Di bengkel Mark.
Mata itu terus menatap mata sesosok pria. Dengan tulus sang wanita mempersiapkan makan siang untuk pemilik bengkel tersebut. Mark tetap menerima setiap makanan yang selalu diberikan wanita yang sangat berharga dalam hidupnya itu, walaupun cita rasa makanan itu terbilang amburadul dan sangat tidak layak untuk dinikmati dirinya. Tapi berdalih sayang dan cinta ia tetap menikmatinya.
Mark terus menelan dengan susah payah makan siang untuknya hari ini. Terlebih sang wanita memasang wajah bahagia saat Mark menelan habis pemberian dirinya.
"Enak nggak Mark? Aku janji setiap hari akan membawakan makan siang untukmu dan juga Leo." wajah Marsha sangat berbinar menatap saudara kembarnya menikmati makan siang buatannya.
"Haduh Leo aja deh yang kamu kirimkan bekal makan siang. Aku udah dapat jatah dari Dalilah.." Mark menahan rasa perutnya yang seperti diremas bagai pusaran air cabai membentuk badai di dalam perutnya.
Entah apa yang dimasak Marsha. Soup sari cabai kali yah. Hari ini Marsha dan besok giliran Dalilah membawakan aku makanan dengan rasa yang tak kalah hebohnya. Bisa busung lapar gue setiap hari menerima makanan mereka. Apa-apaan ini mereka kira gue kelinci percobaan apa yang setiap hari menerima makanan mereka. Seharusnya mereka mencicipi dulu rasanya. Serasa master chef handal yang makanannya dipastikan enak. Menyebalkan.
"Leo bilang seminggu ini dia makan siang di luar terus. Karena harus bertemu klien." jawab Marsha dengan nada kecewa. Bajingan kau Leonardo.
"Sha.. Udahlah nggak usah repot kamu kirimin aku makanan terus. Aku kangen jajan di luar. Kamu emangnya nggak cicipin dulu makanan kamu?" Marsha menggeleng. Mark hanya mendesah pasrah dan sangat berhati-hati berkata.
Gimana gue mau bilang kalau rasa makanannya mirip isi kulkas diblender. Baik Marsha atau Dalilah sama-sama antusias belajar masak. Si Achel kapan pulang dari honeymoon sih. Sekutu abadi gue harus segera bertindak nih. Bisa kena wabah gizi buruk lama-lama gue nih.
"Akukan lagi semangat belajar masak Mark. Kamu harusnya dukung. Achel nggak pulang-pulang sih jadinya aku otodidak sendiri tapi sejauh ini bisa kuatasi dengan instingku." Mark mendengarkan dengan malas.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk..." Mark dan Marsha menoleh ke arah pintu yang berbunyi dan terbuka menampilkan sesosok manusia cantik yang juga sedang mempunyai hobi memasak. Hati Mark bergemuruh frustasi. Ingin rasanya ia keluar dan kabur dari kantornya agar terhindar dari dua wanita yang sangat berharga di hatinya. Selamat Mark hari ini siapkan wajah palsu. Apa gue pura-pura pingsan yah..? Apa mereka berniat meracuniku secara pelan-pelan.
"Dalilaah..." Marsha tersenyum menyambut calon adik iparnya dengan sayang.
"Sha kamu lagi di sini?" Dalilah duduk di samping Mark dan mengecup pipi tunangannya sekilas.
"Iya aku lagi bawain bekal makan siang buat Mark." Marsha melihat kotak makan yang dipegang Dalilah.
"Kamu bawain juga bekal makan siang untuk Mark?" tanya Marsha riang.
"Sayangnya nggak Sha.." jawab Dalilah dengan nada sedih. Mark tersenyum lega. Aku mencintaimu Dalilah Raihana Sarha.
"Tapi aku bawah dessert spesial buatanku." Mark menelan ludahnya. Double sialan!
"Kebetulan aku dibantu sama Achel buatnya." Mark menghela nafasnya sedikit lega. Dibantu Rachel..? Ah pasti masih layak dikunyah. Amaannn..
"Aku mau dessert kamu Lil.. Udah kenyang makan masakannya Marsha." Dalilah sangat antusias membuka dessert buatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ruwet
Humor--------- Kisah cinta keturunan tiga sahabat. 1. Abraham Sarha Rahma Raihana 2. Biyan Arga Rahadi Sarah Adiba P. 3. Rama Andhika. Livina Hans Sequel PMNA & Istri Cadangan 20 Mei 2015 (18+) ^_^