Kamar Faustin berada disebelah kamarku, pintunya sudah tertutup rapat ketika aku menyusul. Selesai berbenah diri, ku tengok kembali pintu kamar dia masih tertutup rapat seperti tadi.
"Mau masak apa bu?" Basa-basiku datang ke dapur.
"Ayam goreng Fred" Ibu sangat tahu makanan apa kesukaanku
"Aku bantuin ya bu"
"Gak usah, udah selesai kok ini. Kamu panggil adikmu gih suruh makan mumpung masih anget"
Baru saja ibu memberi perintah, suara pintu dari kamar Faustin terdengar terbuka.
"Mau pergi kemana kamu Tin?" Tanya ibu
"Main" Faustin menjawab tanpa menoleh ke arah dapur ini dan berpakaian sedikit rapi.
"Mainnya nanti saja, Ayo makan dulu sini" kata ibu.
"Nanti"
"Buru-buru sekali, memangnya mau main kemana sih Tin?"
"Tempat Alvin" Faustin menjawab sambil berjalan keluar.
Setelah Faustin keluar, ibu bilang "Kamu susul adikmu Fred, adikmu kalau sudah main ke rumah Alvin sering lupa makan di rumah"
Rumah Alvin berada hanya tiga deretan dari rumahku. Ketika aku keluar rumah, ku lihat Faustin memakai motor Alvin kemudian pergi seorang diri.
"Kenapa balik lagi Tin? Bensinnya masih full kok, motor pakek aja" Kata Alvin ketika aku masuk ke rumahnya, dia sedang tengkurap di kursi sofa ruang tamu, asik bermain hape.
"Tadi Faustin bilang mau pergi kemana gak Vin?" Tanyaku.
"Loh, ini Frederik toh?" Tanya dia
Beritaku minggat dari rumah sudah hampir semua orang tahu. Lalu aku berbincang sedikit dengan Alvin tetapi cukup memakan waktu karena Alvin lumayan suka ngobrol.
"Dia tadi bilangnya mau pergi kemana Vin?" Aku menanyakan inti pokok keperluanku ketika sudah banyak ngobrol dengannya.
"Tadi bilangnya sih mau ngambil hapenya yang lagi di servis"
"Konter Siapa" Tanyaku.
"Konter David kalo gak salah"
Setelah mendapat info aku bergegas balik ke rumah langsung menyalakan mesin motor yang terparkir di bawah pohon jambu depan rumah.
"Loh mana Faustin, Fred? kau sudah bilangin dia suruh makan dulu?" Ibu nongol di pintu
"Sudah bu"
"Kau sendiri mau pergi kemana?"
"Ke konter David sebentar" jawabku
"Walah orang disuruh makan kok malah pada bubar sih" gumam ibu
"Nanti aku balik bu, cuma sebentar kok" jawabku lalu ku melaju menuju Counter David.
Belum tepat sampai di Counter itu, aku melihat Faustin sudah melaju pergi dari sana, bukan ke arah jalan yang kulintasi ini, tetapi dia ke arah utara.
Aku mengikutinya dari kejauhan. Dia mendatangi rumah seseorang. Firasatku mengatakan rumah yang dia datangi adalah rumah Ifa meskipun aku tidak tahu itu rumah Ifa atau bukan.
Aku berhenti mengamati dari kejauhan. Dan ... Firasatku benar, tak lama kemudian Faustin keluar dari rumah itu bebarengan dengan Ifa. Faustin membonceng Ifa lalu pergi.
___
Aku terus mengikuti, awalnya aku mengira mungkin Faustin mau mengajak Ifa menonton acara wayang yang diselenggarakan didesaku, karena kesenian wayang khas jawa itu memang sangat jarang diadakan sejak kami berdua tumbuh besar. Tetapi ternyata Faustin bablas melintas ke utara arah menuju ibu kota.
Belum sampai di ranah Ibu kota Faustin berbelok arah membawa Ifa masuk ke area Restoran. Dan Restoran yang Faustin tuju itu sebenarnya bukan sekedar restoran biasa melainkan restoran yang menyediakan kamar sewa kusus untuk bersenang-senang.
Denah lokasi Restoran itu sedikit berbukit, pada area paling dasar itulah Restoran, tempat parkir dan ada semacam panggung untuk hiburan musik. Sedangkan di bukit atasnya tersedia bangunan semacam rumah kecil-kecil yang didalamnya hanya ada satu ruang kamar dan satu kamar mandi. Rumah Kecil-kecilnya itu mirip dengan bangunan saung yang tertutup. Tetapi sangat indah arsitekturnya.
Aku lanjut mengikuti Faustin memakirkan kendaraan di area yang berbeda dari dia.
Sungguh aneh tetapi nyata, sakit dan sesak sekali rasa hatiku ini melihat Faustin benar-benar membawa gadis itu ke salahsatu ruang bersenang-senang. Aku masih berdiri di area parkir, berdiam diri sambil terus berulang-ulang menyadarkan diriku sendiri bahwa apa yang aku lihat adalah hal yang seharusnya terjadi, Faustin harus dengan gadis, harus dengan gadis! Tapi tolong jangan dengan gadis Nakal itu!!!
Tapi disisi lain aku juga tidak tahu kenapa dengan perasaanku sendiri, aku memiliki perasaan aneh ini, Ah bagaimana ini bisa terjadi! Bagaimana ini!
"Aaarghhh!!!" Aku tak tahan, berteriak kencang tanpa ku sadari sambil memukul jok motor dengan keras, sampai-sampai petugas parkir dan beberapa orang yang sedang memakirkan motor disekitarku terkejut.
"Ada apa bang?" Petugas parkir menayaiku, raut wajahnya terukir jelas--mengira aku sedang mabuk dan terdengar juga bisikan orang-orang disekitarku mengira aku sedang mabuk.
"Gak papa kok bang, maaf" jawabku lalu ku palingkan wajahku ke lain arah melihat tiba-tiba Faustin dengan Ifa muncul kembali ke area parkir.
Mereka berdua terlihat sedang berselisih, Ifa lalu pergi naik taksi tak lama kemudian Faustin kembali melajukan motornya dan aku pun mengikutinya lagi.
Rupanya Faustin tidak ke rumah Ifa maupun mengejar taksi yang dinaiki Ifa, melainkan berbelok arah entah menuju kemana, aku masih terus mengikutinya hingga sampailah pada suatu jalan yang kanan-kirinya terbentang luas nan panjang lahan persawahan, Faustin berhenti.
Malam ini rembulan bersinar cukup terang adapun penerangan lampu jalan hanya bisa di hitung dengan jari-jari saja. Jalan itu juga sangat sepi yang melintas. Faustin berhenti bukan tepat di bawah lampu, tetapi sangat jelas dimataku dia duduk di atas motor dan terdengar sedang menangis.
Aku mematikan mesin kendaraanku, kemudian turun mendatanginya.
"Tin..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Adikku
General FictionTiada pengalamanku bercumbu dengan seorang pria dan tiada pernah terpikir olehku bergairah dengan sesama pria, semua yang terjadi murni adanya. Sungguh muak kuakui ketagihan akan sensasinya, sesal kuakui mengapa harus terjadi dengan dia? ___ Homopob...