LEO ."Masih mual?" tanyaku kepada Marsha yang menggeleng lemah saat sedang bersandar di tempat tidur. Aku memegang tangannya dengan wajah tak tega. Tangannya terasa dingin dan berkeringat.
"Apa perlu kita ke dokter?" Marsha sekali lagi menggeleng tapi kali ini dengan senyuman. Senyum yang selalu membuat ku tenang.
"Aku tidak apa-apa. Aku masih bisa mengatasi. Dibawa tidur juga nanti hilang dengan sendirinya." katanya sambil membalas remasan tanganku.
Diusia kehamilan Marsha yang baru menginjak bulan ke tiga rasa mual memang masih terus menemani Marsha setiap harinya. Kehamilan kali ini kondisi tubuh Marsha memang lebih terasa lemah. Berbeda saat mengandung Rafa yang tidak terlalu mengganggu aktifitasnya. Aku sungguh berharap putri cantik yang akan melengkapi keluarga kecil kami.
"Rafa mana? Kasihan dia sedikit kurus karena aku selalu mual dan sibuk sendiri." tanya Marsha sambil memejamkan matanya. Mengatur nafasnya dalam-dalam. Mengumpulkan tenaga. Aku tahu ia selalu berusaha tampil prima di hadapanku.
"Sama mama di kamarnya. Mama mau mengajak Rafa jalan sama papa. Kamu jangan bersedih Rafa tidak kurus bukan karena kamu. Tapi karena ia aktif selalu belajar jalan dan kamu tidak melihat jika ia lebih tinggi postur tubuhnya." perlahan aku berpindah duduk di samping Marsha. Memeluk erat istriku tercinta. Menenangkan rasa bersalahnya.
"Masih mual?" Marsha menggeleng. Seperti biasa aku memijat kepalanya dengan lembut. Sungguh ia adalah ibu dari anak-anakku. Ini tidak ada artinya dari perjuangan dirinya selama ini.
"Mau ke rumah Achel. Kita ganggu sarapan Satria?" ledekku karena kebiasaan dirinya yang masih suka makan satu piring dengan Satria masih belum berubah. Anak-anakku memang aneh.
"Aku mau tidur." jawabnya manja. Aku menarik kepala Marsha bersandar di dada bidangku. Sesuatu yang selalu ia sukai. Aku tahu itu.
"Tidurlah aku akan menemani kamu love." Marsha mendongak, menatap heran wajahku. Dia pasti akan bertanya kenapa aku tidak pergi berkerja.
"Kamu nggak ke kantor?"
"Aku sudah minta digantikan Mark." ku kecup bibirnya sekilas.
Lembut, selembut hatinya.
"Kembaran kamu sepertinya sangat bertanggung jawab menggantikan daddy."
"Iya Mark sangat semangat untuk menggantikan daddy. Aku jadi bisa tenang sekarang..."
"Tapi aku yang nggak bisa tenang. Setiap hari menghadapi tom and jerry berdebat." keluhku yang dibalas tawa dirinya.
Siapa yang tidak akan kuat menghadapi duo semprul itu berkomunikasi. Setiap harinya mereka berdebat yang tidak ada mamfaatnya. Karena pada akhirnya pemikiran mereka selalu sama dan tidak beda jauh.
Sungguh menyebalkan.
Sejujurnya aku merindukan dirinya setiap hari di dalam kantorku. Merindukan senyuman manisnya. Tawa sopannya. Sungguh lebih indah dari pada menatap Mark dan Satria. Tetapi memang sudah saatnya ia total menjadi ibu rumah tangga. Menjadi ratu di kerajaan kecilku.
"Mark dan Satria itu selalu ribut setiap bertemu tapi mereka kompak. Coba kalau seminggu tidak bertemu pasti kangen sendiri." aku mengangguk.
Marsha benar mereka berdua itu bisa menjadi team paling kompak. Sayangnya mereka berdua nggak pernah sadar atau jangan-jangan sadar tapi Gengsi gede. Ah sudahlah untuk apa pagi indah ku di recoki mereka berdua.
"Besok Satria ulangtahun. Achel minta jangan ada yang mengingatkan. Katanya Achel mau kasih kejutan."
"Raja biar di sini saja." aku menggeleng. Sayangnya si gembul itu sudah diambil alih oleh nenek tersayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ruwet
Humor--------- Kisah cinta keturunan tiga sahabat. 1. Abraham Sarha Rahma Raihana 2. Biyan Arga Rahadi Sarah Adiba P. 3. Rama Andhika. Livina Hans Sequel PMNA & Istri Cadangan 20 Mei 2015 (18+) ^_^