29 - Kekecewaan Yang Membuncah

155 26 0
                                    

Ethan mendengarkan segalanya. Ia mendengar segala percakapan yang terjadi di antara Keira dan Andrew, selagi dirinya menunggu bersama yang lainnya, di area ruang keluarga.

"Dean, kenapa kau sepertinya dengan sengaja ... tidak menceritakan apa yang kau lihat di hari itu, saat aku meminta bantuanmu?" Ethan bertanya seraya menoleh ke arah Dean yang saat itu duduk di sampingnya.

Deann membuang napas kasar. "Aku hanya tidak mengatakan hal yang jelas-jelas sudah kau ketahui sejak awal."

"Boleh aku bertanya padamu?" Masih Ethan yang angkat suara.

Sementara Gerald dan Calvin hanya diam memperhatikan dua anggota termuda. Nathen sudah tidak ada di sana. Beliau sudah kembali ke Istananya, karena tidak bisa terlalu lama membiarkan dirinya menunda beberapa hal yang harus beliau urus di istana.

Nathen hanya mengatakan, jika Ethan membutuhkan bantuan darinya ... Ethan bisa menghubunginya kapan pun. Beliau akan melakukan apa pun yang ia bisa, demi membantu sang putra.

"Kau dari tadi sudah bertanya, kenapa harus meminta ijin?" sarkas Gerald, yang tiba-tiba ikut menimpali.

"Tanyakan saja," kata Dean, sekenanya.

"Apa ada hal lain yang coba kau sembunyikan dariku?"

Baik Dean dan Andrew, mereka sama-sama tidak memiliki niatan untuk menggubris perkataan Gerald sepertinya, dan hal itu berhasil membuat Calvin tertawa puas, sementara Gerald hanya memutar bola matanya malas.

Dean menaikan alis sebelah kirinya, merespon perkataan Ethan. "Misalnya?"

"Apa pun."

Dean membuang napas kasar. "Kau akan tahu nanti, begitu Keira berhasil mendapatkan ingatannya kembali."

***

Salah satu ingatan yang muncul dalam benak Keira kala kekuatan Andrew mulai bekerja adalah ... ketika dirinya dan Ethan kembali bertemu.

Karena sebagian ingatannya sudah ia dapatkan melalui mimpinya, ingatan yang muncul menjadi acak, seolah dipilih berdasarkan apa yang paling ingin Keira ingat.

"Sampai kapan kau akan memanggilku dengan sebutan Bunny, Keira?" Ethan bertanya pada Keira berusia tujuh belas tahun yang saat itu sedang duduk di sampingnya, di bawah sebuah pohon berdaun rindang yang ada di tengah hutan.

Jika saat itu usia Keira masih tujuh belas tahun, menuju ke delapan belas. Maka itu artinya ... pertemuan yang saat ini Keira ingat, adalah pertemuan yang terjadi antara dirinya dan Ethan, saat keduanya baru saling mengenal.

"Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa? Paman Kelinci?" racau Keira, setengah mengejek.

Ethan mengernyitkan kening. "Paman? Apa aku terlihat setua itu di matamu?"

Keira mengangguk dengan lugunya. "Hemmm." Ia tersenyum. "Jelas kau terlihat lebih tua dariku."

Ethan menundukan pandangannya sesaat sembari membuang napas kasar. "Usiaku baru ser-" Ia mengurungkan niatnya saat itu juga, kala hampir saja mengatakan apa yang seharusnya tidak ia katakan.

Keira mengernyitkan kening, membiarkan kedua matanya memicing, menatap Ethan dengan tatapan penuh curiga. "Ser- apa?"

Ethan terkekeh kikuk, sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal. "Usiaku hanya dua puluh empat tahun. Bukankah terlalu muda jika dipanggil paman?"

"Maka dari itu, aku memanggilmu Bunny."

"Kenapa? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan Bunny? Apa tidak bisa hanya dengan nama saja? Ethan."

Through Your Veins | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang