"Karena aku tertarik padamu?" kilah Ethan, menyembunyikan apa yang sebenarnya saat itu ingin sekali ia katakan.
Keira terdiam. Gadis itu balas menatap Ethan dengan tatapan sendu yang sangat sulit diartikan.
Ethan mematrikan senyum lagi di bibirnya. "Kau sudah mempercayaiku sekarang? Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu, bukan?"
"Untuk apa? Untuk apa kau menerima tawaran Bibi'ku dan membawaku bersamamu? Akan kau jadikan apa aku? Pembantumu? Sandraanmu, atau apa?"
Ada rasa sedih dan tak habis pikir yang terselip dari setiap pertanyaan yang saat itu tiba-tiba Keira lontarkan pada Ethan.
"Apa jika aku akan menjadikanmu sebagai pembantuku, atau sebagai sandraanku, aku akan membiarkanmu tinggal di kamar sebagus ini?"
Keira menghela napas dalam-dalam seraya mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan menundukan pandangannya sesaat. "Lalu apa tujuanmu membawaku kemari? Membawaku bersamamu?"
Ethan menatap Keira dengan tatapan lembut. Manik jelaga pria tampan itu gemetar, bergerak acak, menelisik wajah cantik Keira yang saat itu memancarkan sebuah keputus asaan. "Aku bisa menjadikan dirimu sebagai apapun." Ia tersenyum hangat. "My Girlfriend, My Baby, My Princess, My wife, atau bahkan My Queen. Tinggal putuskan, posisi mana yang kau inginkan? Yang terpenting bagiku, kau ada di sisiku, dalam hidupku. Be mine Keira, maka aku akan memberikan segalanya padamu. Apa pun yang kau inginkan. Bahkan nyawaku sekalipun."
Keira terkekeh tak habis pikir seraya mengalihkan pandangannya beberapa saat, memutuskan kontak mata dengan Ethan. "Konyol. Kau bahkan sama sekali tidak mengenalku. Begitupun dengan sebaliknya. Aku sama sekali tidak mengenalmu. Bagaimana kau bisa memintaku untuk menjadi milikmu? Lagipula, aku ini manusia, Tuan. Bukanlah sebuah barang yang bisa begitu saja dimiliki seseorang."
Hening. Selepas Keira merampungkan perkataannya, keheningan seketika menyapa, karena Ethan nampaknya tidak tahu lagi harus berkata apa.
Hanya suara dentingan dari jarum jam yang terdengar di kamar yang saat ini Keira dan Ethan tempati.
Baik Ethan atau pun Keira, agaknya mereka sengaja membiarkan keheningan di sana berlangsung beberapa lama, tanpa memutuskan kontak mata.
Ethan tersenyum getir, kemudian mengangguk gamang seraya menundukan pandangannya sesaat. "Hemmm. Memang konyol. Tapi ... apa kau akan menganggap perkataanku serius, jika aku mengatakan bahwa aku menerima tawaran Bibi'mu itu, karena aku mencintaimu?"
Keira terkekeh lagi, meremehkan. "Itu lebih konyol lagi. Seperti apa yang aku katakan padamu sebelumnya. Baik aku atau dirimu, kita sama-sama tidak saling mengenal. Sekarang kau mengatakan bahwa kau mencintaiku? Apa kau menganggap aku ini hanyalah sebuah lelucon?"
Sudah cukup. Kesabaran Ethan sudah babis untuk menghadapi gadis keras kepala yang satu ini.
Ethan mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat, sembari menatap Keira dengan tatapan lekat untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membangkitkan diri.
Pria tampan itu pergi meninggalkan kamar yang Keira tempati begitu saja, tanpa mengatakan apa pun lagi.
Ia bahkan membuka dan menutup pintu yang menjadi akses utama untuk ke luar masuk kamar tersebut dengan kasar, menimbulkan suara benturan yang berdentum keras, sehingga tubuh Keira sedikit terhenyak.
Pada akhirnya, percakapan yang terjadi antara Keira dan Ethan, berujung dengan Keira yang harus menahan kesakitan, karena Aritmia yang dideritanya kambuh saat itu juga.
Rasa sakitnya perlahan dan semakin lama semakin kuat terasa, hingga Keira memejamkan pelupuk matanya rapat-rapat.
"A-ah! Kenapa harus sekarang? Damn, rasanya s-sakit sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomansaEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...