12 - Bumil Manja

94.2K 4.3K 127
                                    

           

Di ruang keluarga rumah Satria.

"Malam semua." Satria menghampiri para orang tua yang sedang bersantai sehabis makan malam. Ada Opa dan Oma jugaZ

"Cucu Oma baru pulang?"

"Kamu semakin gagah saja, Satria. Opa jadi ingat masa muda dulu." Satria duduk di samping sang opa, Fatah Sarha.

"Kamu sudah makan, Nak?"

"Sudah Oma, aku makan di luar." Wajah Satria terlihat berbunga-bunga. Jelas hatinya sedang bahagia, hampir setengah harinya dihabiskan berdua bersama Rachel Arga Rahadi. Mereka pergi layaknya pasangan kasmaran dimabuk cinta, menonton dan makan malam bersama. Lagi-lagi lakon sepasang kekasih mereka lakukan. Satria diiringi sedikit rasa egoisnya, memang selalu menang.

"Kamu lagi kenapa, Sat? Wajahnya cerah sekali?" batin Rahma sangat tahu jika hati sang putra berbeda. Terlebih Satria adalah jenis pria yang mudah diterawang isi hatinya. Emosi Satria sangat mudah terbaca dan dilihat dari wajah dan perbuatannya.

"Seperi biasa, aku baik-baik saja, Ma" Satria tersenyum. Batin Rahma berharap putranya menemukan tambatan hati yang mampu menaklukan dirinya dari sikap kaku dengan wanita.

Rahma memang sedikit khawatir akan sifat kaku putranya, jika berhubungan dengan wanita. Satria terlalu menutup diri, entah hanya perasaanya, atau tidak dia merasa akhir-akhir ini putranya sedikit berubah. Satria jadi lebih santai dan tidak kaku.

"Dalillah belum pulang, Ma?" lagi-lagi batin Rahma tertawa, putranya tetap menjadi ibu tiri untuk Dalillah setiap waktu.

"Aku di sini. Oma, Opa." Dalillah datang dengan wajah yang lebih berbunga dari sang kakak. Dengan manjanya, dia memeluk Fatah Sarha dan berusaha mengambil alih tempat duduk sang kakak di samping Fatah Sarha.

"Datang-datang main gusur tempat orang. Dari mana saja kamu?" ketus Satria yang segera berpindah ke sofa di samping Rahma.

"Aku rindu, Opa." Dalilah memeluk erat sang kakek.

"Opa juga kangen sama cucu perempuan Opa yang semakin cantik." Fatah membalas pelukan sang cucu dengan sayang.

"Hmm, sama Oma, enggak?"

"Sayang juga, Oma." Dalillah mengedipkan matanya.

"Kebetulan semua sudah kumpul, Mama mau berbicara." Nadira tak mau berlama-lama sepertinya.

"Oma kemarin sudah berbicara dengan Tiara dan Hani. Mengenai perjodohan Dalillah dan Leo. Secepatnya akan dilanjutkan dengan pertunangan. Agar hubungan kalian lebih serius dan terikat." Seketika wajah Dalillah dan Satria berubah. Keduanya terhanyut pikiran masing-masing, Rahma menatap wajah Satria yang paling berbeda.

"Oma kenapa terburu-buru? Aku, kan, belum bilang setuju sama Leo. Kami masih pendekatan," rajuk Dalillah manja, dia sudah mulai paham jika berhadapan dengan Nadira Sarha bukan penolakan keras yang harus didahulukan, karena itu akan semakin membuat sang oma bersikeras dengan keinginannya.

"Pendekatan bisa dilakukan sambil berjalan, Sayang," rayu Nadira Sarha penuh penekanan.

"Mama, biarkan Dalillah dan Leo yang memutuskan. Ini urusan perasaan, Ma." Ibra sadar jika sang anak sepertinya tidak menyukai ide perjodohan dipercepat.

"Opa tidak masalah siapa yang lebih dulu menikah antara Satria atau Dalillah, yang lebih dulu. Opa mau melihat kalian bahagia." Fatah mencubit hidung cucu perempuannya dengan sayang.

"Pokoknya, Oma tidak mau tahu secepatnya kalian membuat keputusan. Disuruh menikah, kenapa susah sekali," tegas Nadira.

"Iya, Oma, " jawab Dalillah lirih. Sementara Satria, hanya diam dan lebih memilih tidak bersuara. Banyak pertimbangan jika dia terlalu lengah bermain perasaan dengan Rachel. Leo dan Dalillah sepertinya lebih baik maju.

Jodohku Ruwet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang