⭐Bantu vote nya teman-teman ^^
"Mencarimu adalah keinginan yang tidak berani ku utarakan."
_Jenggala Andrapadu.📜ꦿ📜ꦿ📜ꦿ
•
•
•
°°°ANAK DI BAWAH HUJAN MALAM°°°
•
•
•
📜ꦿ📜ꦿ📜ꦿEntah sudah sekian banyak helaan nafas kasar terdengar di ruang tamu itu. Raden mondar-mandir ke sana ke mari, kaki jenjang itu tak bisa tenang, sofa juga belum pernah hangat karena duduknya yang sebentar.
Di luar sana, turun hujan deras disertai angin kencang, jam sudah menunjukkan pukul delapan dan langit semakin gelap. Namun Jenggala tak kunjung pulang, anak itu tidak mengirim pesan apapun dan ponselnya tidak aktif ketika Raden menghubunginya.
Raden sudah merencanakan berbagai omelan yang akan dia berikan secara gratis pada Jenggala jika memang benar anak itu pulang basah kuyup sambil membawa si kuning.
Raden tidak bisa pergi untuk mencari anak itu, mantelnya dia tinggalkan di rumah Dinda, dan kendaraan yang dia miliki hanya motor. Raden takut nekat menerobos hujan dan berakhir sakit di keesokan harinya. Dia tidak punya waktu untuk bermalas-malasan.
Raden mengintip ke luar jendela, cuaca menyeramkan yang abu-abu itu lantas membuatnya frustasi. Dia tidak bisa tenang ketika membayangkan Jenggala ketakutan di tengah jalan, atau bisa saja anak itu nekat menerobos hujan sampai akhirnya tumbang.
Apa yang dipikirkan anak itu? Sekolah hanya sampai jam empat, tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah bahkan jika Jenggala hanya memakai sepeda atau berjalan kaki. Sudah pasti kalau anak itu pergi bermain dengan sahabat-sahabatnya dulu, atau pulang lewat jalan yang pernah dia lewati hingga kecelakaan.
Raden mengacak rambutnya. Kenapa dia tidak pernah didengarkan? Tidak bisakah Jenggala mengerti bahwa semua nasehat dan omelannya adalah sesuatu yang baik untuk Jenggala? Anak itu tidak mengerti bahwa Raden begitu mencemaskan nya?
Jenggala adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh orang paling berharga di hidupnya, Jenggala di sini untuk dia jaga, untuk dia bahagiakan. Namun jika Jenggala saja susah mendengar, susah menurutinya, bagaimana Raden bisa menerima anak itu setelah membuat hidupnya sempat porak-poranda?
Semua amarah dan rasa khawatir yang sedari tadi menderanya seketika meluap ketika mendengar langkah kaki yang berhenti di ambang pintu. Arah pandang Raden terangkat, pria itu seketika membatu di tempatnya, dengan jantung berdebar dan kepala yang tiba-tiba pening.
Di sana, Jenggala berdiri dengan keadaan berantakan, basah kuyup, kotor, rahang yang lebam, dan tatapan yang dia berikan begitu ketakutan dan sendu. Dia menunduk dan memundurkan langkahnya, membiarkan rambutnya yang basah meneteskan air, bersamaan dengan matanya yang ikut memerah.
Raden benar-benar tidak bisa berkata-kata, langit gelap di luar sana seakan ikut prihatin ketika melihat Raden yang bukannya mengomel seperti yang dia rencanakan, pria itu malah ikut memundurkan langkahnya dengan nafas berat.
Tangan Raden bergetar ketika melihat bayangan sang Abang berdiri di samping tubuh Jenggala kecil. Tatapan pria itu penuh luka dan putus asa, dia menggandeng tangan kurus anaknya, sedangkan anak kecil yang dia bawah menunduk dalam.
Keadaan mereka sama-sama basah kuyup, bahkan Raden bisa melihat dengan jelas tulang-tulang rusuk Jenggala tercetak di bajunya. Sedangkan abangnya sendiri, orang paling berharga di hidupnya, berdiri sendu, terdiam seolah dia dirantai oleh luka. Bahkan ketika tetes-tetes merah keluar dari hidungnya, Dovan tetap terdiam.
Tetesan itu semakin banyak sampai membasahi seluruh bajunya, dan tiba-tiba Raden bisa melihat darah yang mengalir di kepala sang abang sampai ke dagu, dia berlutut di lantai yang berubah menjadi jalanan malam sambil memegang perutnya, kemudian mengucapkan sesuatu yang tidak bisa Raden dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lament of Lavender Petals
Ficción GeneralJudul sebelumnya → Seperti Halnya Hortensia Ganti judul ke → Lament of Lavender Petals Untuk luka masa lalu yang entah kapan akan sembuhnya. Juga kalimat-kalimat pahit yang sialnya harus dia telan meski sudah lelah dijejali itu semua. Dirinya pun...