"Ethan, apa kau sud- Ah, kau sudah bangun ternyata." Keira berucap seraya memasuki kamar milik Ethan. Ia seketika merubah perkataannya kala mendapati suami tampannya itu ternyata sedang berdiri di dekat jendela sembari memasang dasi.
Ethan menoleh. Ia kemudian tersenyum. "Apa kau memerlukan sesuatu, Love?"
Keira balas tersenyum seraya menggelengkan kepala. "Tidak." Ia kemudian berjalan menghampiri Ethan dan berdiri tepat di hadapan suami tempannya itu. "Aku hanya ingin memastikan, bahwa kau sudah bangun. Kau bilang ... hari ini memiliki jadwal pertemuan penting, maka dari itu aku kemari."
Ethan tersenyum senang. "Kau tidak perlu melakukan ini, jika kau bersedia tidur sekamar denganku, kau tahu?"
Tersenyum simpul, Keira berdecih pelan. "Aku tidak bisa melakukannya. Bagaimana jika kau mengambil kesempatan dalam kesempitan?"
"Kau itu istriku. Kuingatkan lagi, jika kau lupa."
"Biar aku bantu," tandas Keira, mengalihkan pembicaraan seraya mengambil satu langkah besar untuk maju, mendekat ke arah Ethan dan membantu suaminya itu memasangkan dasi.
Ethan menggeleng tak percaya sambil tersenyum. Ia kemudian membiarkan Keira memasangkan dasi di kerah kemejanya. "Pernikahan kita sudah berlangsung seminggu yang lalu. Sampai kapan kau akan terus tidur terpisah denganku, hemmm?" tanyanya, sembari menelusupkan kedua lengannya di pinggang ramping sang istri.
Keira tentu awalnya sedikit terhenyak. Namun, ia tidak menolak dan membiarkan Ethan memeluk dirinya selagi ia membantu sang suami untuk bersiap. "Aku tidak tahu."
"Apa kau takut, aku mengambil V-card'mu?" celetuk Ethan, bertanya dengan tujuan menggoda.
Keira memukul permukaan dada bidang Ethan dengan telapak tangan mungilnya. "Bagaimanapun kau adalah suamiku. Kau berhak mengambilnya, tapi setidaknya ... tunggu sampai aku siap."
Mengatupkan bingkai birai cukup rapat untuk sesaat, Ethan lantas membuang napas kasar. "Aku akan menunggu dan memberikanmu waktu sabanyak yang kau mau. Aku hanya memintamu untuk tidur satu kamar denganku, bukan berarti aku akan melakukannya tanpa seijinmu, kau tahu?"
Keira tersenyum. "Baiklah. Aku mengerti. Aku akan tidur di kamar ini nanti malam, bersamamu. Kau puas?"
Mempererat pelukannya pada tubuh Keira, Ethan membuat sang istri bergerak refleks, menenggerkan kedua telapak tangan di area dadanya.
Vampir tampan itu tersenyum. Manik jelaga indahnya menatap manik hazel Keira dengan tatapan lekat. "Pernikahan kita sudah berjalan selama satu minggu, tapi kau belum mengijinkanku untuk menyentuhmu."
"Tapi sekarang kau sedang menyentuhku," sarkas Keira, sekenanya.
"Tapi kau belum pernah mengijinkanku untuk menciummu."
"Karena aku takut, kau akan meminta lebih jika aku mengijinkannya." Keira mengalihkan pandangan, memutuskan kontak mata dengan Ethan begitu perkataannya berhasil terampungkan.
Meskipun pernikahan mereka sudah berlangsung selama satu minggu, Keira dan Ethan masih belum melakukan sentuhan, atau pun memiliki momen romantis dan istens.
Keira yang sudah tidak lagi memberi Ethan perlakukan dingin saja, cukup membuat Ethan merasa sangat bersyukur. Meskipun terkadang ia merasa sangat frustrasi, karena tidak bisa menyentuh, memeluk atau pun mencium istrinya sendiri.
Kendati begitu, Ethan tetap berusaha sebisa mungkin mempertahankan kesabarannya yang perlahan sudah mulai terlatih.
Ethan ingin mengambil setiap tindakan dengan pergerakan perlahan dan bertahap, tidak ingin memaksakan diri dan keadaan, terutama jika tindakan tersebut berkemungkinan besar membuat Keira merasa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...