"Calvin ... dia akan baik-baik saja, bukan?" Ethan bertanya pada Calvin yang saat ini tengah mencoba memeriksa Keira.
Masih berada di dalam kamar yang sama. Mana kala tubuh Keira sebelumnya tiba-tiba ambruk, Ethan bergegas ... menghampiri Keira dan mendapati gadis itu sudah tidak sadarkan diri.
Sempat dilanda rasa panik dan juga khawatir, bahkan hingga saat ini, Ethan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri di sela rasa bingung, tidak mengerti apa sebenernya yang telah terjadi pada Keira.
Menyebalkannya, rasa takut jika hal buruk telah menimpa gadis itu juga ikut menelusup dalam relung Ethan tanpa diundang.
Hal pertama yang Ethan lakukan saat Keira tiba-tiba pingsan adalah, mengangkat tubuh gadis yang terkulai lemas itu, membaringkannya di atas tempat tidurnya, lalu memanggil Calvin yang kebetulan merupakan seorang dokter.
Memanfaatkan kemampuan supranatural yang biasa dimiliki kaum Vampir berdarah murni, Calvin bisa dibilang cukup beruntung, sebab bisa mengetahui penyakit seseorang hanya dengan menyentuh, hingga takdir itu membawanya bekerja sebagai seorang Dokter di sebuah rumah sakit ternama, milik keluarganya sendiri.
Saat ini Calvin dan Ethan sedang berada di dalam kamar milik Ethan. Calvin duduk di tepian tempat tidur, menghadap ke arah Keira.
Sementara Ethan berdiri di samping Dokter sekaligus Vampir tampan itu, menatapnya dan Keira secara bergantian secara berulang dengan tatapan cemas.
Calvin menggenggam telapak tangan sebelah kiri Keira, lalu memejamkan kedua pelupuk matanya rapat-rapat. "Atrial Fibrilasi."
Ethan menatap Calvin dengan tatapan nanar, tidak mengerti maksud atau arti dari istilah medis yang telah Vampir tampan itu paparkan. "Atri ... Atrial apa?"
Calvin membuang napas kasar seraya membuka pelupuk matanya, lalu menoleh ke arah Ethan. "Keira mengalami Aritmia jenis Atrial Fibrilasi, di mana ia memiliki kelainan dengan detak jantungnya. Detak jantung menusia normalnya berkisar antara 60 - 100 kali permenit dengan irama yang teratur." Ia menoleh ke arah Keira yang masih tak sadarkan diri, menatap gadis malang itu dengan tatapan yang mengisyaratkan keprihatinan. "Berbeda dengan Keira. Detak jantungnya bisa lebih dari 100 kali permenit dan tidak beraturan."
"T-tapi ... aku sudah mencoba menyembuhkannya."
Calvin mengernyitkan kening, lalu menoleh lagi ke arah Ethan, menatap vampir tampan itu dengan tatapan nanar. "Apa maksudmu?"
Manik mata Ethan gemetar, menatap sosok Keira dan Calvin secara bergantian. "Aku sudah meminumkan darahku pada Keira kemarin malam."
Calvin membuang napas kasar seraya menundukan pandangan sesaat. "Ethan ... kemampuan supranaturalmu untuk menyembuhkan, hanya diperuntukan untuk luka fisik, seperti goresan, tembakan atau yang lainnya. Sedangkan pada luka dalam, mungkin kemampuanmu hanya bekerja sebagai penghilang rasa sakit sementara saja."
Ethan menoleh ke arah Keira, menatap wajah cantik yang nampak begitu pucat nan lemah itu dengan tatapan sendu, penuh kekhawatiran. "Sejak kapan? Sejak kapan Keira menderita penyakit sialan itu?"
"Dua tahun yang lalu, dan kondisinya sudah cukup parah."
Ethan menggertakan deretan gigi rapinya, membuatnya bergemelutuk disertai dengan rahangnya yang menegas. "Apa tidak ada cara untuk menyembuhkannya?"
"Ada."
Ethan menoleh ke arah Calvin. Manik jelaga pria tampan itu berbinar, penuh harap. "A-apa?"
"Merubahnya menjadi seorang Vampir."
***
"Keira pasti ada di sini, bukan?" Sarah bertanya-tanya seraya memendarkan pandangan kala ia menginjakan kedua tungkainya di halaman utama dari kediaman megah Stella.
Sarah sudah mencoba untuk menghubungi Keira sejak semalam, tapi sepertinya ponsel Keira mati, hingga gadis itu tidak bisa dihubungi.
Apartement milik Keira pun sudah Sarah datangi, tapi hasilnya masih nihil. Keira tidak ada di sana. Apartementnya tidak berpenghuni.
Sarah ingat, jika semalam Keira mengatakan bahwa ia diundang untuk menghadiri makan malam di rumah sang bibi. Sarah tidak membuang banyak waktu lagi dan langsung datang ke kediaman Stella.
Melangkahkan tungkainya ke arah pintu masuk utama dengan perasaan yang tiba-tiba tidak tenang dan tidak karuan, gadis cantik itu sesekali memendarkan pandangan, hanya untuk memastikan bahwa rumah di hadapannya itu aman untuk ia datangi.
Sarah menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. Ia mencoba untuk mensugestikan dirinya agar sedikit lebih tenang.
Salah satu tangan gemetar gadis cantik itu terangkat, hendak menyentuh bell dari pintu utama kediaman Stella tersebut.
"Nona?"
"Ah, astaga!" Sarah terhenyak.
Gadis cantik itu memejamkan pelupuk matanya sesaat seraya menempatkan kedua telapak tangan mungilnya di area dada, mencoba merasakan irama degup jantungnya yang seketika menggila.
"Maaf, jika saya mengagetkan."
Sarah menoleh ke arah belakang dan mendapati saat itu ada wanita paruh baya yang berdiri di sana, menatapnya sambil tersenyum.
"Oh, Bibi Jane. Kenapa Bibi mengagetkanku?"
Jane yang merupakan asisten rumah tangga yang bekerja di kediaman Stella, masih tersenyum sambil bersitatap dengan Sarah. "Maaf, Nona. Apa yang Nona lakukan di sini?"
Karena dulu Sarah memang cukup sering berkunjung ke rumah Stella saat Keira tinggal di sana, gadis cantik itu jadi mengenal baik Jane.
Tentu saat kali ini kembali bertemu setelah sekian lama, tidak ada kecanggungan yang tampak dari keduanya.
Sarah membuang napas kasar. "Aku mencari Keira."
Jane mengernyitkan kening. "Nona Keira tidak ada di sini."
Sarah menatap Jane dengan tatapan nanar. "Keira tidak ada di sini? Tapi semalam Keira bilang ... dia diundang untuk menikmati makan malam oleh Bi Stella. Aku kira dia menginap, karena dia tidak ada di apartementnya."
"Bibi melihat Nona Keira semalam memang datang, tapi tidak lama. Semalam bukan hanya Nona Keira saja yang datang, tapi ada beberapa orang yang datang kemari sebelum Nona Keira."
Sarah semakin kebingungan mendengarkan perkataan Jane. "Ada orang lain yang Bi Stella undang?"
Jane mengangguk gamang. Netra teduh wanita paruh baya itu tiba-tiba melembut, terlihat begitu sendu, memancarkan kesedihan. "Nona Keira dijadikan jaminan untuk melunasi hutang-hutang bibi'nya pada seseorang yang datang semalam."
Mata Sarah membola, disertai dengan mulut mungilnya yang menganga. "A-apa?"
"Itu benar, Nona. Bibi mendengar percakapan mereka semalam secara diam-diam saat menyiapkan hidangan untuk makan malam, tapi karena Nona Keira semalam cepat-cepat pergi setelah mendengar hal itu, jadi acara makan malamnya dibatalkan."
Sarah mengepalkan kedua telapak tangan mungilnya yang kala itu berayun bebas di kedua sisi tubuh. "Kejam sekali!"
Tiba-tiba Jane tersenyum senang, ayalnya seseorang yang kehilangan akal sehat. "Tapi Nona tidak perlu khawatir. Nona Keira sekarang sudah bebas dari paman dan bibi'nya yang kejam."
"M-maksud, Bi Jane?" Suara Sarah sedikit gemetar, juga lolos dengan terbata.
Jane terkekeh, lalu mendekat ke arah Sarah. "Nyonya Stella dan Tuan Chris sudah hilang. Mereka hilang dari dunia ini," bisiknya.
Sarah buru-buru mengambil satu langkah besar untuk mundur, guna membuat jarak tetap terlentang, sedikit menjauh dari Jane. "A-apa maksudnya?"
Jane hanya terkekeh, kemudian memutar tubuh dan pergi, meninggalkan Sarah yang termangu, memikirkan apa yang baru saja ia katakan.
"B-Bi Stella dan Paman Chris, m-menghilang?"
Tbc ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...