"Ethan. Dia cemburu, karena kau menanggil kami dengan sebutan Kakak. Dia sangat menyukaimu, Keira. Kau tidak menyadarinya?" tukas Calvin, memberi keterangan.
"Dia?" Keira melirik ke arah di mana sebelumnya Ethan berlalu, kemudian menoleh ke arah Calvin, menatap pria tampan itu, bingung "Pria arogan itu? Menyukaiku?" Keira membiarkan jari telunjuknya mengacung, mengarah ke ambang pintu ruang makan, kemudian pada dirinya sendiri.
"Daripada sekedar suka, menurutku Ethan memiliki perasaan padamu, lebih dari itu. Dia tidak pernah semarah ini hanya karena seorang gadis memanggil kami dengan sebutan Kakak di hadapannya," tandas Dean, menimpali.
"Tepatnya ... Ethan tidak pernah dekat dengan gadis mana pun sejak awal. Kau yang pertama, jadi kami tidak pernah melihat ia semarah ini hanya karena merasa cemburu." Gerald menambahkan.
"Ah benar. Kenapa aku baru menyadari hal itu. Kau benar, Gerald. Ini pertama kalinya Ethan dekat dengan seorang gadis, bukan?" Dean menoleh ke arah Gerald sekilas. "Apa kau memiliki hubungan spesial dengan Ethan kami?" lanjutnya, bertanya seraya memberi atensinya lagi pada Keira.
Keira menggeleng. "Tidak."
"Sebaiknya kau pergi menyusulnya, Keira," titah Gerald, lembut.
Keira menoleh ke arah Gerald, menunjukan ekspresi wajah tak yakin. "Haruskah?"
Gerald mengangguk gamang sembari memejamkan pelupuk matanya sesaat. "Hemmm."
Keira menoleh ke arah mana sebelumnya Ethan pergi. Ia menelan ludahnya dengan susah payah.
"Pergilah. Kami akan menunggu kalian di sini. Katakan padanya, kami tidak memiliki banyak waktu untuk berurusan dengan sikap posesifnya. Jika dia ingin kami membantunya, maka cepat kembali dan temui kami," tutur Andrew, dengan nada suara yang terdengar lebih serius kali ini.
Keira menoleh ke arah Andrew, menatap pria tampan itu dengan tatapan nanar. "Bantuan? Bantuan untuk apa? Apa Ethan meminta bantuan kalian untuk menghabisiku?" tanyanya, seraya memendarkan pandangannya lagi, menatap keempat pria tampan di hadapannya dengan tatapan gugup.
Calvin terkekeh gemas. "Bukan. Bukan untuk itu. Pergi dan bujuk Ethan, maka kau akan tahu jawabannya."
Keira menoleh ke arah Gerald, seolah meminta pendapat pria tampan itu. Dan Gerald nampaknya mengerti. Ia mengangguk pelan sambil tersenyum lembut.
Sebuah lenguhan pelan lolos dari mulut mungil Keira, sebelum gadis cantik itu memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah yang sama, dengan arah yang Ethan tuju sebelumnya.
"Tunggu," tukas Keira seraya menghentikan langkah lalu menoleh. "Aku tidak tahu dia pergi ke mana," imbuhnya.
"Dia pasti pergi ke kamarnya. Kamar yang terletak di depan kamar yang semalam kau tempati," tandas Gerald.
Keira mengangguk gamang sembari tersenyum kikuk. "Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu."
Gadis cantik itu pun tidak membuang banyak waktu. Ia berjalan cepat, setengah berlari menuju kamar Ethan, meninggalkan keempat pria tampan itu di sana.
Andrew membuang napas kasar. "Aku hampir kehilangan kendali," tandasnya seraya menundukan pandangan.
"Damn! Aroma darahnya manis sekali," tukas Dean, ikut menimpali.
"Apa dia keturunan darah murni dari kaum manusia?" Calvin yang angkat suara kali ini, bertanya pada Gerald.
Gerald mengangguk. "Hemmm."
"Aku heran, bagaimana bisa Ethan menahan diri agar tidak menghisap darah gadis itu?" Dean ikut angkat suara lagi.
Gerald tersenyum. "Dia pernah menghisap darah gadis itu sampai hampir menghabisi nyawanya. Tentu Ethan pasti sudah banyak belajar dan berlatih untuk mengontrol diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...