39 - Raja-Rafa-Razi

82.5K 3K 102
                                    

           

Di kamar Marsha.

"Kenapa belum tidur?" Leo memeluk perut besar istrinya dari dari belakang. Malam sudah sangat larut dan Marsha masih belum bisa tertidur dengan nyenyak. Kondisi kehamilannya yang sudah memasuki bulan kedelapan memang sudah membuat dirinya mulai kesusahan mencari posisi yang nyaman.

Leo mengelus pelan perut Marsha bahkan memijat sekitar pelipis Marsha agar bisa tertidur.

"Mau aku pijat pelan dengan minyak zaitun di sekitar punggung kamu?" Marsha menggeleng. Ia lebih memilih merebahkan kepalanya di lengan Leo. Menjadikan bantalan yang membuat ia nyaman.

"Aku susah mencari posisi yang nyaman." desah Marsha serba salah.

"Entah kenapa aku merasa gelisah Le.." Leo membelai lembut lengan Marsha. Menghirup feromon istrinya yang selalu ia sukai.

"Kamu lapar?" Marsha menggeleng.

"Mau minum?" Marsha menggeleng.

"Mau menonton tv?" Marsha tetap menggeleng.

"Kamu kangen sama Mark yah?" tanya Leo langsung. Marsha mengangguk dan hanya diam tidak berani menoleh ke arah belakangnya. Hembusan nafas panas dari suaminya sangat terasa di sekitar leher jenjang miliknya.

Leo tersenyum. "Mereka kan sedang honeymoon. Biarkanlah mereka puas menikmati masa-masa berdua. Sebelum akhirnya Dalilah menyusul kamu dan Achel." Marsha menggenggam tangan kanan Leo yang masih betah bersandar di perut bulat dirinya.

"Aku kangen Mark..." rengek Marsha manja. Leo hanya bisa tertawa dengan kontak batin istrinya dengan saudara kembarnya. Mark pun tak kalah sama nya dengan Marsha. Mark setiap harinya selalu menghubungi Marsha atau bertanya kabar Marsha kepada Leo. Kedekatan mereka memang sulit untuk dijauhkan.

"Ssshh..." Marsha meringis karena tendangan berasal dari perutnya membuat ia tidak nyaman dengan posisinya sekarang.

"Ke sini berbalik love." Marsha perlahan membalikan posisinya menjadi telentang. Leo menyanggah kepalanya dengan tangan kirinya yang sebelumnya menjadi bantalan kepala Marsha. Wajah senyum manis suaminya menyambut Marhsa.

"Dia juga rindu paman ruwetnya ternyata." goda Leo sambil mengelus perut Marsha.

"Aku berdoa semoga Lilah segera hamil." Marsha berkata pelan dan penuh harap.

"Jangan membebani mereka. Biarkan waktu berjalan dan memilih yang terbaik love." Marsha mengangguk.

"Apa kamar pangeran kecil kita sudah selesai?" Marsha mengangguk ceria.

"Aku sampai bingung karena mama dan mommy benar-benar mengurusi kamar itu dengan antusias. Bahkan semua ide dari mereka." Leo tahu kedua orangtuanya sangat antusias menyambut kelahiran putra pertamanya. Terlebih Biyan sang ayah. Karena jelas putra ini akan menerusi keturunan keluarga Rahadi.

Hasil usg memang menjelaskan jika jenis kelamin calon anak mereka adalah laki-laki. Kebahagian sangat terasa dari kedua keluarga baik Biyan dan Rama karena mereka akan segera mempunyai cucu bersama. Terlebih Biyan yang akan mendapatkan dua jagoan cucu dari kedua anaknya.

"Di rumah mama nuansa kamarnya biru dan orange." Leo mengernyit bingung.

"Orange kan warna kesukaan papa Biyan." Leo mengangguk tersadar. Sang papa memang menyukai warna penuh semangat itu.

"Di rumah mommy?" tanya Leo sambil menunjuk arah kamar sebelahnya. Mereka memang sedang menginap di rumah Marsha.

"Dominasi merah dan mobil." cicit Marsha pelan.

Jodohku Ruwet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang