'Tampan. Mereka sangat tampan!' batin Keira menjerit, kala manik hazel indahnya memendar, menatap satu persatu wajah pria tampan yang saat itu juga tengah menatap dirinya.
Ethan memutar bola matanya jengah. Sementara Dean, yang saat itu duduk tepat di hadapan Keira - saling bersebrangan terkekeh gemas.
"Hallo. Siapa namamu, gadis cantik?" Dean bertanya seraya sedikit mencondongkan tubuhnya, guna memposisikan diri untuk menatap Keira lebih dekat, lalu melempar senyum manis yang membuat matanya tampak mengecil, hanya terlihat segaris.
Meluruskan pandangan, Keira menoleh ke arah Dean sembari menggigit bibir bawahnya pelan, menahan agar senyum senang tidak seketika mencuat di sana.
Sensasi panas seketika menjalar di wajah gadis cantik itu, membuat kedua pipinya bersemu merah muda, tersipu. Terutama saat ia mendengar Dean bertanya pada dirinya.
"Keira. Namaku Keira Nelson, Kak Dean," tandas Keira dengan suara manisnya yang terdengar begitu pelan, ayalnya sebuah bisikan yang nyaris saja tidak tidak terdengar oleh orang sekitar.
Jauh berbeda dengan suara yang biasa ia gunakan untuk berbincang dengan Ethan, yang seringnya begitu ketus juga jutek.
Mulut Ethan sukses dibuat menganga. Kedua matanya membola, menatap Keira dengan tatapan tidak percaya.
Ethan terkekeh sinis, merasa tak habis pikir. "K-Kak?"
Keira menoleh ke arah Ethan, menunjukan wajah sinisnya. "Apa aku salah? Aku yakin mereka berusia lebih tua dariku," tandasnya, memendarkan pandangan kemudian.
Perkataan Keira tentu sukses membuat semua orang yang ada di sana mengangguk setuju sembari menahan senyum, karena mereka tahu, bahwa saat ini Ethan tengah menunjukan sikap posesifnya terhadap gadis yang ia sukai.
Tak terkecuali dengan Gerald. Pria tampan itu tersenyum lepas, menunjukan gummy smile'nya kala melihat Ethan mati kutu di hadapan Keira.
"Kau benar, Keira. Usia kami pasti jauh lebih tua darimu. Jadi, kau juga harus memanggilku Kakak, mengerti?" tandas Andrew, sambil tersenyum manis dan menatap Keira, menunjukan ketampanannya yang pari purna, tak gagal membuat gadis manapun yang melihatnya terpana.
Keira menoleh ke arah Andrew, lalu tersenyum sambil tersipu. "B-baik, Kak Andrew." Ia menundukan sedikit kepalanya, agar bisa menyelipkan rambut ke belakang daun telinga dengan tangan berjemari lentik sebelah kirinya yang sedikit ia angkat. "Kau tampan sekali. Apa kau sudah memiliki kekasih?" imbuhnya.
Gadis cantik itu menatap Andrew dengan tatapan lugu, menunjukan puppy eyes'nya yang nampak begitu menggemaskan.
Andrew terkekeh gemas, sesaat. "Tidak. Aku masih single. Kau mau jadi kekasihku?"
Ethan menoleh cepat ke arah Andrew. "HEY! Kau mau mati?!" Ia menoleh ke arah Keira yang masih memokuskan atensinya ke arah Dean sambil tersenyum seperti orang bodo, kemudian. "Dan kau! Sejak kapan kau suka tebar pesona, huh?"
Rasa cemburu itu sedang mendera relung Ethan dengan begitu hebatnya, sampai mampu membuat emosi Ethan mudah sekali tersulut, terlebih dengan melihat tingkah laku yang Keira tunjukan, mendadak memberi kesan genit, begitu menyebalkan.
Keira menoleh ke arah Ethan. Senyuman yang setia memeta di bingkai birainya kala bersitatap dengan Dean, mendadak memudar.
Membiarkan manik matanya yang seketika menyalang kala bersitatap dengan Ethan, Keira menunjukan ketidak sukaan pada apa yang Ethan katakan.
Jelas, Keira merasa tidak terima, jika Ethan menghardik dirinya, mengatakan bahwasannya ia kini tengah dengan sengaja menebar pesona di hadapan pria-pria tampan yang duduk di sekitarnya itu. "Apa maksudmu? Aku rasa aku tidak perlu tebar pesona, karena pesonaku sudah menyebar dengan sendirinya," tandasnya, begitu percaya diri.
Merasa terhibur, sebuah gelak tawa tak dapat Dean tahan, mencelos begitu saja melewati wicaranya, kala menyaksikan betapa beraninya Keira membuat Ethan kalah telak di hadapan semua orang.
Calvin dan Gerald pun sama-sama memecahkan gelak tawa. Sementara Andrew hanya tersenyum gemas, mendengar Keira berkata dengan begitu percaya dirinya, menggunakan nada suara ketus, di hadapan Ethan.
"Wah. Ini pertama kalinya kita bertemu, tapi sepertinya aku sudah langsung menyukaimu, Keira," tandas Calvin, sambil tersenyum ramah dan menatap Keira dengan tatapan lembut.
Keira menoleh ke arah Calvin, lalu membalas senyumnya dengan senyum terbaik. "Benarkah? Terima kasih, Kak Calvin."
Agaknya Keira memang memiliki kemampuan yang tidak dapat diremehkan jika soal urusan merubah mimik wajah juga ekspresi dalam waktu singkat.
Satu detik terlihat begitu ketus, detik berikutnya gadis itu bisa saja terlihat manis dan menggemaskan, bahkan tersipu, jika merasa malu, kala ada seseorang yang memujinya.
"Kau sepertinya memiliki memory yang cukup baik ya, Keira?" tandas Gerald kali ini.
Keira menoleh ke arah Gerald. "O-oh. Bukankah kau yang semalam ikut bersama Ethan? Membeliku dari Bibi'ku?"
"M-membeli?!" pekik Calvin. Ia membulatkan matanya, menatap Keira dan Ethan secara bergantian dengan tatapan tidak percaya.
Sepertinya satu kalimat berisi sebuah keterangan tanpa sengaja Keira lontarkan, membuat hampir semua orang yang mendengarnya terkejut, kecuali Ethan dan Gerald.
Keira menoleh ke arah Calvin. Gadis itu mengangguk begitu saja dengan lugunya, tidak terlihat menyesal atau salah tingkah sama sekali, sehabis memberi pernyataan yang seharusnya terdengar tabu. "Hemmm. Ethan membeliku dari Bibi'ku, Kak."
"Hey! Kenapa kau memanggil semua orang dengan sebutan Kakak, sedangkan padaku, kau hanya menggunakan nama saja?!" racau Ethan, tidak terima, sebab meresa hanya dirinya sendiri yang menerima perlakukan deskriminasi dari Keira.
Pria tampan itu bertanya dengan nada suara yang sedikit meninggi sembari menatap Keira dengan tatapan tajam, penuh ketidak sukaan, terutama saat mendengar Keira menyebut pria lain dengan panggilan 'Kakak'.
Keira memejamkan pelupuk matanya rapat-rapat sembari mengatupkan belahan bibirnya beberapa saat, mencoba meredam kemarahan. Ia menoleh ke arah Ethan, lalu tersenyum. "Tidak bisakah kau pelankan suaramu?" Ia menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. "Aku berada di dekatmu. Tepat disampingmu, Tuan Muda Ethan!" imbuhnya, membentak.
"Oh, Tuhan. Ini pemandangan yang sangat langka. Seorang Ethan Stewart diperlakukan seperti ini oleh seorang gadis. Ini sangat luar biasa!" tutur Dean, antusias. "Kau gadis pemberani, Keira," imbuhnya.
Ethan mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat, lalu menggunakan salah satunya untuk menggebrak meja dengan menggunakan hampir seluruh tenaga, membuat sedikit kegaduhan, sebelum akhirnya ia memilih untuk membangkitkan diri dan pergi dari sana begitu saja.
Keira tentu sedikit terhenyak, begitu juga dengan yang lainnya. Gadis itu kemudian menggeleng tak habis pikir. "Arogan. Mudah marah. menyebalkan," kerutuknya, pelan.
Semua orang seketika terdiam, melongo menatap kepergian Ethan.
Gerald menundukan pandangan seraya membuang napas kasar. "Kau harus pergi menyusulnya, Keira. Kau harus meminta maaf padanya."
Keira menoleh ke arah Gerald. "Kenapa aku harus meminta maaf padanya? Aku tidak merasa bahwa aku sudah melakukan kesalahan."
"Ethan. Dia cemburu, karena kau menanggil kami dengan sebutan Kakak. Dia sangat menyukaimu, Keira. Kau tidak menyadarinya?"
Tbc ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Through Your Veins | Completed
Roman d'amourEthan Stewart tidak pernah mengira, jika pada malam di mana dirinya sudah membulatkan tekad akan memberi pelajaran berarti terhadap seseorang yang selalu mengingkari janji, ia dipertemukan dengan Keira Nelson yang tidak lain merupakan gadis yang mem...