Extra part 2

176 15 2
                                    

Aku ngobrol bareng pak Adrian cukup lama karenanya beliau punya hobi yang sama sepertiku yaitu suka main sabung ayam, burung kicau dan dara. Kami seperti bernostalgia, dulunya aku sering ngabar ayam bangkok dirumah pak Adrian dan ayam beliau selalu keok beradu dengan ayamku hehe

Selagi ngobrol bareng pak Adrian, Faustin ku lihat sibuk mondar-mandir, masak, ngasih makan anjing dan lain-lain.

Sampek gak terasa hari sudah semakin senja lalu hujan deras datang mengguyur sampai Maghrib. Selepas Magrib kami makan bersama, Faustin gak banyak omong, selesai makan dia udah gak keliatan. Sedangkan aku lanjut menemani pak Adrian ngobrol hingga jam 9 malam. Banyak hal yang pak Adrian bahas. Maklumlah bapak-bapak seusia pak Adrian memang suka ngobrol kalo ketemu lawan bicara yang nyambung.

"Waduh, udah jam segini ya? bisa berabe nih kalo besok kesiangan. Kau tidur saja di kamar Faustin ya Fred, besok kau pergi berburu sama Faustin atau mancing di sungai belakang sana" Pamit pak Adrian.

"Siap pak siap" Jawabku, setelah pak Adrian masuk kedalam kamarnya pada sekitar 10 menitan sudah kedengeran suara ngoroknya. Rupanya beliau sudah langsung tidur pulas.

Aku samperin kamar Faustin yang pintunya tertutup. Tadinya mau ku ketuk, tapi aku tidak mau mengganggunya karena mungkin dia juga sudah tidur. Lalu aku kembali lagi ke ruang tamu depan, ngerebahin badan di lantai papan yang hanya beralaskan karpet itu.

Sehabis diguyur hujan deras tadi, malam ini udara disini dingin sekali melebihi dinginnya bogor walaupun dingin disini tidak sedingin puncak dieng. Aku udah hampir terbiasa dengan udara panasnya Jakarta-Bekasi, sekalinya keluar dari Jadetabek aku jadi kayak anak ayam cileren begini 😑

(Cileren: Ibarat anak ayam yang terkena' Flu burung sebelum kejang-kejang)

"Huhuhuhu Tin, huhuhuhu dingin banget Tin" Aku menggigil, kesulitan tidur, posisi tidurku meringkuk gulang-gulingin badan kekanan-kekiri. Satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk mencari kehangatan hanya memasukkan kedua tanganku kedalam celana.

Dan ketika tengah malam mataku mulai lengket, Suara ku dengar dari kamar Faustin terbuka. Aku langsung pura-pura tidur. Dan rupanya Faustin datang mendekatku lalu menaruh dan menata selimut ke tubuhku.

"Tin," Ku pegang tangannya ketika posisi dia jongkok sedang menata selimut sampai di bagian dadaku.

"Apa?" jawabnya.

"Terima kasih Tin"

Dia melepaskan tanganku, berdiri, lalu berjalan menuju kamarnya lagi

"Tin" panggilku lagi

"Apa?" Jawabnya tanpa balik badan.

"Met bobo, moga mimpi indah ya..." kataku.

"Kalau besok masih butuh makan, tidur" Jawab dia, yang artinya dia menyuruhku segera tidur agar pagi nanti aku tidak bangun kesiangan untuk diajak pergi berburu.

Betapa senangnya aku melihat respon dia walau bersikap dingin tapi masih sangat perhatian, aku pun berhasil tidur dengan nyaman.

___

Pagi bangun sehabis sarapan pak Adrian bergegas pergi dengan RX-kingnya dan sudah ngebilangin Faustin lagi agar mengajakku pergi berburu.

"Neh, pegang" Faustin menyodorkan senapan angin padaku.

"Widih... pistolnya keren juga. Limited edition men~" Ucapku sengaja mancing obrolan, soalnya dari kemarin Faustin irit ngomong.

"Pistol palamu botak!" Jawab dia beranjak menuruni rumah panggung ini.

"Pala yang bawah kan emang botak Tin, hehe"

Dia mau menutup pintunya hendak menguncinya dari luar

"Et, et, tunggu" Aku pun buru-buru melesat keluar lalu kami berjalan bersama ke arah hutan belantara. Sampai sangat jauh jaraknya dari talang tengah tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang