"Hey, Bunny ... apa kau baik-baik saja?" Keira bertanya pada pria yang saat ini tengah duduk di hadapannya sembari memeluk lutut di bawah pohon besar, berdaun rimbun.
Hutan yang lebat dan cahaya remang yang berasal dari sinar bulan purnama yang menembus rimbunnya dedaunan, adalah latar yang tergambar jelas di dalam manik hazel indah Keira.
Seluruh atensi Keira saat itu hanya terfokus pada sosok pria yang nampaknya enggan beradu tatap dengan dirinya.
"Pergi dari sini. Jangan mendekat!" bentak si pria yang Keira panggil dengan sebutan Bunny itu.
Keira tidak bisa melihat ekspresi apa sebenarnya yang saat ini Bunny tunjukan kala pria itu meninggikan intonasi suara, membentak dirinya dengan lantang.
Derapan langkah yang Keira ambil secara perlahan dan penuh kehati-hatian untuk mendekati Bunny saat itu, seketika terhenti.
Bentakan yang Bunny loloskan, berhasil membuat Keira terlonjak pun tertegun di tempatnya menginjakan kaki.
Keira menelan ludahnya dengan susah payah. Gadis cantik itu menatap Bunny dengan tatapan cemas, terutama saat ia mendengar Bunny sesekali mengerang, tak ayalnya seseorang yang tengah menahan kesakitan.
"B-Bunny ...."
"Rose! Aku bilang pergi dari sini!" bentak Bunny lagi.
Namun, kali ini Bunny angkat suara sembari menengadahkan pandangan, mempertemukan pupil matanya yang berwarna merah darah menyala dengan manik hazel indah Keira.
'Aku tidak bisa melihat wajahnya.'
Keira terhenyak. Kedua matanya membola, menatap Bunny dengan tatapan tidak percaya. "A-apa kau s-sedang membutuhkan darah manusia?"
Bunny kembali menundukan pandangan, tak kuasa lebih lama beradu tatap dengan Keira, terutama dalam keadaan seperti sekarang ini ... di mana dirinya yang sesungguhnya, sebagai makhluk berdarah dingin, menampakan diri.
Kendati begitu, agaknya Keira sudah tahu sejak awal, bahwasannya pria di hadapannya itu, bukanlah seorang manusia, melainkan salah satu makhluk mitologi, yang biasa disebut Vampir.
Keira bisa melihat, saat itu ... pembuluh darah di permukaan kulit Bunny yang terekspose, merambat, berwarna hitam pekat.
Tubuh Bunny gemetar hebat, dan itu Keira anggap sebagai pertanda, bahwasannya pria tampan yang ia panggil dengan sebutan Bunny itu, memang tengah menahan rasa sakit yang bukan main levelnya.
"K-kau bisa mati, jika k-kau tidak segera memenuhi kebutuhanmu, Bun-" "Pergi dari sini. Aku tidak ingin membuatmu terluka!" titah Bunny, memotong perkataan Keira yang lolos dengan terbata.
"L-lalu apa yang akan kau lakukan? Kau tidak mungkin mencari orang lain untuk kau ambil darahnya, jika keadaanmu seperti ini bukan?"
"Just fucking go!"
Keira kembali dibuat terhenyak oleh suara Bunny yang semakin meninggi intonasinya, kembali meloloskan bentakan yang terkesan penuh tuntutan, mutlak tidak menerima penolakan.
'Kenapa kau tidak pergi?'
Keira membuang napas jengah. Gadis cantik itu menatap sosok Bunny dengan tatapan tak habis pikir. "Dasar Vampir bodoh!"
'Vampir?!'
Bunny seketika menengadahkan pandangan, kala rungunya mendengar dengan jelas suara derap langkah Keira yang mendekat ke arahnya.
"Kau bisa meminum darahku," kata Keira seraya berlutut tepat di hadapan Bunny seraya menyingkab pakaian yang membalut permukaan bahunya.
Keira memiringkan kepala, menunjukan ceruk leher jenjangnya yang putih mulus, sempurna, mendekatkan dirinya ke arah Bunny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...