31 - Malam Pertama Penuh Tangis

556 27 0
                                    

Keira menatap Ethan dengan tatapan tajam. "Kau mau mati?"

Ethan terkekeh gemas. "Tidak. Aku hanya mau dirimu."

Keira berdecih. "Konyol."

Ia kemudian mendudukan dirinya di sana, tepat di samping Ethan, di tepian tempat tidurnya. "Apa kau benar-benar tidak mengerti, kenapa aku sampai merasa kau telah membuat kepercayaanku padamu terlukai?"

"Aku memiliki sedikit gambaran, tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu. Agar aku bisa memperbaiki kesalahanku dan berusaha untuk mengembalikan kepercayaanmu itu."

Keira membuang napas kasar sambari menundukan pandangannya sesaat. Ia tersenyum lirih dan menatap Ethan dengan tatapan sendu, penuh arti. "Apa kau sebodoh ini, sampai kau benar-benar tidak mengerti?"

Balas menatap Keira dengan tatapan hangat, Ethan mematrikan senyum lembut di bingkai birainya. 'Tidak. Aku sangat mengerti. Hanya saja ... aku ingin tetap bersamamu. Setidaknya, sedikit lebih lama untuk malam ini.'

Keira membuang napas kasar lagi untuk kesekian kalinya. "Sebelumnya, aku ingin bertanya padamu."

"Hemmm. Apa itu?"

"Empat tahun yang lalu ... kenapa kau memutuskan untuk menghilangkan ingatanku tentangmu, bahkan setelah kau menyatakan perasaanmu padaku?"

Mendengkus pelan seraya menundukan pandangan, Ethan kemudian meraih telapak tangan sebelah kanan Keira dan menggenggamnya, memberi usapan lembut secara berkala di sana dengan ibu jari tangannya.

"Kau bilang, kau tidak akan menyentuhku tanpa seijin dariku." Keira menundukan pandangan, menatap tangannya yang Ethan genggam untuk beberapa saat, sebelum menatap Ethan dengan tatapan tajam untuk kesekian kalinya.

Ethan tersenyum. "Tapi kau tidak menepis tanganku, itu artinya kau mengijinkanku," katanya, seraya menengadahkan pandangan, kembali mempertemukan manik jelaga indahnya dengan manik hazel Keira.

"Baiklah. Kuijinkan jika hanya menyentuh tangan saja," tandas Keira, pasrah.

"Kalau menyentuh yang lainnya?" Ethan bertanya dengan diakhiri senyum lugu tanpa dosa.

"Tidak. Tidak boleh. Jika kau menyentuh anggota tubuhku yang lainnya, maka aku akan membunuhmu!"

Daripada takut, justru Ethan malah merasa semakin gemas jika melihat Keira mengancam dirinya sembari menunjukan raut wajah geram. Terlihat begitu lucu, daripada seram.

"Baiklah. Aku tidak akan melakukannya. Aku akan menunggu. Menunggu sampai kau menyerahkan dirimu sendiri padaku. Meskipun saat ini aku adalah suamimu dan memiliki hak penuh atas dirimu, aku tidak akan memaksa, jika kau memang belum siap," tutur Ethan, dengan lemah lembut, penuh pengertian dan diakhiri dengan sebuah senyuman hangat.

Keira berdehem singkat. "B-baiklah. Cukup basa-basinya. Sekarang berikan jawaban untuk pertanyaanku."

Ethan membuang napas kasar lagi, entah untuk keberapa kalinya hari ini. "Aku saat itu memutuskan untuk membuatmu melupakanku, karena aku merasa bahwa aku tidak bisa melindungi dirimu, dari diriku sendiri. Aku hampir membuatmu meregang nyawa, kau ingat? Setelah kejadian itu, aku takut kau akan menganggapku sebagai monster. Aku tidak ingin kau menatapku dengan tatapan penuh ketakutan."

Mengatupkab bibir, Keira mengangguk paham. "Tapi kau tahu, bahwa hari itu aku memohon padamu agar kau tidak melakukannya. Kau pikir karena apa? Karena aku sangat mempercayaimu. Kenapa kau memutuskan hal itu hanya dari sebelah pihak saja? Kau bahkan tidak bertanya padaku. Jika aku takut padamu setelah kejadian itu, kau pikir aku akan bersedia menemuimu hari itu?"

"Aku tidak bisa berpikir secara logis, karena saat itu ... aku sangat ketakutan." Ethan menundukan pandangan. "Aku bahkan membenci diriku sendiri, karena terlahir sebagai seorang Vampir, bukan seorang manusia biasa," imbuhnya, lirih.

Tatapan Keira melembut. "Apa setelahnya, kau merasa lebih baik?"

Ethan menggeleng gamang. "Tidak sama sekali. Aku justru semakin merasa kacau." Ia menengadah, menatap Keira dengan tatapan sendu. Matanya berkaca-kaca. "Sampai akhirnya ... aku bertekad pada diriku sendiri. Jika suatu saat nanti aku dipertemukan lagi dengan dirimu, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Dan mulai dari saat itu, aku juga bertekad pada diriku sendiri, jika saat pertemuan kita akhirnya tiba, setidaknya ... aku harus menjadi seorang pria yang akan bisa melindungimu dari apa pun dan siapa pun, termasuk diriku sendiri."

Keira mendengkus kasar. "Lihat, bukan hanya aku ternyata yang menderita di sini, tapi juga dirimu. Kau seharusnya tahu, bahwa sejak awal aku mengetahui bahwa kau adalah seorang Vampir, aku sudah mempercayai dirimu seutuhnya. Aku percaya, bahwa kau tidak akan pernah menyakitiku, apa pun yang terjadi."

"Tapi aku menyakitimu. Bahkan lebih dari itu. Aku hampir membuatmu kehilangan nyawamu."

"Tapi aku masih di sini, kau lihat. Aku baik-baik saja dan masih hidup sampai saat ini. Aku sudah memberitahumu hari itu, tapi kau tidak mempercayaiku. Itu sebabnya kepercayaanku pada dirimu terluka. Aku memberimu kepercayaan seutuhnya, tapi kau meragukanku dan memilih untuk pergi dari hidupku begitu saja, Ethan," tutur Keira dengan suara yang semakin gemetar.

"Aku kecewa pada dirimu, karena kau tidak cukup mempercayaiku," lirih Keira seraya menundukan pandangan, membiarkan air matanya berlinang.

"Aku tahu, Baby. Aku tahu. Maafkan aku. Maka dari itu, berikan aku satu kesempatan saja untuk membuatmu kembali percaya padaku, hemmm?" Ethan menengkup kedua bahu Keira.

Keira menengadah. Ia tersenyum, tapi masih membiarkan air matanya berlinang. "Apa kau bodoh? J-jika aku tidak memberimu kesempatan, lalu kenapa aku bersedia menikah denganmu?"

Air mata Ethan yang sudah kadung mengembun pun, akhirnya ikut berlinang. Ia menatap Keira dengan tatapan haru. "T-tapi kau - kau bilang, k-kau bersedia menikah d-denganku karena k-kau ingin melihatku menderita karena k-kau- "Karena aku akan mati dalam dekapanmu?" Keira mengintrupsi. Kemudian tersenyum. "Tentu saja itu benar, tapi di saat yang bersamaan, aku juga ingin memberikanmu kesempatan. Agar setidaknya ... aku tidak akan menyesal, jika pun aku harus pergi meninggalkanmu setelahnya, untuk selamanya."

Ethan menggeleng tegas. "T-tidak. Aku tidak akan membiarkanmu pergi. A-aku akan tetap membuatmu hidup bersamaku."

Merenggangkan bingkai birai yang tampak agak gemetar, Keira tersenyum lirih di sela tangisannya. "Tidak bisa, Ethan." Ia menengkup wajah tampan Ethan yang basah karena air mata, dengan kedua telapak tangan mungilnya. "Cintaku padamu tidak lagi sebesar dulu. Cintaku padamu dulu sudah sampai di titik di mana aku rela melakukan apa pun untukmu, hanya demi bisa berada di sampingmu, tapi tidak dengan sekarang. Kau membuat perasaanku padamu berubah, tapi kau tidak perlu khawatir. Aku akan mencintaimu sebisaku dan membuatmu memiliki kenangan indah bersamaku dengan sisa waktu yang aku miliki. Dengan begitu ... kau akan mengerti, bahwa setiap tindakan yang kau ambil, pasti memiliki sebab dan akibat. Tidak semua hal akan berjalan sesuai dengan apa yang kau harapkan." Keira tersenyum. "Kuharap ... di masa depan kau akan menjadi pribadi yang lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan dan lebih menghargai kehadiran, juga perasaan seseorang."

Malam pertama yang seharusnya menjadi titik puncak kebahagian bagi sepasang pengantin baru, justru menjadi titik di mana tangis Ethan dan Keira sama-sama pecah untuk pertama kalinya, setelah akhirnya mereka memutuskan untuk berbincang dan mencurahkan isi hati mereka pada satu sama lain.

Namun, kenyataan bahwa Keira memberi Ethan kesempatan, akan tetapi tetap enggan bertahan untuk tetap berada di sisi Ethan, membuat Vampir tampan itu tetap tidak bisa tenang.

'Setidaknya, aku masih memiliki waktu untuk membuatmu merubah pikiranmu. Aku akan mencoba mencari cara, agar kau bersedia tetap berada di sampingku selamanya. Namun, jika pada akhirnya aku tetap tidak bisa membuatmu bertahan, maka aku sendiri yang akan membuat keabadian yang kumiliki ini ... berakhir.'

Tbc ....

Through Your Veins | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang