Eps, 29. End

109 10 5
                                    

"Tin, kamu mau apa?!" Ulangku ketika ujung runcing badik tajam yang dipegangnya itu dia todongkan ke arahku.

"Ay" Katanya lagi melangkah semakin maju ke arahku, terus maju dan tambah maju.

"Tin, letakkan gih badiknya" Badik runcing yang dia todongkan itu membuatku mundur hingga punggungku menyentuh dinding.

"Keren juga orang itu memanggilmu ya? Ay... Mantap!"

"Tin dengerin aku"

"Ay, keren..."

"Tin, tolong dengerin aku dulu. Itu bang Farhan Tin kontraktor yang pernah aku ceritain, dia emang begitu gaya ngomongnya lebay, gak usah kamu pikirin" kataku.

Faustin menyingkirkan badik itu kemudian mendekat padaku, mengelus pahaku, dan meremas kontolku sambil masih mengucapkan kata "Ay" Sama persis dengan yang Farhan lakukan padaku tadi.

"Kontraktor ya?" katanya.

Faustin cemburu begini aku senang, tapi tindakan dia memperagakan Bang Farhan tadi membuatku jadi mati kutu.

"Tin yuk kita ngobrolnya di kamar, sinih badiknya aku simpan" aku terus coba mencairkan suasana.

"Cuma kontraktor ya?" Faustin mempertahankan badik itu dan mempertahankan ekpresinya yang garang.

"Tin... ayo siniin badiknya, kita ngobrolnya di kamar yuk, ibu bentar lagi pulang Tin. Nanti bisa denger"

Prak! Di kepretnya mulutku

"Tin!"

Prak! Di kepretnya mulutku lagi.

"Tin, cemburu boleh tapi jangan kasar begini Tin, ayo kita obrolin baik-baik! Farhan tuh gak suka cowok Tin, dia cuma gaya ngomongnya aja yang lebay, gak ke aku doang kok, sama staff lain juga Farhan gaya ngomongnya begitu Tin" Kataku.

"Kau bilang aku kasar hm? YA! aku emang dasarnya kasar sama kayak kau Fred! apa kau lupa? atau mungkin kau udah gak kenal karakterku lagi hah!"

"Tin, kamu ngomong apa sih!"

"Kalo kau gak inget, akan aku ingatkan semuanya lagi. Kita lahir bareng Fred, kita dari kecil tumbuh besar bareng. Wajah kita mirip tapi satu hal Fred, kekasaranku dan kekasaranmu jelas beda, karena aku gak bajingan tengik kayak kau yang udah menghancurkan hidup adiknya sendiri"

"Tin, kenapa kamu membahas masalalu sih?" Ucapku bingung dengan apa maksud pengungkapan Faustin.

"Kau membuat hidupku diibaratkan seperti ikan Fred. Ikan yang awalnya hidup diperairan bebas di sungai milikmu, Karena kau suka dengan ikan itu kau menangkap ikan itu lalu kau memindahkannya di Aquarium, tapi setelah ikan itu kau letakkan di aquarium tidak pernah kau kasih makan. Ikan itu kelaparan, tapi ikan itu gak bisa bicara kalau dia lapar. Karena sangat lapar ikan itu tidak tahan di Aquarium lalu ikan itu melompat hingga keluar dari Aquarium. Ikan itu kesulitan bernapas didaratan hingga lemah tak berdaya. Kau yang melihat ikan itu berbaring didaratan hanya kau ceburkan lagi di kolam dan membiarkannya hidup bersamamu, kau bahagia memelihara keindahan ikan itu tanpa kau mengerti bahwa ikan itu hidup bersamamu dalam kelaparan"

(Author: Maksud Faustin dari kata 'Kelaparan' boleh baca lagi di bagian Pov Faustin)

"Butuh makan? apakah maksudmu selama aku pergi kerja uang yang aku kasih ke kamu kurang buat beli makan, Tin?" jawabku.

"Emang dasarnya bangsat kau Fred!" Faustin terlihat geregetan dengan jawabanku. Ya karena aku bener-bener gak ngerti maksud omongan dia.

"Tin, aku dulu sekolah gak pinter pelajaran bahasa. Aku gak ngerti maksudmu" Ucapku lagi.

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang