Eps, 22

1.8K 60 2
                                    

# Frederik POV

Aku tidak bisa mendepkripsikan seperti apa senangnya hatiku sekarang, tubuh yang sedang kepeluk ini dan rasa nyaman didalam hati tidak lagi kurasakan seperti sedang memeluk adikku sendiri. Rasanya seperti sejoli yang baru saja menikah

Sekilas pikirku mungkinkah orang yang sudah menikah pada pagi-pagi para suami melakukan seperti ini? Memeluk pasangannya erat-erat, menciumi dan emm... mengafdolkan kegiatan yang tertunda semalam? Hehe.

Tubuhnya yang sedang ku peluk dari belakang berbalik menghadapku, wajah kami saling bertatapan, ku berikan senyum menawan namun wajah dia nampak malu-malu langsung dipalingkan.

"Kamu masih ngantuk ya?" Aku berusaha menggoda dengan meraba setiap inci kulit tubuhnya.

Dia tidak bersuara, tidak merespon apa-apa. Tetapi aku tahu dan percaya dia menyukainya terlihat jelas senyum senang dari sudut bibirnya.

Namun... sepertinya terpaksa kembali ditunda ketika aku bersiap menggagahi tetiba ada seseorang datang kesini.

"Permisi.."

"Itu siapa ya Fred?" Faustin berbisik padaku.

"Entah, tamu sebelah kali" aku mengabaikan suara itu dengan mulai naik ke atas tubuhnya

Namun...

"Permisi...!!" Suara di depan pintu terdengar semakin kencang bersamaan suara gedoran-gedoran.

"Pakai bajumu Tin" aku pun beranjak mengontrol pintu hanya mengenakan long jeans tanpa baju.

"Cari siapa ya bang?" Tanyaku pada orang itu.

"Atas nama Rendy?"

"Bukan bang"

"Disini tertulis alamatnya disini bang" Rupanya dia salahseorang Debt collector yang memiliki urusan dengan penghuni kontrakan sebelumnya.

Aku mengira kedatangan orang itu hanya akan menjeda kemesraan kami untuk sementara namun ternyata setelah orang itu pergi salahsatu kawan datang kesini.

"Fred, lo di cariin Johan noh. Nelpon elo kagak bisa-bisa katanya" dia Tohir kawan sepekerjaan.

"Hape lowbet. Bentar lagi gua kesonoh" Jawabku.

"Ett dah sekarang aja, gua disuruh jemput elo"

"Oke oke oke tunggu bentar" mana tahu Urgent aku pun bergegas mengambil kaosku di dalam

"Aku mau nemui Johan bentar ya Tin" pamitku, Faustin diam tidak membalas aku pun terpaksa bablas.

"Oya Fred, gua ada perlu" Tohir berkata ketika baru saja aku naik ke atas motor di posisi motornya markir di halaman depan pintu kontrakan.

"Perlu apa?" Jawabku, firasatku mengatakan keperluan dia akan meminjam uang.

"Elo cuma tinggal berdua sama adek lo kan?"

"Iya, kenapa?" Prasangka yang meleset, aku menjadi tidak nyaman dengan pertanyaan dia bahkan dua tingkat terasa tidak nyaman daripada sekedar dia mau meminjam uang.

"Gua titip ipar gua ya, dua orang. Kalo buat masalah bayar kontrakan elo gak usah khawatir. Gua barusan sehabis muter nyari kontarakan sekitaran sini sampek capek kaga nemu atu pun yang kosong, adapun kost-kostan cowok jaraknya jauh, mau nyari kontrakan yang jauh pun terkendala kendaraan, gua kasian kalo dua ipar gua harus ke tempat kerja naek angkot ato nge-grab"

"Kenapa gak tinggal di atas?" Yang ku maksud adalah lantai atas di tempat kerjaan.

"Tadinya pengennya begitu Fred, tapi di atas elo kan tau sendiri kayak gimana situasinya"

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang