Eps 3

3.5K 100 1
                                    

Baru saja ku memejamkan mata, Faustin lalu menendangku sampai aku terhempas ke lantai, dia hinggap di atas tubuhku menghantam wajahku begitu beringasnya kata umpatan keluar dari mulutnya seiring tangan melayang menciptakan pukulan-pukulan.

"Tin!" Aku menghalau serangannya, ku lihat dia sudah memakai busana, matanya sembab, air matanya mengalir deras dikedua pipi

"Maafin aku Tin"

Tak sekalipun dia menjawab, kembali menyerangku dengan serangan dahsyat.

"Hei!" Faisal mendatangi kami di dalam ruang kamar neneknya ini, menghalau dan menarik Faustin yang tengah beringas menyerangku.

"Ada apa sih sama kalian, kenapa berantem subuh-subuh begini!" Faisal bermaksud menengah-nengahi kami.

Faustin lolos dari cengkraman Faisal lalu datang mendorong tubuhku sampai terhempas ke lemari baju di belakangku, lemari ambruk karena lapuk, tubuhku masih terus Faustin timpuk-timpuk.

"Fred! Ada apa ini! Ngomong! Ada apa hah! Kalo kalian punya masalah selesaikan baik-baik! Jangan begini!" Faisal kembali menghentikan amukan Faustin. bahkan dia sendiri terbawa suasana ikut emosi.

"Maaf Sal, kami udah bikin keributan di rumah lo" selesai aku menjawab, tangan Faustin mendarat kuat di pipiku lagi dan mengumpat

"Bajingan kau!"

"Maafin aku Tin, Maafin aku" Aku memohon Faustin lalu pergi. Aku berusaha mengejarnya tetapi terhalang oleh Faisal yang mengira kami akan berkelahi lagi.

"Fred! Ada apa sih sebenarnya! Gua gak bermaksud ikut campur, tapi tolong jangan berantem sama dia, ELING! dia dulurmu!"

Aku mengusap wajahku, ku remas rambutku dan akupun menangis semakin terisak-isak.

"Fred, Ya Allah..." Faisal Ramadhan kawanku kebingungan saat itu. Dia menenangkanku dan terus bertanya-tanya padaku

"Fred cerita ke gua, biar lo lega'an. Sebenarnya ada masalah apa lo ama Faustin? Kenapa kalian sampek baku hantam begini sih! Ayo ngomong!"

"Gak ada apa-apa kok Sal, Kami cuma berselisih sedikit, gak usah lo pikirin" Aku menyapu air mataku kemudian aku berpamit padanya.

___

"Bu, ibu ..." aku mengetuk pintu berulang-ulang sampai lupa kalau ada pintu belakang sudah terbuka oleh ibu yang bersibuk ria di dapur sana.

"Faustin udah pulang atau belum bu?" Tanyaku ketika ibu telah membuka pintu.

"Belum, bukannya semalam kalian pergi bersama teman-temanmu?"

Aku tidak lagi menjawab perkataan ibu, langsung pergi lagi mencarinya

Sudah hampir tiga kali aku mengulangi jalan yang sama sampai matahari benar-benar telah menunjukkan sinarnya, aku masih tidak bertemu dengannya.

Ketika mau pulang ke rumah lagi, aku bertemu dengan salahsatu kawan sesama pemain burung kicau, bang Ardi namanya. Kami ngobrol sebentar seputar hobi kami. Lalu dia mengajakku main ke rumahnya untuk melihat burung terbarunya. Aku pikir untuk mengalihkan sejenak pikiranku, aku terima ajakan dia datang ke rumahnya.

Setelah berbincang-bincang seputar burung sambil nyeruput kopi di teras depan rumah bang Ardi, tak aku sadari ternyata aku ketiduran di lantai. Saat bangun, waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Aku lalu berpamit pulang pada bang Ardi.

Sesampainya di rumah, didapur lumayan berisik obrolan ibu dengan tante Natali dan tante sofie. beliau adik ibu yang selalu datang kerumah di jam-jam itu untuk membantu ibu menyiapkan pesanan makanan.

Ku tengok kamar Faustin sedikit ku ketuk pintunya.

"Tin,"

Dia tidak membukakan pintunya, aku berniat mandi sekalian tanya sama ibu prihal dimana Faustin, lalu tiba-tiba Faustin keluar dari kamarnya dan lagi-lagi mendorong tubuhku sampai aku tersungkur dan kemudian dihantamnya wajahku.

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang