Masih di malam yang sama. Pernikahan Leo & Marsha.
"Daddy.. Mommy." Mark dan Dalilah menghampiri para orang tua yang sedang duduk di meja bundar. Selain Rama dan Livi, ada juga Ibra dan Rahma, Biyan dan Sarah.
Mark dan Dalilah duduk di antara enam orang orang tua yang sangat mereka hormarti. Meja itu sudah pas terisi oleh delapan orang. Suasana tegang menyelimuti hati Dalilah. Tangannya sudah dingin tak bernyawa. Ia malu meminta hal sepenting ini. Beruntung Mark meremas tangan Dalilah yang berada di pangkuan Dalilah. Mark tahu Dalilah tegang menghadapi ini.
"Kebetulan ada semua di sini. Jadi aku dan Dalilah tidak perlu mengulang kembali." Mark menatap Dalilah yang sedang menundukan kepala tak berani menghadap mata-mata para orang tua dihadapannya.
"Ada apa Mark?" Livi merasa curiga.
"Kami mau minta restu, kalau diizinkan kami mau menikah besok." jelas Mark tenang menatap Rama dan Ibra bergantian. Livi geleng-geleng kepala. Sementara Rahma terlihat terkejut menatap Dalilah menundukan kepala. Hanya Rama dan Ibra yang tersenyum dan menganggukan kepala. Biyan dan Sarah hanya tersenyum menatap dua anak muda ini berniat menyusul pasangannya yang lain.
"Oh sudah kubilang anakku yang satu ini akan tidak akan mau berbeda status terlalu lama dengan kembarannya." Livi tetap geleng-geleng kepala.
"Mom kami tidak meminta acara mewah. Kami hanya meminta restu dari kalian." Mark memohon menatap Livi.
"Lilah apa kamu baik-baik saja? Kamu tidak sedang mengandung kan?" cecar Rahma tanpa sadar. Dalilah langsung menatap wajah sang mama dan menggeleng penuh pembelaan.
"Nggak mama. Kami masih dalam batas normal. Aku berani sumpah." jelas Dalilah semangat. Rahma menghela nafas lega.
"Lalu kenapa mendadak besok?" tanya Rama dengan senyuman.
"Karena tidak ada alasan menunda pernikahan ketika dua manusia saling mencintai." jawaban Mark yang tegas dan tanpa ragu membuat Rama dan Ibra tersenyum bahagia. Biyan pun ikut tersenyum mendengarnya.
"Haduh bisa pusing aku dibuatnya, anak kembar memang sehati..." Livi mengurut pelipisnya pasrah.
"Udahlah Vi.. Kasihan orang mau nikah ditahan-tahan, tadi saja kita bisa lewati dengan mudah, besok pun pasti berjalan lancar. Aku akan membantu Dalilah mempersiapkan diri. Mbak Rahma tidak perlu khawatir. Zahara juga menikah dalam waktu sehari." bujukan Sarah dirasa sangat membantu Mark. Ia sangat bersyukur mempunyai ibu kedua sebaik mama Sarah. Batinnya berteriak girang.
"Iya aku juga setuju. Putri kita juga berhak bahagia." Ibra melirik Dalilah yang sedang menatap dirinya bahagia. Mark mengangguk sopan mendengar restu calon ayah mertuanya.
"Tapi persiapannya?" Rahma masih mengerutkan keningnya.
"Itu mudah Mbak. Biar aku yang membantu Dalilah." Sarah mengedipkan matanya ke arah Dalilah yang sudah tersenyum mengangguk manja.
"Aku juga setuju. Putra daddy sudah tidak tahan yah." kali ini Rama juga memberikan restunya.
"Mbak bisa kita bicara...?" Livi berbisik kepada Rahma. Mereka sama-sama mengangguk dan meninggalkan meja itu.
"Kami permisi sebentar.." Mark dan Dalilah menatap kepergian kedua ibundanya dengan harap-harap cemas.
"Paaaa.." Dalilah menatap wajah Ibra penuh permohonan. Ibra hanya mengangguk.
"Kalian ini suka sekali yah menambah keruwetan para orang tua." Rama terkikik geli melihat tingkah putra-putrinya.
"Tenang saja sayang. Mommy sebenarnya tidak keberatan dia hanya takut. Kalian kan kembar, menikah diwaktu yang sama katanya tidak baik. Salah satu diantara kalian bisa jadi ada yang gagal." jelas Sarah kepada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ruwet
Humor--------- Kisah cinta keturunan tiga sahabat. 1. Abraham Sarha Rahma Raihana 2. Biyan Arga Rahadi Sarah Adiba P. 3. Rama Andhika. Livina Hans Sequel PMNA & Istri Cadangan 20 Mei 2015 (18+) ^_^