22 : Ucαpαn Kepergiαn

204 22 0
                                    

Bantu vote nya teman-teman^^

ꦿ📜ꦿ📜ꦿ📜




°°°UCAPAN KEPERGIAN°°°



ꦿ📜ꦿ📜ꦿ📜

Jenggala hanya bisa diam ketika tubuhnya dihempaskan oleh Raden untuk masuk ke dalam rumah. Tubuh itu sampai menubruk sofa membuat pemiliknya meringis.

Namun, seakan tak memberi Jenggala waktu untuk bernafas, Raden langsung menarik kerah baju yang Jenggala pakai dan memberikan tamparan di pipi anak itu. Cengkeramannya seakan menyalurkan amarah dalam hati Raden, dia menatap benci kearah netra Jenggala yang sudah membendung air mata.

"Anak tolol!!" Raden mendorong Jenggala ke belakang.

Jenggala menubruk vas bunga yang membuat vas itu jatuh ke pundaknya, suara pecahan kaca terdengar ke seluruh penjuru rumah, air mata yang sedari tadi dia tahan tak bisa terbendung lagi, air mata itu meleleh di pipinya yang memerah akibat bekas tamparan dari Raden.

"Gua belum pernah memperingatkan lo kalau gua nggak ngebolehin lo ketemu sama ibu lo?!! Nggak pernah sekalipun lo ngedengerin apa yang gua bilang!" Mata Raden melotot ke arah Jenggala, dia kembali menarik baju Jenggala.

"Lo beneran mau gua usir dari rumah ini?! Gua makin benci sama lo, Gal!! Kapan lo berhenti nyusahin gua?!! Bisa sehari lo nggak bikin gua marah, hah?! Bisa apa lo selain bawa sial buat orang?!" Rambut Raden lepek karena keringat, laki-laki itu sekarang terlihat sangat menyeramkan.

Bersamaan dengan itu, hati Jenggala hancur lebur di dalam sana. Jenggala menahan isakannya, dia berusaha menyembunyikan dagu yang bergetar menahan duka itu dengan menunduk. Menghindari tatapan penuh kebencian dari Raden yang seakan mengoyak tubuhnya.

"Mau gimana pun dia, dia tetep ibu aku, mas!! Jenggala cuman mau pengakuan, Jenggala nggak papa disakitin, tapi Jenggala cuman mau ibu lihat Jenggala, Jenggala cuman mau ibu ngerti tentang masalah yang nggak sepenuhnya salah aku," ucap Jenggala sembari mencengkram tangannya sendiri.

"Lo beneran bego? Itu perempuan yang bikin lo susah kaya sekarang, Gal!!! Itu perempuan yang ngebuang lo! Itu perempuan yang nyiksa lo!! Dia yang bikin Bang Raja menderita sampai ke akhir hayat!! Kalau aja dia nggak selingkuh, kalau aja lo nggak lahir, Gal, Bang Raja masih ada di sini!! Gua benci kalian berdua, sialan!!! Mati aja, anjing!!" Raden melayangkan pukulan di pipi Jenggala, emosinya tida terkendali.

Hati Jenggala rasanya patah mendengar ucapan Raden, sesial itu dirinya, dia benar-benar tidak berharga. Erangan keluar ketika rasa sakit menjalar di kepalanya.

Siapa yang menginginkan agar kehadiran mereka adalah petaka untuk orang lain? Tidak ada. Jenggala pun demikian, dia tidak bisa memilih takdir hidupnya.

"Lo bilang lo nggak papa disakitin, kan?! Terima rasa sakit ini!!" Raden berdiri kemudian menendang perut anak itu berkali-kali sampai membuatnya terbatuk.

Buk!!

Buk!!

"Maaf, udah, jangan tendang Jenggala..."

Seakan tuli, Raden malah menambah rasa sakitnya dengan membenturkan kepala Jenggala pada tembok, mengahdirkan rasa pusing yang teramat pada tubuh pemuda itu. Setelahnya, dia kemudian menginjak kaki Jenggala tanpa belas kasihan.

"AARGH!!" geraman tertahan Jenggala mengudara dengan pilu.

Raden menghentikan aksinya, dia berjongkok di depan anak itu, mencengkram dagunya, memaksa Jenggala untuk mengarahkan pandangan tepat ke matanya. "Ibu lo aja lari dari lo, Gal. Kenapa lo malah ngejar dia?! Harusnya lo ngerti kalau dia udah nggak nerima kehadiran lo!! Jangan maksa takdir!!"

Lament of Lavender Petals Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang