7 - Endymion & Serenity

86.5K 4K 64
                                    

           

Masih di Cafe Amor

"Jadi, kita mau dijodohkan?" Leo bertanya sopan kepada Dalillah. Sekarang dia sedang duduk berdua di Cafe Amor. Oma-oma mereka sudah pergi meninggalkan mereka berdua. Siasat menyebalkan ala-ala orangtua.

"Sekarang pendekatan! Kami tidak akan menganggu. Nanti enggak bisa bebas lagi, kalau ada kita". Leo hanya geleng kepala jika mengingat candaan para wanita yang sudah berambut putih tersebut. Benar-benar membuat telinga yang mendengar memerah menahan malu.

"Oma kita berdua curang, kita dijadikan kambing hitam." Dalillah tersenyum menatap Leo. Dalillah baru sadar, Leo tak kalah tampan dari Mark. Bahkan Leo terlihat lebih manis. Tutur katanya juga sopan. Setiap Dalillah berbicara, Leo akan menanggapi dengan lembut. Tapi Mark bisa membuat dia bebas berekspresi. Setidaknya dia tidak perlu sibuk menjaga sikap. Dengan Mark, Dalillah bisa lebih leluasa bersikap, karena Mark membawa suasana santai.

"Lilah. Jujur, aku belum siap untuk menerima hal ini." Dalillah mengangguk setuju dengan pernyataan sopan Leo.

"Oma Hani termasuk orang yang fleksibel dalam mengambil keputusan. Berbeda dengan yang satu lagi. Oma Tiara, dia berbeda. Semakin aku menolak, semakin dia berusaha. Jadi lebih baik kita bekerja sama, kamu mau?" Dalillah bingung dengan penjelasan Leo.

"Oma kamu pasti memaksa juga kita untuk dekat, kan?" Dalillah menggangguk.

"Percuma untuk kita membantah. Bagaimana kalau kita ikuti saja alur yang dibuat mereka? Setidaknya mereka tidak meneror kita lagi." Ide Leo diterima Dalillah dengan anggukan setuju, tapi akhirnya dia berpikir ulang lagi.

"Maksudnya kamu setuju sama perjodohan ini? Aku belum siap, Leo. Maaf." Leo tertawa dan menggeleng. Tampan dan menggiurkan, tapi Dalillah tak bisa merasakan hal lain, seperti nyaman saat bersama Mark.

Lagi-lagi nama Mark berkeliaran di atas kepala.

"Aku tahu Dalillah, kita sama-sama belum siap. Tapi, menolak juga bukan solusi. Jadi kita jalani saja. Seolah kita setuju. Nanti, pada saat yang tepat, kita berkata jujur, kalau kita tidak bisa bersama." Ada rasa lega dan kecewa dalam hati Dalillah mendengar penjelasan Leo.

"Jadi, kamu memang tidak setuju kalau kita dijodohin?" Leo terlihat bingung, jawaban apa yang tepat agar Dalillah tidak merasa sakit hati.

"Kamu cantik, Dalillah. Aku yakin kepribadian kamu lebih cantik dari yang terlihat. Bodoh kalau aku mengabaikan kamu. Tapi aku tahu, kita berdua ini korban ide aneh oma-oma kita. Aku yakin, jika kita berjodoh kita pasti dipertemukan lagi." Dalillah tersenyum kikuk, walaupun sebenarnya dia juga tidak setuju dengan ide ini. Tapi, dia harus bisa memilah kenyataan, bisa saja Leo memiliki kisah dengan yang lain. Akan sangat jahat kalau dia yang bukan siapa-siapa sebelumnya di hidup Leo, datang dan merampas kisah Leo dengan yang lain.

Hasil pertemuan makan malam kemarin, sedikit membuat Dalillah sadar akan satu hal. "Kamu sudah punya wanita di hati kamu, ya? Aku tahuc pasti Marsha?" goda Dalilah, dia berusaha santai dengan pria tampan di hadapannya. Leo hanya tersenyum penuh arti. Senyuman yang membuat yakin jawabannya adalah benar. Senyum wajahnya berbinar dengan taburan bunga cinta saat nama Marsha disebutkan. Dalillah tahu, Leo pasti mempunyai kisah dengan Marsha.

"Jadi kita sekarang mau bohongin para oma? Lalu, orangtua kita?" Leo tampak berpikir.

"Untuk sementara, kita seperti ini saja dulu. Aku juga belum mau berpikir yang aneh-aneh. Maaf, apa kamu marah dengan ideku ini?" Leo berkata sangat sopan, membuat hati Dalillah sedikit terlena. Dia pria yang sopan dalam berbicara, dia bukan tukang gombal seperti Mark.

"Menolak pun malah tambah ruwet. Aku pusing berurusan dengan Oma mengenai perjodohan. Cukup Kakak yang selalu dibuat pusing dicarikan jodoh oleh Oma, aku enggak mau seperti Kakak.." Leo tertawa mendengar Dalillah berkata jujur.

Jodohku Ruwet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang