41 - EP - Pasti Ruwet

64.7K 3K 356
                                    

Di kediaman keluarga Dalillah.

"Ayo makan Lilaaah..." mohon Rahma kepada anak perempuannya yang sedang hamil besar. Kehamilan Dalilah tinggal menunggu hari. Dokter memprediksikan minggu ini proses kelahiran. Semenjak itu Dalilah sudah menetap di rumah orangtuanya. Ibra masih belum mengizinkan putri tersayangnya jauh dari dirinya.

"Aku nggak suka sayur ma. Mulutku mual saat memakannya." wajah Dalilah meringis menahan mual saat melihat sayur katuk bercampur butiran kacang hijau yang khusus di buat Rahma untuk putrinya.

Sayangnya Dalilah tidak seperti dirinya yang menyukai aneka sayuran. Entah mengapa Dalilah selalu mual jika mengkomsumsi sayuran. Ia lebih menyukai sejenis ikan laut.

"Kamu lihat Achel air susu nya sungguh berlimpah karena suka mengkomsumsi sayuran dan daging. Kamu tinggal menghitung hari tetapi belum ada tanda-tanda air susu keluar." Rahma memegang perut bulat putrinya. Dalilah menunduk gelisah.

"Aku tidak tahu ma dengan mulutku. Lidahku terasa kelu saat memakan aneka sayuran. Aku sebenarnya mau ma tetapi rasa mual datang tiba-tiba." lirih Dalilah sedih.

"Ya sudah. Kamu minum sari kedelai saja yah. Oma juga bilang makanlah kacang-kacangan. Katanya bisa memancing air susu keluar, nanti setelah melahirkan juga dengan sendirinya keluar." Dalilah mengangguk.

"Mama hari ini mau pergi?" Rahma terlihat diam dan mengangguk.

"Mama mau pergi ke rumah Satria. Mama kangen dengan Raja. Kakakmu itu sungguh keterlaluan. Raja tidak boleh menginap lagi di sini. Kamu juga sih terlalu serakah meminjam Raja." gerutu Rahma membuat Dalilah tertawa. Ia memang sangat sayang dengan Raja putra dari sang kakak.

Raja memang menjadi rebutan setiap minggunya untuk menginap bersama Dalilah, Rahma ataupun Sarah. Kehadiran nya dirasa mampu membuat hidup mereka menjadi lebih berwarna.

Sementara Satria merasa jam pertemuannya dengan sang putra berkurang. Akhirnya ia dengan tegas melarang putranya menginap di manapun. Putranya harus berada di rumah saat Satria sudah selesai berkerja. Dan karena itu Rahma atau pun Sarah sering berkunjung jika mereka merindukan cucu tersayang.

"Mama mau berangkat sekarang? Aku tidak masalah sendiri di rumah." semenjak diberitahukan Dalilah tinggal menunggu waktu Ibra sangat me wanti-wanti seluruh keluarga untuk saling membantu menjaga Dalilah.

Terlebih Mark sang menantu. Beruntung perkerjaan Mark bisa ia kerjakan melalu sambungan telephone. Mark biasa memberikan intruksi urusan bengkel dari balik ponsel.

Satu minggu ini Mark akan standby berada di sisi istrinya. Bukan karena Ibra ayah mertua ataupun Rama sang daddy yang meminta Mark. Ini murni dari lubuk hatinya yang terdalam ingin berada dekat dengan istrinya. Itu kewajibannya sebagai seorang suami.

Dalilah tidak selalu berdiam diri di dalam rumah. Mark mengajak Dalilah sesekali ke bengkel, melihat pameran atau makan siang di restoran sesuai keinginan Dalilah. Tetapi tempat yang selalu mereka kunjungi adalah rumah Satria untuk sekedar mengecup sayang Raja dan juga Rafa dimanapun Rafa menginap.

Mark hanya pasrah karena sang istri begitu menyayangi kedua jagoan Satria dan Leo itu. Mood Dalilah bisa sangat gembira saat bertemu dengan mereka. Dan Mark mensyukuri itu.

Sungguh besar pengaruh kehadiran duo gembul itu semasa kehamilan Dalilah.

"Nanti saja mama tidak terburu-buru. Mama sampai malam mungkin di sana karena papa juga mau ke sana setelah pulang dari kantor. Mama dan papa kangen dengan Raja." jelas Rahma sambil memikirkan cucu nya tersayang.

"Mama pergi saja aku sudah di rumah." Mark datang dengan senyum sopan menatap ibu mertuanya.

"Mark.. Ya sudah mama bisa tenang meninggalkan Dalilah di rumah. Apa kalian mau ikut ke rumah Raja?" Mark dan Dalilah menggeleng sambil tertawa.

Jodohku Ruwet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang