16: Berhenti dan Lupakan

133 16 1
                                    

⭐Bantu vote nya teman-teman ^^

📜ꦿ📜ꦿ📜ꦿ



°°°EPILOG, ATAU BUKAN?°°°



📜ꦿ📜ꦿ📜ꦿ

Pemuda yang biasanya datang ketika keramaian mulai mengisi bangunan sekolah itu, kini datang lebih awal. Bahkan langit belum sepenuhnya cerah ketika dia membuka pintu kelas setelah memanjat gerbang di depan pak Mawar yang sedang tertidur.

Bisa dibilang, Chanu kepagian.

Hawa dingin seperti mencium-ciumi kulitnya, angin-angin kecil sesekali menerbangkan helaian rambutnya yang sudah mengering, Chanu merinding untuk beberapa saat.

Dia tidak suka bangun pagi, namun hari ini kondisi rumahnya benar-benar membuat dia ingin membakar habis bangunan itu sampai tidak ada lagi yang tersisa. Atau kalau bisa, dia gusur saja bersama orang-orang yang ada di dalamnya.

Ini masih pagi, dan suara ayahnya sudah menggelegar murka ke seluruh penjuru rumah, dan teriakan marah itu ditujukan untuknya. Ayahnya tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya dirasakan oleh Chanu, ayahnya tidak akan bisa mendengarkan keluh kesahnya.

Karena itu, tanpa sarapan terlebih dahulu, dia langsung berjalan cepat ke sekolah, dia tidak mungkin menunggu bus di jam yang sepagi ini, dan Chanu juga terlalu gengsi untuk memakai motor atau mobil pemberian ayahnya ke sekolah.

Kelasnya terlihat sangat sepi tentu saja, bahkan ketika Chanu sudah mendaratkan bokongnya di kursi, ruangan itu masih terlihat kosong padahal sudah ada dirinya. Chanu kesepian melihat itu.

Walau biasanya Chanu adalah orang pertama yang akan berteriak kesal ketika kelas sangat ribut tidak terkendali, dia tetap suka candaan-candaan dan tawa-tawa yang dia dengar. Ketua kelas yang seperti batu itu memang jarang diajak dalam obrolan-obrolan murid lain, namun dia tidak merasa kesepian.

Karena setidaknya mereka semua ricuh, satu kelas adalah teman, tidak ada kecuali, bahkan pada Chanu yang kadang menjelaskan di papan tulis dengan sinis dan membuat orang lain merinding.

Disebelah kanan ada komplotan perempuan yang sangat berisik akan tawa, di sebelah kiri ada perkumpulan laki-laki dan perempuan yang ribut terus, di kanan belakang ada GGBB yang suaranya paling besar, di sebelah kiri belakang ada gengnya Habian yang lebih ricuh lagi.

Melihat sepi di kelas itu jelas membuat Chanu merasa tidak terbiasa.

Chanu putuskan untuk membuka buku dan mulai membaca. Beberapa orang mulai datang, dan seperti dugaannya, kelas mulai di isi dengan obrolan orang-orang. Langit sudah cerah, dan kelas itu mulai terasa seperti biasa.

Ketika pemuda lain berjalan melewati kursinya, Chanu melirik dengan ujung mata sambil terus menunduk membaca buku. Memerhatikan orang itu menyimpan tasnya yang putih bersih seolah baru dipakai hari ini, lalu menumpu dagu di atas meja sambil menatap ke arah pintu.

Jenggala memang suka termenung, hampir setiap kali jika dia sedang sendirian yang dia lakukan adalah melamun. Entah melamunkan apa, sorotnya selalu terlihat lelah dan memohon, minta dikasihani.

Namun, ketika dia sedang bersama orang lain, dia akan berubah menjadi musim gugur yang hangat.

Chanu bukannya memerhatikan Jenggala, dia hanya melirik sekilas di setiap harinya, mungkin orang lain di kelas ini juga seperti itu.

Kalau Chanu memerhatikan Jenggala seharusnya dia tidak usah terkejut ketika mendapati rambut pemuda itu sudah hampir menutupi alisnya, padahal dia ingat-ingat rambut Jenggala itu pendek sampai memperlihatkan seluruh dahinya. Kadang dia bingung kenapa Jenggala masih terlihat tampan dengan model rambut begitu.

Lament of Lavender Petals Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang