Eps, 13

1.3K 83 2
                                    

Aku dan beberapa kawan mengikutiku bergegas ke sana, sesampainya disana, benar seperti laporan Okta kalau Faustin sedang berselisih dengan Jordy. Momok perselisihan diantara mereka ialah Ifa. Jordy datang dengan 7 kawan, sedangkan Faustin hanya berdua dengan Alvin.

Aku datang langsung menengah-nengahi mereka.

"Gak usah ikut campur Fred, masalah gua sama Faustin bukan sama lo!" Pekik Jordy.

Sebenarnya aku pribadi paling anti alias males jika membela kawan yang berantem hanya karena rebutan cewek. Karena bagi lelaki hal itu sangat memalukan. (Urusan cewek adalah urusan pribadi yang semestinya diselesaikan sendiri) Kecuali berantemnya karena masalah lain aku pasti berdiri di garda paling depan demi membela kawan.

Sekarang, berhubung yang sedang bermasalah ialah Faustin meski aku muak dengan inti konfliknya aku harus tetap disana.

"Fred, udahlah Fred" Kawan serombonganku menarik tanganku, mereka semua sepemikiran denganku paling males ngurusin masalah orang yang konfliknya model begini.

Aku pun mundur menyaksikan mereka berseteru mulut sambil mengawasi situasi, kalau sampai tangan Jordy maju mukul Faustin, aku pasti maju. Dan tak seberapa lama tangan Jordy benar-benar maju memukul Faustin.

"Gak usah main pukul, kampang!" Aku langsung maju mendorong si Jordy.

"Fred, gak usah ikut campur" Faustin memegang tanganku.

"Aku gak akan ikut campur kalo cowok ini gak memukulmu" balasku.

Jordy berkata-kata sangat menggelitik telinga. Yang mana Jordy mengungkit-ungkit tentang urusan orang tua. Bukan hanya aku sendiri yang emosi mendengarnya, semua kawan-kawanku yang orangtuanya terlibat hutang juga dengan pak Abrasya ikut emosi.

"Kenapa gak pada terima hm? Apanya yang salah huh? Gua ngomong berdasarkan fakta Bro. Bapak kalian semua itu pengemis yang kerjaannya ngemis-ngemis pinjam uang sama bapak gua. Jadi, kalian semua gak usah belagu depan gua atau enggak bapak kalian yang pengemis itu gak bakalan dipinjemin duit lagi sama bapak gua." Kata Jordy.

"Sombong kok dengan harta orang tua! Cuih!" Kami serombongan berjumlah 6 semakin tak tahan dengan mulut songong Jordy akhirnya baku hantam pun terjadi. Banyak warga sekitar datang melerai pertikaian kami tetapi tetap saja perkelahian susah berhenti.

Saat sedang ricuh Jordy membidik Faustin, dia terus-menerus menyerang Faustin yang membuatku kalut murka.

Dan ...

"Fredd!!!" Faustin teriak melihat apa yang aku lakukan. Bahkan aku sendiri pun terkejut setelah sadar dengan apa yang sudah aku lakukan.

Aku kaget ternyata aku telah menikam Jordy dengan badik mendiang kakek Faisal yang selalu aku selipkan di ikatan pinggangku.

Semua kawan dan orang-orang disana berhenti berkelahi melihat semua ke arahku. Tak lama kemudian ada beberapa hansip datang mungkin warga banyak yang melapor kalau di perempatan jalan ini sedang ada anak muda ribut. Semuanya pun bubar lari berpencar, dengan panik aku menggenggam pergelangan tangan Faustin kemudian membawanya lari bersamaku.

Kami dikejar-kejar oleh Hansip maupun para warga sekitar. Aku lari sekencang-kencangnya menggenggam Faustin tanpa tujuan. Arah berlariku pertama-tama menuju ke belakang rumah orang berujung ke lahan perkebunan karet.

Gelap gulita, jalan yang dipijak kaki tak terlihat aku terpaksa menyalakan senter dari hape. Tetapi dengan yang ku lakukan justru membuat mereka yang mengejar melihat keberada'an kami.

"Woi! Berehenti kalian!!!" mereka masih terus mengejar dan berteriak.

Aku matikan lampu senter lanjut berlari. Berkali-kali menabrak batang pohon karet aku tak peduli.

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang