Bang Farhan membuka botol Jack Daniels lalu menuangkan isinya pada dua sloki kecil.
"Bang, maaf, bukankah tadi abang bilang mau membahas proyek?" sesopan mungkin aku berkata niat bertanya mengenai inti pokok keperluanku menemuinya malam ini.
"Iya dibahas nanti, kita berminum-minumlah dulu, kau bisa minum kan?" Farhan Sidamanik orang batak campuran chinese itu menepis kata-kataku.
"Maaf bang"
"Alah kau ini, Ayolah... lagi enggak bareng Johan gak usahlah kau malu-malu segala, santai aja bareng saya. Nah nah kau ambil ni nah. Minuman mahal loh ini"
Tadinya tidak mau ku minum, tetapi kata-kata tambahan dari bang Farhan cukup membuatku tertantang, lagipun perempuan yang menempel disebelahku terus-menerus menuntun gelas ke mulutku untuk segera meminum.
Akhirnya ku terima. Se-sloki habis disodorkan lagi, dua sloki habis disodorkan lagi, tiga sloki, empat sloki bablas sampai lebih dari lima sloki dengan kata lain aku dicekoki.
"Mantap... Kuat berminum juga kau rupanya" Bang Farhan memujiku dan terakhir menyodorkan dengan segelas minuman lagi.
"Ambil ni nah, lebih mantab lagi segelas inipun kau habiskan"
"Makasih bang, sudah kenyang perut saya" aku menolak
"Ayolah... minum aja lah" Ucap dia dengan sorot menantang disambung sorakan perempuan-perempuan yang membuatku semakin merasa ditantang.
Ku habiskanlah satu gelas itu sampai tak tersisa satu tetespun, lalu aku pamerkan gelas itu didepan wajahnya.
"Mantaaaap!" Bang Farhan dan para perempuan itu saling memujiku
Entah kandungan alkohol yang cukup kuat atau entah ada apa didalam minuman terakhir tadi membuat kepalaku terasa berat sekali.
Aku yang notabene gemar mabuk miras sudah tidak heran dengan mabuk, tapi yang membuatku heran aku tidak pernah sampai mabuk dalam waktu yang sesingkat ini, kepalaku terasa sangat berat sekali sampai rasanya aku ingin langsung berpindah ke alam mimpi.
Dan, aku juga mantan pemakai narkoba walau bukan pecandu berat aku masih ingat sensasi nge-flay, kali ini sensasi yang aku rasakan mirip-mirip dengan nge-flay tapi bercampur-campur gajelas. Aku tidak bisa mendepkripsikan dengan jelas sensasi apa yang aku rasakan sekarang, yang pasti kewarasanku mulai menghilang.
Aku menyandarkan punggungku di sandaran sofa, memejamkan mata sembari memijit-mijit kepala. Lalu kurasakan jari-jari lentik wanita-wanita mengerayang di pahaku, masuk kedalam baju mengeksplorasi kulit perutku.
"Aahhh" aku mendesah ketika jari lentiknya menyentil puting kecilku, kurasakan elusannya turun menuju bawah, ngusel-ngusel mau masuk kedalam celana
"Jangan" Aku menahan tangannya kemudian ku beranjak berdiri. Tetapi tubuhku rasanya seperti melayang di awang-awang, sempoyongan tak karuan, yang kemudian aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi, entah tubuhku sedang berdiri, terlentang atau benar-benar sedang terbang.
Mekanisme tubuh dan otakku berjalan tidak seimbang setelah sekian menit mataku terpejam aku mencoba membuka, rasanya detak jantungku terpompa kencang, padanganku buram, tidak bisa melihat dengan jelas tetapi aku masih bisa melihat. Telingaku pun masih berfungsi untuk bisa mendengar bahwa sekarang aku tidak lagi mendengar suara-suara musik yang menggelegar.
Hening, senyap dan dingin. Tanganku meraba-raba terasa empuk dan lembut seperti kasur di ruangan yang ber Ac dingin.
Dengan pandangan buram aku bisa melihat bang Farhan, dia sedang berdiri menghadapku sembari melepaskan bajunya sendiri setelahnya dia merangkak naik ke atas tubuhku, tangannya menggerilya membuka kancing celanaku.
"Ja-jangan bang" aku mencoba menahan namun dia menyingkirkan.
"Kau sudah lolos tes"
Aku tidak mengerti maksud perkataan dia, Resleting celanaku sekarang sukses dibukanya lalu dipegangnya kejantananku, dikeluarkan, dikocok-kocoknya pelan-pelan dan dikulum-kulum sampai menegang.
"Sshhh.... aaahh..."
Penisku semakin menegang oleh rangsangan-rangsangan tangan dan kuluman mulut hangat bang Farhan, ku akui dia sangat pro menservis laki-laki sentuhannya membuatku tenggelam dalam kenikmatan yang haqiqi. Tak henti dia terus mengerayang-gerayangi, pentilku dihisapnya dan bibirku dilumatnya, telingaku digigit-gigitnya dan selanjutnya dia naik ke atas tubuhku, dipegangnya penisku lalu dituntunnya ke lubangnya, dimasukkannya perlahan-lahan, senti demi senti penisku masuk kedalam rongga usus belakang.
"Uuffff...."
Kepiawan bang Farhan mengolah gerakannya begitu sempurna. Pantatnya bergoyang dengan gerakan seksi, pelurutan hangat lubangnya mengocok-ngocok penisku tanpa henti.
"Aahh... aahhh... aahhh..."
Remasan lubang hangat, sempit mengempot-ngempot nikmat menjadikanku lupa diri. Aku mengimbangi goyangannya dengan meramas-ramas susunya yang tersaji.
Gairahku semakin meninggi, pikiran waras sudah tak terkendali, ku menarik tangan dia sampai ambruk dan ku mengocok penisku dari bawah.
Pok! Pok! Pok! pok!
"Ouuhhh.... Yeahh... Owwhh Fuck!
Raungan jantan yang kencang dari mulut bang Farhan memacu hasratku melebat bagai angin topan.
Pok pok pok pok
Ku genjot kencang
Pok! Pok! Pok!
Semakin kencang
Pok! Pok! Pok! Pok!
"Ooohoooo.... Fuck! Yeah terus Fred oohhh...terusss...."
Di tengah Suara-suara desahan bang Farhan bersahutan denganku memenuhi ruang, telingaku mendengar dering handphoneku berulang-ulang.Aku tahu itu Faustin sedang mencariku namun kehangatan lubang yang sedang memeras nikmat batang penisku membuat Koneksi hati dan pikiranku terputus, tinggalah hasrat ingin mengentot lubang itu sampai mampus.
Akal logikaku hilang entah kemana, hanya menyisakan gairah membara yang aku sendiri tidak bisa mendepkripsikan gerakan apa saja yang ku lakukan dan berapa kali seperma ku semprotkan didalam lubang hangatnya bang Farhan
Kenikmatan yang telah lama ku inginkan yang terpendam oleh kesibukan pekerjaan, tak pernah terpikirkan terlepas liar bersama bukan pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Adikku
General FictionTiada pengalamanku bercumbu dengan seorang pria dan tiada pernah terpikir olehku bergairah dengan sesama pria, semua yang terjadi murni adanya. Sungguh muak kuakui ketagihan akan sensasinya, sesal kuakui mengapa harus terjadi dengan dia? ___ Homopob...