Eps, 14

1K 79 2
                                    

Dermaga saksi bisu ketika ku genggam tangan dia untuk bersama-sama meninggalkan segala kenangan random yang telah kami lakukan.

Dermaga saksi bisu ketika ku genggam tangan dia untuk bersama-sama meninggalkan segala kenangan random yang telah kami lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tin," Aku berdiri disebelahnya ketika kapal sedang mulai berlayar menuju pelabuhan merak, sesama melihat menara SIGER.

"Ya?" Dia menjawabku sembari menghisap sebatang rokok.

"Ngelamunin apa?" Basa-basiku

"Ibu Fred"

Aku mengaktifkan ponsel, sedari otw memang sengaja aku matikan. Ponsel baru menyala langsung mendapat panggilan dari nomor tak di kenal.

Aku menjawab panggilan, tanpa bersuara.

"Hallo Fred, ini gua Faisal" lega sekali rasanya, aku mengira telepon dari polisi.

"Ya, ada apa Sal?" Jawabku.

"Gua mau ngasih info, Jordy meninggal pagi ini Fred."

"Ya ampun..."

"Dia kehabisan darah karena semalam telat dibawa ke RS. Lo sama Faustin sekarang di mana?"

Tidak aku jawab pertanyaan itu.

"Sebagai kawan baik lo, gua gak bermaksud ngedukung tindakan jahat lo tapi cuma mau ngasih tau Lo, kalo lo masih pengen hidup bebas minggatlah yang jauh, ke Aceh kek atau ke tanah jawa kek atau ke pulau kalimantan kek terserah lo, yang penting jangan balik ke lampung dulu, sekarang polisi sedang nguber lo"

"Oke Sal"

"Gua nelpon lo pakek nomer baru habis ini mau langsung gua buang kartunya, semua temen-temen di periksa Fred, tau sendiri kan yang mati siapa?"

"Ya Sal, gua ngerti. Makasih banyak ya sob"

"Sama-sama Fred"

Selesai telponan aku menatap ke arah lautan lepas. Faustin samasekali tidak bertanya ataupun berkata-kata lagi. Tetapi aku bisa membaca ekspresi wajahnya dia sedang memikirkan Ibu sebab dia lebih banyak bersama Ibu timbang aku.

"Tin, tentang Ibu aku memikirkannya juga kok sama kayak kamu. Tapi semuanya sudah seperti ini dan..." Belum selesai aku berkata dia langsung memotong perkataanku.

"Ini keputusanku" katanya.

Aku genggam telapak tanggannya sembari sesama menatap ke ufuk timur melihat indahnya matahari terbit.

____

Setelah sampai di dermaga merak lanjut laju di Tol, Bang Ruben berhenti di pasar Induk kramat jati. Aku bangun kemudian sedikit membantu bang Ruben menurunkan barang dari mobil. Faustin ku biarkan tidur lagipula kakinya terluka lebih parah daripada aku.

Setelah selesai aku mengurus kelanjutan hidup kami di kota metropolitan ini, pertama-tama dengan mengganti nomor telepon untuk antisipasi tetapi semua nomor kenalan tersimpan utuh di penyimpanan telephone. Tak lupa aku tengok isi dompetku hanya ada uang sebesar 267.500 rupiah, sampai mana uang segini?

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang