Eps, 18

2.1K 84 4
                                    

#Frederik pov

"Budeg ato gimana sih ini si Devan" Johan bergumam sambil masih menggedor Folding gate sampai beberapa kali.

"Devan buruan buka woi! Gua kebelet kencing banget nih!"

Aku melihat Johan ngomel-ngomel sendiri diposisiku berdiri depan mobil Devan yang terparkir tepat didepan ruko ini, sekilas ku berkutat seberapa besarkah ruangan ruko didalam? Sampai-sampai gedoran kuat seperti ini tidak kedengeran?

"Memangnya biasanya koko Devan menginap disini ya ko?" Tanyaku.

"Kadang nginap kadang pulang Fred, keseringan nginap disini sama temannya"

"Oh..." aku sedikit mengetahui info kalau Devan tidak akur dengan Istrinya, Devan jarang pulang ke rumahnya.

Sudah berkali-kali aku menelpon WA Faustin, tersambung tetapi tidak di angkat-angkat dan Chat WA-ku yang sudah dari tadi sore pun belum dibuka-buka. Aku bingung apa alasan dia marah dan bahasanya nyolot, sampai tiba-tiba silent treatment begini?

Cukup lama pintu tidak dibuka-buka, Johan jongkok sambil mainan hape, aku pun sama aja ngotak-atik hape, sekitar 20 menitan Johan berdiri dan mengajakku balik ke Jaktim

"Balik ajalah yuk Fred, lagi pergi sama temennya kayaknya ini si Devan"

Selesai Johan berkata, barulah Folding gate-nya di buka oleh Devan.

"Nah, ada didalem toh ni orang. Kemana sih lo Van, lama amat ngebukanya!" omel Johan.

"Kagak denger, pakek headset tadi" jawab Devan dengan napas yang terdengar ngos-ngosan.

"Halah alesan, terus elo kenapa tengah malam basah kuyup begitu?" Pertanyaan Johan sangat mewakili keingintahuanku, Devan berkeringat seperti sehabis berolahraga, dia membuka Folding gate-nya sambil sibuk membenarkan resleting celana.

"Habis boker, ngejen kuat banget tadi gak keluar-keluar" Jawab Frontal Devan.

"Haih dasar! kebanyakan makan bangke sih lo" Johan langsung masuk dan pergi ke toilet.

"Gimana tadi proyeknya Rik?" Tanya Devan padaku sambil menyapu-nyapu keringat didahi dan leher dengan selembar tisu, Devan memanggilku lain dari yang lain (Derik)

"Masih tahap pengajuan Ko, belum deal perlu di total-total dulu gelobalnya" Jelasku.

"Oh... harus kena' proyek besar itu Rik" Kata dia.

"Pasti diusahakan ko, ohya Faustin dimana ko?" Tanyaku.

"Di lantai atas, udah tidur kali"

Aku lanjut melangkah menuju ke anak tangga.

"Fred, sini dulu" Johan memanggilku setelah dia keluar dari kamar mandi yang terletak tak jauh dari anak tangga.

"Ya ko"

Kami masuk ke ruangan kantor untuk membicarakan seputar proyek lain yang akan dikerjakan besok.

"Kok elo jorok banget sih Van, ruang kantor kayak ruang gudang begini" Johan ngomel melihat bekas tisu-tisu berserakan di Sofa dan lantai.

"Ntar, ntar, ntar," Devan sibuk memunguti tisu bekas yang berserakan itu, sebelum membuang tisu ke tong sampah dia menyeka-nyeka sofa yang terbuat dari bahan tidak tembus air itu dengan tisu lagi.

"Lo abis makan apa sih, sofa sampek basah berceceran gitu, jorok amat!" Komentar Johan lagi.

"Es krim jatoh tadi" Jawab Devan.

Aku dan Johan lanjut membahas urusan kerja. Devan duduk sambil main laptop. Devan merupakan anak sulungnya si Bos. Aku tidak begitu paham bagaimana Devan, yang aku paham hanya tiga anak bujangnya saja (Johan, Juan dan Jonathan) selama ini Devan jarang nongol di tempat kerja milik ayahnya alias tempatku bekerja.

Oh AdikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang