Eps, 15

1.2K 90 2
                                    

Kami singgah di tempat kawan Iskandar bernama Putra dia bekerja di bidang Furniture berbahan alumunium. Jujur aku merasa MADESU (masa depan suram) dan berantakan banget, di Lampung aku menjadi buronan dan disini juga aku menjadi buronan apalagi harus menyeret Faustin begini.

Putra teman Iskandar yang sesama asal Lampung itu berkata di tempat ia bekerja si Bos-nya yang merupakan orang Cina asal Bangka menerima Staff baru tanpa pengalaman kerja. Pekerjaan ini membutuhkan otak dan otot sekaligus. Iskandar memilih pulang kampung dikarenakan pacarnya minta diikat/di pinang, tak lupa mengajak kami pulang untuk menghadiri pesta kecil-kecilan di acara pertunangannya.

"Maaf kawan, sejujurnya gua di kampung juga ada masalah, gua gak bisa pulang untuk saat-saat ini" Aku baru menceritakannya pada Iskandar kalau aku datang ke Jakarta ini karena ada masalah dan sedang kabur.

"Oke Kawan, gua ngerti" kata dia. Setelah Iskandar pulkam tak lama kemudian Putra juga pulang kampung.

Usaha Owner tempatku kerja sekarang masuk kategori besar tetapi masih biasa bahkan belum CV. Struktur organisasinya sangat berantakan dan juga berkali-kali ganti Staff karena banyak yang tidak kuat mental menghadapi pedasnya mulut Owner.

Meskipun Si Bos mulutnya sangat pedas tetapi tidak dengan 3 anak laki-laki yang masih berstatus bujang semua yang sehari-harinya berada di tempat kerja. Mereka bertiga berbanding balik dengan sifat Bos. Dan juga disini sistem gajinya konsisten per minggu tidak pernah melenceng, jika di total per satu bulan gajinya melebihi gaji UMR.

Si Bos memiliki total 4 anak cowok semua. Yang pertama bernama Devan sudah menikah memiliki anak yang lainnya bernama Johan, Juan dan Jonathan selisih usia mereka masing-masing 3 tahun.

Mereka semua memiliki sifat supel dan merakyat, menganggap semua Staff adalah temannya terlebih sejak kedatanganku dengan Faustin bekerja di sana mereka mengira kami orang cina dan bahkan beberapa kali klien datang terkecoh mengira aku dan Faustin anak-nya si Bos sejak minggu pertama kami kerja.

Ah, sepertinya aku lupa belum mengatakan seperti apa ciri-ciri Fisikku dan Faustin, kami berdua memiliki rupa yang bikin orang mengira kami keturunan cina, mata sipit dengan kulit putih, rambut lurus dan postur badan kami berkualitas besar dan tinggi kurang lebih 177 sebenarnya Postur tubuh kami sangat pas jika masuk di akademi militer, tetapi balik lagi dengan kondisi ekonomi kami yang tidak memungkinkan untuk bermimpi ketinggian.

Penataan usaha disini memang cukup amburadul tetapi berjalan baik layaknya usaha seperti kebanyakan membuatku mendapatkan macam-macam Ilmu dari sana tanpa melalui PKL seperti dunia perkuliahan.

Aku langsung terjun kerja secara otodidak, yang mana tadinya aku hanya diminta Fokus di bagian Manajer keuangan, aku merambah ke semua bidang (teori dan praktik) silih berganti dengan Johan, Juan dan Jonathan.

___

#Faustin Pov

Okelah... siapa sih yang gak bangga memiliki abang yang sangat bertanggung jawab seperti Frederik kususnya untukku sejak ayah kami tiada.

Sejak kejadian terakhir di kampung, dia menjadi sangat berambisi, di otaknya hanya ada kerja kerja dan kerja. Aku sebut saja dia abang SI PENGGILA KERJA sampai-sampai dalam satu minggu sejak bekerja disini dia seperti tidak melirikku samasekali.

Memang sih dia sibuk lebih daripada kesibukanku, tapi masa iya sih dia didalam kantor terus sama Juan dan Jonathan? Terkadang aku datang cuma ngintip sambil pura-pura mondar-mandir sok sibuk dideket ruangan kantor, dia pasti sedang ketawa-ketiwi sama si Juan!







Author;
Cerita selow ini mau dibaca atau tidak, disukai atau tidak, Kelak di ending akan tetap dijelaskan dibalik munculnya pov Faustin.

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang