Kedua mata Ethan membola. "J-jadi maksudmu, ibunya Ke-Keira adalah, putrimu?"
Nathen terkekeh, kemudian menggelengkan kepala. "Tentu saja bukan. Jika ibunya Keira adalah putriku, bukankah itu artinya dia vampir dan begitupun juga dengan Keira?"
"Karena neneknya Keira merupakan manusia. Bukankah itu mungkin?"
"Neneknya Keira bukanlah seorang manusia," ujar Nathen, seraya menengadahkan pendangan. Ia kemudian kembali tersenyum. "Neneknya Keira adalah vampir berkasta Alter. Manusia yang kuubah menjadi seorang vampir, kemudian aku bebaskan."
Kening Ethan mengernyit keheranan. "Bukankah seharusnya beliau masuk ke dalam kasta Vamvire Slave."
Nathen mengangguk gamang sambil tersenyum simpul. "Sebelum menjadi Alter, dia memang Vamvire Slave, tapi seperti apa yang aku katakan ... aku membebaskannya, jadi kastanya berubah."
"Lalu bagaimana dengan Keira dan ibunya?"
"Mereka golongan manusia berdarah murni."
Ethan memiringkan kepalanya sekilas, masih tidak mengerti dengan apa yang Nathen katakan. "Bagaimana bisa?"
"Karena ibunya Keira, bukankah anak kandung dari dari Emely."
"Emely? Siapa Emely?"
"Neneknya Keira." Nathen melirik gelang yang selalu sang putra bawa, sekilas. "Kau tidak lihat, liontin gelang itu memiliki inisial E?"
Ethan menunduk, menelisik gelang tersebut dengan matanya yang membola dan mulut sedikit menganga. "Ah, benar juga." Ia kemudian menatap nanar sang ayah. "Jika sebelumnya kau mengatakan bahwa ... neneknya Keira adalah cinta pertamamu, maka dialah yang menjadi alasan kenapa kau meninggalkan ibuku dua ratus tahun yang lalu?"
Nathen terekeh miris sembari menggelengkan kepala. "Tidak. Bukan seperti itu."
"Lalu apa? Kenapa dua ratus tahun yang lalu kau meninggalkan ibuku, saat aku masih ada di dalam kandungannya. Lalu kau tiba-tiba muncul dan membawaku pergi darinya saat usiaku menginjak seratus sembilan puluh tiga tahun?"
"Karena ibumu yang memintanya. Ibumu yang memintaku untuk mengambil dirimu, dengan syarat, tidak ada satu pun keluarga kerajaan yang akan mencarinya dan mencoba membawanya kembali ke istana."
Tidak mengerti dan bingung, itulah yang seketika Ethan rasakan, saat dirinya semakin lama berbincang dengan sang ayah, yang selama ini menempati ruang khusus dalam hatinya, yakni kebencian yang terpendam selama ratusan tahun lamanya.
Ethan menggeleng tidak percaya, kala kemudian kenyataan berhasil memukul keras dirinya. "Ibuku tidak mungkin berbohong padaku, bukan?"
Nathen tersenyum lirih. "Kenyataan memang terkadang menyakitkan, Ethan. Jika memang ibumu tidak membohongimu, dia tidak mungkin membiarkanmu tidak mengetahui jati dirimu selama ratusan tahun. Kau masih ingat? Saat pertama kali kita bertemu ... saat usiamu masih sekitar seratus lima puluh tahun, saat itu kau menganggap dirimu seorang manusia."
Ethan terdiam. Ia bergeming dengan pandangan yang sedikit tertunduk, sementara benaknya kacau, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya di masa lalu.
Kenyataan bahwa yang saat ini sang ayah katakan, merupakan sebuah kebenaran, sungguh membuat hati Ethan benar-benar terluka.
Selama kurang lebih seratus lima puluh tahun, ibunya berusaha menutupi kebenaran tentang jati dirinya yang sebenarnya, dengan cara tidak mengijinkan Ethan berburu untuk memenuhi instingnya yang haus akan darah manusia, justru menggantinya dengan darah hewan yang dikemas dalam kemasan juss tomat, membuat Ethan perlahan mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...