Tiga bulan kemudian ....
"Love, apa yang sedang kau lakukan?" Ethan bertanya pada Keira yang saat itu terlihat tengah membereskan tempat tidur mereka.
Keira sedikit terhenyak, karena saat itu tiba-tiba Ethan datang dan memeluk dirinya dari belakang. Namun, kemudian ia tersenyum simpul. "Aku sedang makan. Kau tidak lihat?" sarkasnya.
Ethan membuang napas kasar seraya menenggerkan dagunya di bahu Keira. "Aku hanya ingin berbasa-basi, kau tahu?"
Terkekeh, Keira menyentuh lembut punggung tangan Ethan yang saat itu bertengger di area perutnya. Ia menundukan pandangan, menatap lengan Ethan yang terbalut teksudo hitam. "Apa kau akan pergi ke kantor?"
"Hemmm. Aku harus menghadiri rapat. Kenapa? Kau ingin aku tetap di rumah saja?"
"Tidak." Keira berbalik badan, menghadap ke arah Ethan sembari balas memeluk suami tampannya itu. Ia menengadah, mempertemukan manik hazel indahnya dengan manik jelaga Ethan, kemudian tersenyum. "Aku hanya bertanya saja," imbuhnya.
Ethan mengernyitkan kening. Manik matanya gemetar, bergerak acak ... menelisik setiap inci dari wajah cantik sang istri. "Tidak'kah menurutmu, semakin hari kau semakin terlihat pucat, Love?"
Keira tersenyum lemas. Ia lalu mengalihkan pandangan, memutuskan kontak mata bersama Ethan dengan cara menenggerkan kepalanya di permukaan dada bidang suaminya itu. Pelupuk mata Keira memejam, ia membiarkan rungunya menikmati irama degup jantung Ethan yang terkesan begitu lambat dan tenang.
Ethan mempererat pelukannya. "Apa Aritmia'mu masih sering kambuh?"
"Tidak." Keira tersenyum lembut. "Jika pun kambuh, kau selalu tahu dan membiarkanku meminum darahmu," imbuhnya.
Tiga bulan lebih semenjak pernikahan mereka berjalan, tiga bulan lebih pula Keira berhenti mengkonsumsi obat-obatan untuk penyakitnya dan membiarkan Ethan bertugas sebagai peredam, jika penyakitnya itu kambuh, menyerang.
Keira tidak keberatan, karena sejak awal memang ia sudah tidak begitu menyukai obat-obatan jenis apa pun. Bahkan sirup pereda demam untuk anak kecil yang rasanya lebih dominan manis pun, sangat Keira hindari.
Dan Ethan ... Vampir tampan itu berulang kali membiarkan darahnya diteguk oleh Keira atas kemauannya sendiri.
Bohong jika Ethan selama ini tidak pernah mencoba meminumkan darahnya pada Keira dengan tujuan lain, selain menghilangkan rasa sakit sementara yang sang istri rasakan.
Ia bermain sedikit licik, semenjak ia menyadari, bahwa semakin hari, kulit Keira semakin terlihat pucat, kehilangan cahaya alaminya yang dulu terlihat begitu segar.
Pernah satu kali, Ethan mendapati Keira tiba-tiba tak sadarkan diri saat penyakit Aritmia yang dideritanya kambuh. Hal itu terjadi sekitar dua minggu yang lalu, dan sukses membuat Ethan panik juga takut.
Ia takut, jika tiba-tiba Keira pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan selamat tinggal, karena jika pun Keira pergi dengan mengucapkannya ... ia tetap tidak akan bisa menerima.
Percobaan Ethan masih nihil. Darahnya yang ia minumkan pada Keira masih menunjukan reaksi yang sama, yakni menghilangkan rasa sakit. Itu artinya ... Keira memang tetap teguh pada pendiriannya. Ia tidak ingin dirinya dirubah.
"Haruskan aku memanggil Calvin untuk memeriksakan keadaanmu?" Ethan memecah keheningan sementara yang menyelimuti kamar tidurnya dan Keira, juga kebersamaan mereka.
Melepaskan pelukan dari Ethan, Keira menengadah, menunjukan senyum terbaik di bibir pucatnya. "Kau harus segera pergi ke kantor. Jangan khawatirkan aku. Aku sungguh baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...