Bagian 3

132 23 1
                                    

Acara jalan-jalan yang dibuat Heeseung untuk Aeron itu berjalan dengan lancar. Mereka pergi makan, bermain di arkade, Sungai Han untuk piknik kecil, dan ke museum. Seharian itu Aeron dibuat tertawa oleh Heeseung, dibuat bahagia, dibuat senang sampai mereka lupa waktu. Heeseung terus mengelak saat ditanya dia cemburu atau tidak saat bertemu Jay, dan Aeron terus menggodanya dengan mengejeknya tanpa henti. 

Tetapi semua itu menjadi sebuah candaan yang akan mereka tertawakan bersama. Sekarang, mereka sedang ada di taman kota, duduk dibangku memandang danau dan langit sore dengan roti isi selai coklat. 

"Bagaimana? nggak buruk, kan?" tanya Heeseung.

Aeron mengangguk, "Sangat menyenangkan, kita harus sering-sering seperti ini," ucapnya lalu menatapi bebek-bebek yang berendam di danau hadapan mereka.

Heeseung yang mendengar kalimat itu tersenyum, hatinya berbunga-bunga mendengarnya. Apa ini artinya Aeron ingin pergi terus bersamanya? pikirnya begitu.

"Jadi, ada apa belakangan ini?" Heeseung bertanya mengenai kondisi Aeron yang sering murung belakangan hari ini, dia khawatir terjadi sesuatu padanya.

Gadis itu berbicara, "Hanya tentang Jake."

"Jake? kenapa? hubungan kalian nggak baik-baik saja?"

"Ya, kamu tahu kan.. wanita yang sudah pernah aku ceritakan itu, dia mulai sering bersamanya lagi semenjak libur panjang selesai. Aku nggak tahu apa hubungan mereka sebenarnya."

Heeseung melihat wajah Aeron yang kembali sedih setelah bersenang-senang. Ah, Heeseung jadi sakit hati melihat Aeron yang seperti ini. 

"Putuskan saja laki-laki nggak berguna itu, aku sudah sering bilang padamu."

"Aku tau. Tapi, dia sudah merencanakan pernikahannya."

Heeseung terkejut, "Apa? pernikahan? maksudmu, pernikahanmu dengannya? kapan?"

Aeron mengigit bibir bawahnya ragu, "Entahlah, dia hanya bilang sudah merencanakannya."

Perempuan itu tiba-tiba tertawa singkat, tetapi terdengar menyedihkan di telinga Heeseung. Heeseung sudah tau semua kisah hidup Aeron, dan Aeron sudah terasa seperti keluarga baginya. 

Dia tidak terima Aeron diperlakukan seperti ini, tapi apa boleh buat. Heeseung sudah berbicara dalam-dalam dengan Aeron tentang hubungannya dengan Jake, tapi gadis itu selalu menolak ucapannya. Seakan-akan dia berharap Jake akan berubah dan tidak akan pindah hati.

"Kamu memakan hatimu sendiri? penghabisan waktu yang sia-sia sekali," ujar Heeseung.

"Hei, aku mencintainya. Dia mencintaiku juga kok."

"Ae, laki-laki yang mencintaimu dengan tulus nggak akan pergi dengan wanita lain hanya untuk hal-hal yang nggak penting. Laki-laki yang mencintai wanitanya dengan tulus nggak akan membiarkan wanitanya merasakan sakit yang parah seperti ini. Sudah hampir satu tahun kan hal ini terjadi? satu tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk merasakan sebuah sakit hati, Ae."

Ucapan Heeseung menusuk hati Aeron. Seperti sebuah tamparan yang menyadarkan dirinya bahwa Jake memang pantas diputuskan, tetapi hati kecil Aeron terus berkata tidak.

Roti isi selai coklat yang dipegang Aeron itu hanya sisa setengah, dia kembali membungkusnya dan memasukannya ke dalam tas. Dia sudah tidak ingin memakannya, air matanya mulai menggenang dan pikirannya mulai ribut.

Dia kebingungan.

Heeseung menghela nafasnya dan mendekatkan jaraknya pada Aeron, lalu dia membuka tangannya.

"Come, you need a hug. Put your head on my shoulder."

Aeron menunduk, lalu memeluk Heeseung begitu air matanya jatuh. 

Keep HER CLOSE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang