Berdiri termenung, Ethan manatap permukaan daun pintu utama dari kamar tidurnya yang mejulang di hadapan.
Menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan seraya menundukan pandangan, Vampir tampan itu akhirnya memutuskan untuk membuka daun pintu tersebut dan memasuki kamarnya.
Kembali menutup pintu kamarnya secara perlahan, Ethan takut jika kedatangannya mengganggu tidur Keira yang tidak ia ketahui, sebenarnya saat itu sudah tersadar.
Memutar tubuh dan menengadahkan pandangan, betapa terkejutnya Ethan manakala saat itu ia mendapati Keira tengah duduk di tepian tempat tidur miliknya dengan kepala tertunduk.
Ethan tentu tidak ingin membuang banyak waktu. Vampir tampan itu berjalan ke arah Keira, lantas berlutut di hadapan gadis cantik itu.
"H-hey. Apa kau baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu?" racau Ethan, mencerca Keira dengan pertanyaan yang saat itu seketika muncul dalam benaknya.
Ethan menatap Keira dengan tatapan cemas, terutama saat ia melihat wajah Keira saat itu tampak pucat dan lemas.
Keira mendengkus pelan. "Aku baik-baik saja."
Ethan menengkup kedua bahu Keira, lembut. Pupil matanya gemetar, menelisik keadaan Keira dengan seksama. "Jangan berbohong padaku."
Menyingkirkan kedua telapak tangan Ethan dari tubuhnya dengan pergerakan yang begitu lambat, Keira membuang napas kasar. "Aku sungguh baik-baik saja."
Ethan menatap Keira dengan tatapan sendu yang memiliki banyak arti. Selepas ditepis oleh Keira, Ethan membiarkan kedua lengannya tergeletak, di kedua sisi tubuh gadis cantik kesayangannya, di atas tempat tidur. "Kau sengaja tidak membiarkan batinmu berbicara, agar aku tidak mengetahui bagaimana perasaanmu dan keadaanmu yang sebenarnya. Bukankah begitu?"
Keira terkekeh lemas seraya mengalihkan pandangannya sesaat. "Kau siapa? Sampai aku harus memberitahumu, bagaimana keadaanku? Dan apa yang aku rasakan?"
Ethan mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat. Tatapannya menyalang, menatap tajam manik hazel indah Keira yang dikelilingi iris yang sedikit memerah.
Keira memalingkan wajahnya ke samping kiri, memutuskan kontak mata yang terjadi antara dirinya dan Ethan.
Gadis cantik itu duduk di sana, di tepian tempat tidur Ethan semenjak ia sadar.
Bukan tidak ingin pergi, tapi ia masih mencoba untuk meredam rasa sakit di dadanya yang ternyata masih terasa, meskipun ia baru sadarkan diri.
Seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya rasa sakit di dadanya sudah pergi, jika sebelumnya Keira sampai tidak sadarkan diri.
Begitu biasanya obat yang Keira konsumsi bekerja setiap kali Aritmia'nya kambuh.
Telapak tangan sebelah kiri Keira bergerak lagi dengan sendirinya, meremat area dadanya kuat-kuat.
Pelupuk mata gadis itu terbuka dan tertutup beberapa kali dengan pergerakan yang begitu lambat, disertai dengan deru napasnya yang berat.
'Ah. Bodoh. Kau sudah tidak mengkonsumsi obatmu, jadi inilah hasilnya.'
"Kau masih kesakitan?" Ethan kembali angkat suara setelah membiarkan keheningan beberapa saat menyelimuti kamar megahnya.
Tatapan Vampir tampan itu melembut. Ia menyentuh pergelangan tangan Keira yang saat itu Keira gunakan untuk meremat dadanya.
"Aku baik-baik saja," tandas Keira seraya menghempaskan tangan Ethan dengan pergerakan kasar.
Gadis cantik itu mendengkus kesal seraya menengadahkan pandangan beberapa saat sembari mengerjapkan pelupuk mata sembabnya secara berulang, dengan harapan ... air mata yang seketika mengembun di sana, menghilang tanpa harus ia deraikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...