Pagi menjelang siang pukul 10:15 aku baru bangun tidur, mandi lalu iseng-iseng main ke pasar. Pasar di desa Faisal masih Pasar Tradisional yang mana Pasar itu beroprasinya hanya dari pukul 06:00 pagi sampai 13:00 siang.
Aku mengunjungi lapak dagang Faisal di bagian Fashion. Dia karyawan yang bertugas menjual berbagai kain alat ibadah muslim pria/wanita bercampur baju dress muslimah maupun baju koko.
"Permisi Mas, ada sajadah sama sarung gak mas?" Gurauku, aku sedang memakai masker wajah, topi dan juga kaca mata hitam.
"Ada mas mari sini mas" Faisal sibuk menawar-nawari bermacam merek, ukuran, warna dan harga dengan gaya epic-nya yang bagiku dia sangat cocok kerja di Mall-Mall. Anehnya dia tidak kenal dengan suaraku!
"Gimana mas, mau sarung yang warna mana mas boleh di cobain dulu kok mas biar puas" Kata Faisal.
"Kalo nyobain mas-nya, bisa?" Candaku.
"Nyobain saya?" Faisal nge-lag, ngeliatin aku.
"Iya, mas mau gak saya cobain?" aku lalu buka kaca mata hitam dan masker, iseng ngedipin satu mata.
"Kampang!" Umpat dia tertawa-tawa sembari menimpuk-nimpuk bahuku dengan kain-kain itu
"Dancok koe ki, asu!" Bahasa planet dia pun masih keluar.
"Maap, maap hehe" aku ngakak.
"Ngopo rep nggolet sarung karo sajadah mbarang hm? Ndang moco'o Syahadat"
"Ngomong apaa'n sih" kataku
"Hehehe, ngapain dateng kesini mau nyari apa?" Tanya dia.
"Kagak nyari apa-apa, pengen liat-liat aja" Kataku sambil aku berdiri-menggeliat-merenggangkan otot-ototku.
"Mau liatin cewek-cewek?"
"Mana ada cewek disini?"
"Mata lo keder ye, ituh kan cewek yang itu juga cewek" Faisal menelunjuk ke arah nenek-nenek dan para ibu-ibu yang berlalu lalang.
"Sompret!" Umpatku.
"Hahaha baru bangun tidur lo ya?"
"Ho oh, duh laperrr banget perut gua." Ucapku
"Tadi pan gua udah masak, kenapa gak dimakan?"
"Tadi belum laper. Gua tinggal cari makan dulu yak" pamitku.
"Neh, bawa aja motor gua" Faisal menyodorkan kontak motor beserta kartu parkir.
___
"Aaahh makan apa ni enaknya ya" gumamku melihat aneka warung-warung makan di ruko-ruko sekitar pasar itu. Karena tidak ada yang membuatku tertarik aku pun memakai motor Faisal untuk mencari warung makan di lain tempat.
Berkendara sudah sangat jauh dari desa Faisal, kemudian sampailah aku di kecamatan desa yang lebih ramai dari desa Faisal, sebut saja kecamatan SP. Disana lebih banyak aneka pilihan makanan tapi aku malah jadi bingung mau makan apa, akhirnya aku memilih makan diruko-warung bakso dan mie ayam.
"Duh, ngantri banget begini? campur bau keringat orang-orang dong?" Gumamku. Aku bukan orang yang jijikan dan serba rapih sih. Tapi risih aja kalo makan di warung bakso yang ramenya gak ketulungan.
Karena perut sudah keroncongan dan gak kepengen makan makanan lain, terpaksalah aku ngantri di warung bakso rame itu.
Letak aku duduk di meja paling utama tak jauh dari gerobak menghadap ke belakang alias aku duduknya membelakangi gerobak. Saat aku sedang fokus menyantap mie ayam, lalu aku mendengar suara cewek berbicara dengan temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Adikku
General FictionTiada pengalamanku bercumbu dengan seorang pria dan tiada pernah terpikir olehku bergairah dengan sesama pria, semua yang terjadi murni adanya. Sungguh muak kuakui ketagihan akan sensasinya, sesal kuakui mengapa harus terjadi dengan dia? ___ Homopob...