Di mobil Leo masih dimalam itu.
"Nggak bisa Le, kita harus menikah lebih dulu. Aku nggak mau pernikahanku di urus sama oma-oma itu. Sudah cukup aku melihat Rachel yang tertekan." Marsha sudah sangat berani bermanja-manja. Leo hanya tersenyum sendiri betapa ia sangat mengingat kemarahan Marsha sore sebelumnya.
"Iya tapi kalau memang Mark dan Dalilah yang diberikan amanat terlebih dahulu aku tidak masalah Sha.." Leo mengelus pipi Marsha.
"Ayo antarkan aku pulang kita harus berganti pakaian, mudah-mudahan Mark masih ada dirumah." Leo mengangguk dan segera mengemudikan mobilnya.
"Pokoknya aku mau kita yang menikah duluan." Marsha memejamkan matanya dan tetap bergumam.
Leo tertawa dalam hati dengan perubahan Marsha, sejujurnya ia begitu heran dengan Marsha. Terlebih Leo baru melamar dirinya kepada kedua orangtuanya saja belum secara resmi meminta dengan dirinya sendiri. Tetapi Marsha seakan melupakan hal itu, jelas terlihat Marsha sudah setuju tanpa perlu diminta.
"Baik Serenity." Leo memacu kencang mobil tersebut.
Akhirnya mereka sampai di rumah kediaman Marsha lebih dari tengah malam. Marsha langsung berbenah diri begitupun Leo yang juga membersihkan diri di kamar Mark. Si pemilik kamar ternyata sudah pergi dengan niat melamar Dalilah.
"Le, Mark sudah pergi bagaimana ini.." rajuk Marsha manja yang sudah terlihat segar dengan balutan dress selutut berwarna putih. Leo selalu menyukai penampilan Marsha yang sederhana tetapi tetap anggun menyihir dirinya dan secara mutlak Leo akan bertekuk lutut pada pesona Marsha.
"Tenang Sha, biarkan hari ini Mark melamar Dalilah." Leo merapatkan dirinya memeluk Marsha. Menghirup aroma sihir Serenitynya. Marsha menatap yakin mata tajam Leo.
"Tadi mereka bilang Mark mau melamar Dalilah saat sunrise. Sungguh norak kembaranku itu." gerutu Marsha polos. Leo ingin berkata dirinya lebih parah noraknya karena dia belum melamar Marsha.
"Ah aku harus meminta bantuan Satria agar mau menghalangi Dalilah pergi dengan Mark." Marsha mencari ponselnya di dalam tas miliknya.
"Le kamu juga hubungi Rachel yah.." Leo mengangguk. Marsha terus gelisah karena sang pengantin baru tidak juga mengangkat panggilannya.
"Ahh sekarang malah tidak aktif. Ponsel Rachel juga tidak diangkat yah? Satria menyebalkan." Marsha masih menggerutu. Leo memeluk Marsha dari belakang.
"Kamu lupa mereka itu pengantin baru. Menerima panggilan telephone dijam segini adalah sesuatu yang tidak dibutuhkan pengantin baru." bisik Leo tepat di telinga Marsha yang tersenyum geli.
"Tapi bukankah Rachel sedang berhalangan?" Marsha menahan malu membahas malam pertama seseorang dengan pria yang hampir membuat ia gila karena cintanya.
"Mereka mungkin hanya beradegan seperti kita tadi love." Marsha langsung melepas pelukan Leo. Ia teringat kejadian sebelumnya. Wajahnya merona merah. Ia duduk sambil berfikir kemana perginya sang mantan playboy itu pergi membawa calon istri yang akan ia lamar.
"Aku tahu dia kemana. Ayo Le kita harus menemukan mereka." Marsha menarik Leo pergi. Sesaat Leo menahan tangan Marsha, dengan waktu sepersekian detik tangan Leo sudah menangkup wajah Marsha. Leo melumat lembut bibir merah Marsha.
"Kamu belum memberikan sentuhanmu princess.." Marsha berjalan lebih dulu mendahului Leo. Ia masih malu mengingat kejadian sebelumnya. Adegan yang mereka mainkan hampir saja lepas kontrol. Ayo princess keluarkan sifat aslimu. Tadi saat di kamar itu kamu begitu agresif princess.
***
Di rumah pantai milik keluarga Rama Andhika.
Mobil Mark sudah sampai di halaman depan vila pribadi milik keluarga Rama Andhika. Dalilah tampak tertidur di kursi di samping supir. Mark menatap wajah lucu Dalilah yang mengenakan piyama bermotif cup cake sama seperti dirinya manis seperti gula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ruwet
Umorismo--------- Kisah cinta keturunan tiga sahabat. 1. Abraham Sarha Rahma Raihana 2. Biyan Arga Rahadi Sarah Adiba P. 3. Rama Andhika. Livina Hans Sequel PMNA & Istri Cadangan 20 Mei 2015 (18+) ^_^