Kelemahan diriku adalah kelebihan sahabatku. Kelebihan dariku adalah bagian dari kehebatan sahabatku. Karena kita selalu bersama, terima kasih sahabat.
Kebersamaan begitu terasa diantara tiga pasang suami istri yang sudah berumur hampir setengah abad ini. Ibra, Biyan dan Rama memang tetap akrab hingga usia semakin menua. Tidak ada batasan usia bagi mereka, untuk tetap menjalinkan hubungan persahabatan hingga seperti saudara.
Bahkan Biyan dan Rama yang memang bersahabat dari mereka masih dalam kandungan, berbagi panggilan sayang untuk anak-anak mereka. Bukan rahasia lagi, kalau anak-anak mereka memanggil panggilan yang sama. Mereka akan memangil Mama dan Papa untuk Biyan dan Sarah, begitu juga kepada Rama dan Livi mereka sama-sama memanggil Mommy dan Daddy.
"Rasanya sudah lama sekali kita tidak kumpul seperti sekarang. Dan anak-anak sudah beranjak dewasa." Rama sedang merenung memikirkan kehidupan.
"Bisa juga kamu merenung." Sarah tetaplah Sarah, usia tidak memengaruhi sifatnya yang usil dan berbicara santai dengan Rama.
"Dan pastinya Nyonya Biyan tidak akan pernah berubah." Rama menggeleng heran.
"Itulah yang membuat Biyan bertekuk lutut." Ibra ikut menggoda sahabatnya, Biyan menerima ledekan itu dengan senang. Dia memang sangat mencintai istrinya.
"Usia bukan menjadi penghalang."
"Rahma apalagi, tidak pernah membosankan." Tanpa malu Ibra memeluk Rahma.
"Gimana kalau kita menjodohkan salah satu anak kita?" Biyan memberikan ide.
"Memangnya Kakak tidak tahu? Kalau akan ada ajang perkenalan?" Biyan menggeleng mendengar ucapan istrinya.
"Mamaku, Mama Tiara dan Tante Nadira sepertinya masih punya rasa bersalah dimasa lalu, mereka mau cucu-cucunya yang membalas perjodohan itu." Sarah menjelaskan.
"Karena Satria masih fokus dengan urusan pekerjaan, Mama mendesak Dalillah yang menjadi perwakilan keluarga, siapa tahu berjodoh." Rahma juga menimpali.
"Aku terserah anak-anak, jika Leo setuju kita bisa meneruskan ke jenjang pernikahan." Sarah memang tidak akan memaksa anaknya dalam hal perjodohan.
"Kita nggak masalah, tapi Madam Tiara tidak akan tinggal diam." Biyan ikut menimpali.
"Iya, masih ingat dipikiranku Madam mendesak aku menikahi Si Begeng di sampingku ini." Livi terlihat sebal dengan candaan suaminya.
"Aku sudah tidak begeng lagi sekarang," ketus Livi.
"Iya sekarang mirip kulkas dua pintu," goda Rama lagi.
"Kamu masih enggak berubah, Ram, senang menggoda Livi." Rahma tersenyum geli melihat suami- istri ini dari dulu, mereka terlihat tidak pernah akur, tapi kekuatan cintanya begitu kuat terlihat.
"Aduh, Mbak, sekarang tambah lagi yang seperti dia, Mark menurunkan sifat usilnya." Livi geleng-geleng kepala.
"Lihat saja sekarang, sepertinya Dalillah sedang digoda sama Mark." Sarah menunjuk tempat di mana anak-anaknya sedang menikmati makan malam bersama.
-
"Besok aku jemput kamu di rumah, kita kencan berdua!" bisik Mark ke Dalilah yang sedang duduk mengisi minuman dingin.
"Ketemuan aja, aku bisa bawa mobil sendiri!" ketus Dalilah
"Terus gimana kita bisa dekatnya, Manis. Kau di sana, aku di sini, satu rasa dalam hati. Kenapa aku jadi bersenandung?" Mark senang sekali melihat wajah cemberut Dalillah.
"Sinting, mau jadi Afgan enggak kesampaian." Dalillah semakin sinis.
"Hmm, kasih kode, ya?!"
"Kode apaan? Situ percaya diri terlalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ruwet
Юмор--------- Kisah cinta keturunan tiga sahabat. 1. Abraham Sarha Rahma Raihana 2. Biyan Arga Rahadi Sarah Adiba P. 3. Rama Andhika. Livina Hans Sequel PMNA & Istri Cadangan 20 Mei 2015 (18+) ^_^