolak atas keputusanku itu. Tapi aku tidak peduli. Aku tetap sekolah di sana yang membuat aku dan dia bertemu.

Aku bertemu dengannya di sebuah kelas pada hari pertama masuk sekolah .

Dia duduk seorang diri dibangku paling belakang. Dia tengah tertidur, tidak memperdulikan wajahnya yang terkena sinar matahari.

Tapi begitu dia mengangkat wajahnya, wajahnya penuh dengan luka. Tapi dia masih menyempatkan diri untuk menyapaku dengan senyumannya.

Aku tidak terkejut sama sekali. Aku sudah sering melihat wajah yang lebih menyedihkan dari pada dia.

Itu adalah salah satu contoh orang yang selalu menganggap dirinya hebat, padahal seorang pecundang.

Pelajar STM tidak menyukai bangku depan, itu yang dikatakan oleh Iku. Dan aku memilih bangku itu. Agar terhindar dari orang-orang yang selalu menganggap dirinya hebat. Tapi sialnya, sekolah membuatku harus berkumpul dengan orang yang seperti itu.

Hampir setiap hari dia didatang ke mejaku untuk mengatakan omong kosong.

"Karna lu murid baru. Sini gue kasih tau jadi anak STM yang sebenernya. Lo gak bisa nih, cupu kek gini. Baju harus di keluarin, kek gue gini. Keren kan!"

Dia berkata seperti itu seolah-olah dirinya keren, nyatanya... dia selalu sendirian. Dia lebih menyedihkan dariku.

"Nah ini, rambut lo. Gak perlu rapi-rapi amat  kek mau ke Kelurahan aja luh. Acak-acakin dikit biar maco. Kek gue ini, keren kan?"

Ini pun.

Bahkan dia juga ingin mengajariku cara bertarung. Padahal sudah dengan jelas, sabuk hitam pernah melangkah di pingganggku.

"Biar makin keren. Lo harus bisa berantem. Entar gue ajarin"

Dia berkata seperti itu dengan wajah dia yang selalu ada luka baru di wajahnya.

Tapi aku tidak menolak satupun saran darinya. Karna setelah aku perhatikan, aku selalu melihat wajah bahagia muncul di wajahnya setiap kali aku tidak menolak saran darinya. Tapi aku juga tidak menerimanya.

Maka dari aku membiarkan dia melakukan apapun yang dia inginkan.

Suatu waktu dia membawku ke sebuah lapangan, dan ternyata untuk mengajariku bertarung.

IKU-EKI (Masa Remaja Kita SS5) Versi Baru✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang