"Kau terlihat semakin stress akhir-akhir ini," sarkas Gerald seraya mendudukan dirinya tepat di samping Ethan.
Gerald baru saja tiba di area ruang baca yang ada di dalam Black House dan mendapati Ethan ada di sana, duduk termenung di kursi yang terletak di dekat jendela.
Ethan menoleh ke arah Gerald sembari mendengkus malas. "Apa sebelumnya aku sudah terlihat seperti orang stress?"
Gerald menggeleng gamang. "Tidak. Sebelumnya ... kau lebih terlihat seperti Vampir gila dan idiot," sarkasnya.
Ethan memutar bola matanya jengah, kemudian meluruskan pandangan. Ia membiarkan manik jelaga indahnya menatap pemandangan yang tersuguhkan melalui kaca tebal yang ada di hadapannya.
Gerald ikut meluruskan pandangan, lalu ia terkekeh kecil. "Sudah dua minggu semenjak kau membawa Keira untuk tinggal di mansion'mu ... tapi kenapa aku melihat, kalian seperti semakin jauh dari satu sama lain setiap harinya?"
Apa yang Gerald katakan memang benar. Hari ini merupakan hari ke lima belas bagi Keira tinggal di mansion megah milik Ethan.
"Bukan kami ... tapi dia sendiri yang sepertinya ingin membuat jarak yang begitu jauh denganku," lirih Ethan.
Gerald menoleh ke arah Ethan sembari mengernyitkan kening. "Apa maksudmu? Dan kenapa kau berpikir seperti itu?"
Ethan mendesah jengah sembari melemaskan persendian dan otot-otot di bahunya yang sempat menegang. "Entahlah. Keira terus menerus bersikap dingin padaku setiap kali kami bertemu atau hanya sekadar berpapasan. Aku merasa seperti dia sedang marah padaku."
"Apa kau sudah mencoba mengajaknya untuk bicara?"
Ethan mengangguk gamang. "Sudah, tapi dia dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak ingin bicara denganku. Dia memintaku untuk memberinya waktu dan meninggalkannya sendirian." Ia tersenyum lirih sembari menundukan pandangan. "Aku tentu tidak punya pilihan selain melakukan apa yang dia mau. Maka dari itu ... seminggu ini, aku lebih memilih melakukan misiku sendiri," imbuhnya.
"Saat pikiranmu sedang kacau, kau malah memilih untuk menjalankan misi. Bagaimana jika kau berakhir dengan terbunuh?"
Ethan terkekeh. "Justru karena itu. Karena pikiranku sedang kacau, makanya aku lebih menjalankan misi, dengan harapan ... aku bisa mengalihkan fokusku dari Keira."
"Lalu ... apa itu berhasil?"
Ethan mendengkus lagi untuk kesekian kalinya. "Sedikit. Hanya saja ... efeknya membuatku semakin sulit mengendalikan emosi."
"Kau dari awal memang sudah seperti itu, jangan salahkan Keira."
Ethan menoleh ke arah Gerald sembari memicingkan mata. "Apa maksudmu?"
"Kau adalah Vampir yang memiliki tingkat kelabilan emosi yang begitu tinggi, jika kau lupa," sarkas Gerald lagi.
Gerald berdehem singkat. "Apa perjanjianmu dengan Damon sukses? Damon bersedia memasok senjata untuk Gang kita?"
Selain menjadi CEO sekaligus pemilik salah satu perusahaan terbesar di negaranya bahkan terkenal hampir di seluruh belahan dunia, Ethan juga merupakan leader dari sebuah Gang atau komplotan mafia yang kekejamannya sudah tak diragukan lagi.
Red Bullet ... itulah nama komplotan mafia yang sudah sekitar lima tahun ini Ethan ambil alih menjadi di bawah kepemimpinannya, setelah sebelumnya dipimpin oleh sang ayah.
"Apa hanya itu yang kau perdulikan saat ini?" Ethan bedecak kesal sembari menggeleng tak habis pikir. "Kau memang kejam sekali," imbuhnya, dengan nada suara yang terdengar sedikit menyelipkan kesan jenaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
RomanceEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...