06 - Roti Sobek

478 34 0
                                    

"A-ahh! Kepala dan leherku." Keira mengerang pelan seraya menyentuh kepala dan tengkuknya yang berdenyut nyeri.

Gadis cantik itu baru tersadar pada keesokan harinya, selepas Ethan telah dengan sengaja membuatnya tertidur pulas semalaman.

Wajah cantik Keira mengernyit, membuat dua alisnya yang bersebrangan bertaut, menunjukanekspresi layaknya seseorang yang tengah menahan rasa sakit.

Keira membuka pelupuk matanya secara perlahan, kemudian memendarkan pandangan dan menyadari bahwa dirinya saat ini tengah berada di sebuah kamar yang terlihat begitu asing bagi dirinya.

Gadis cantik itu mencoba untuk membangkitkan diri dengan bantuan kedua sikutnya yang ia gunakan sebagai tumpuan, ia tekankan di atas tempat tidur.

Keira menyandarkan tubuhnya secara perlahan di kepala tempat tidur. Pelupuk mata gadis itu masih mengatup sesekali dengan pergerakan yang begitu lambat.

Rasa sakit yang ia rasakan di area tengkuk dan kepalanya bukanlah hal yang bisa ia sepelekan. Sakit luar biasa, hingga Keira merasa kepalanya bisa lepas kapan saja, terpisah dari tubuhnya.

Keira menelan ludahnya dengan susah payah, mencoba membasahi kerongkongannya yang terasa kering kerontang, sebelum ia akhirnya kembali memendarkan pandangan, menelisik
segala penjuru ruangan yang saat ini ia tempati dengan tatapan nanar. "Harus kuakui... siapa pun yang mendesain kamar ini, memiliki selera yang cukup bagus," pujinya, pelan.

Suara gadis cantik itu terdengar lemah, tetapi tidak memberikan kesan sedih seperti semalam.

Terselip sebuah keceriaan dari pujian yang ia lontarkan, meskipun hanya sedikit.

Keira sedikit terhenyak kala mendengar
suara khas dari gagang pintu ditekan, berhasil menyapa rungunya.

Tentu Keira bergerak refleks, tidak memperdulikan tengkuk dan kepalanya yang masih terasa sakit, ia menoleh, mendapati salah satu pintu yang terdapat di kamar tersebut terbuka, menunjukan
sosok Ethan yang tengah bertelanjang dada, hanya memiliki handuk yang melingkar di pinggang.

Ethan tersenyum ketika manik matanya bersitatap dengan Keira, tak mengira bahwa saat itu Keira sudah sadarkan diri. "Oh, kau sudah bangun?"

Kedua mata Keira membola, menatap
pemandangan luar biasa dari tubuh kekar
Ethan itu dengan keterkejutan luar biasa.

Perut kotak-kotak yang terekspose dengan
sempurna. Lengan berotot, ditambah dalam
keadaan basah, terlihat begitu segar, membuat Keira agaknya sedikit kesulitan untuk memalingkan pandangan.

'Damn! Tubuhnya bagus sekali, dan ... seksi.'

Keira dengan cepat menggelengkan kepala, setelah tanpa ia sadari, ia memuji Ethan melalui suara batinnya.

Ethan menyeringai. "Apa kau menikmati
pemandangan indah yang tersuguhkan untuk mengawali pagimu?"

Keira menelan ludahnya dengan susah payah seraya menoleh ke arah berlawanan dengan arah di mana saat itu Ethan berada. "T-tidak. Tidak sama sekali."

Ethan terkekeh renyah. "Pembohong. Kau pikir ... aku tidak tahu, jika kau baru saja telah memujiku?"

"A-apa yang kau bicarakan? A-aku t-tidak
mengatakan apa pun padamu." Keira berdehem pelan. "Sedang apa k-kau di sini?"

Ethan berjalan mendekat ke arah Keira, lalu
berdiri di salah satu sisi tempat tidur, berlawanan dengan sisi yang gadis cantik itu tempati. "Aku menunggumu, tapi ternyata tidurmu cukup nyenyak, jadi aku memutuskan untuk membersihkan diri lebih dulu."

Mata Keira kembali membola kala kenyataan saat itu berhasil memukul keras dirinya secara mental.

Kenyataan bahwa saat ini ia tidak tahu sedang di mana, dan kenapa bisa berakhir di sana, membuat Keira dengan cepat menoleh ke arah Ethan.

Through Your Veins | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang