Eps, 24

560 31 1
                                    

Keindahan kota Jakarta dapat ku lihat dari atas melalui jendela kaca ketika pagi hari ku membuka mata. Nampaknya aku sedang berada didalam kamar hotel, terlihat dari kualitas epic benda-benda yang ada didalam ruangan ini.

Ku tengok Bang Farhan yang masih nyaman tiduran, tubuhnya sungguh menawan, wajahnya memanglah tampan terutama servisan mautnya semalam membuatku tidak mampu menahan.

Berbicara mengenai hati, menyesal tentulah menyesal namun harus bagaimana lagi? Semuanya telah terjadi bahwa aku telah melakukannya dengan dia, marah tiada guna, menyalahkannya pun bukan pilihan karena akupun sangat menikmatinya semalam.

Jahat, Kejam, Penghianat, Bajingan, Semua gambaran dari kata-kata itu telah melekat dalam diriku saat ini. Namun apakah waktu dapat di putar kembali?

Akal logikaku kini telah kembali menguasai hati, yang harus ku lakukan sekarang hanya menutupi dan terus menutupi.

Aku tidak banyak berkata-kata ketika bang Farhan bangun. Dia merayu dan terus menggoda

"Proyek yang semalam mau dibicarakan gimana bang?" Ku alihkan pembicaraan sembari memakai kembali keseluruhan pakaian.

"Deal, kapan mau kau kerjakan? Target harus selesai akhir bulan ini"

"Kemungkinan minggu depan mulai setelah proyek saya selesai di jakut. Dan saya harus mencari banyak kuli terlebih dahulu"

"Baiklah kau atur-atur aja. Ngomong-omong masih pagi nih, gimana kalau kita ulang yang semalam?"

"Lain waktu saja ya bang" Niat hatiku mengatur kata-kata agar tidak menyinggungnya, tetapi mulutku malah salah berucap dengan arti kata yang 'berbeda' pengartiannya.

"Oke... nanti kita colingan ya?"

Tidak berlama-lama, aku segera pergi dan bang Farhan menghampiri lalu menghantarkanku kembali ke tempat pekerjaan sekitar pukul 07:30

____

Aku sangat tahu konsep hidup ini bahwa berselingkuh itu salah namun aku juga tahu bahwa hubungan sedarah lebih dari kata salah tetapi aku benar-benar mencintai Faustin.

Ah entahlah, aku merasa semua yang ada didalam hidupku serba "SALAH"

Bercinta dengan orang lain tanpa menghilangkan rasa cinta kepada pasangan adalah bentuk gambaran dari seorang lelaki yang miskin kesetiaan sebagai contohnya; memiliki istri simpanan.

Tak pernah terlintas dipikiranku akan melakukan hal-hal miskin seperti itu, tetapi faktanya sekarang aku mengalami semua itu terbukti dari bang Farhan yang terus-menerus menghubungi selayaknya istri walau belum genap satu jam dia pergi.

"Kemana kau semalam Fred!" Faustin bertanya ketika aku sudah kembali di kontrakan.

"Lembur," Hanya kebohongan dan kebohongan yang bisa aku lakukan sekarang.

"Lembur apa kau!" Dia marah, melempar ransel milik ipar Tohir ke arahku.

"Aku benar-benar lembur, Tin"

"Kemarikan hapemu"

"Buat apa?"

"Ku banting saja, percumah kau punya hape gak bisa di hubungin!"

"Tin, tolong jangan begini, hape cuma benda mati gak salah apa-apa. Yang salah adalah aku, aku mengaku salah semalam aku gak ngeliat kamu nelpon, aku sibuk lembur gak sempat liat hape. Notif hape pun senyap gak kedengeran bunyi hape"

"Kau gak bohong kan Fred?"

"Enggak, ngapain aku bohong sama kamu. Inih kau lihat, aku bawa duit DP dari semalam membahas proyek dengan kontraktor itu, dia sudah Deal, setelah ketemuan sama dia aku pergi lembur di jaksel"

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang