Tengah malam Gulf menghampiri putranya, entah mengapa ada rasa takut Gulf kehilangan putranya hatinya tidak tenang perasan takut dan kalut bercampur menjadi satu.
"Sayang, apapun yang terjadi kedepanya nanti tetaplah bersama Papa na, Papa mohon jangan tinggalkan Papa karna Papa tidak akan sangup kehilanganmu,"
Gulf mengusap wajah putranya dengan sayang, memandangi wajah yang selalu Membuatnya tersenyum di kala dia lelah, Gulf selalu berpikir apakah putranya ini mirip dengan daddy nya, karna saat dia membandingkan denganya hanya hidung dan mata yang sama persis denganya.
"Apa kau sangat mirip denganya, bagaimana rupanya yang sesunguhnya aku bahkan tidak tau, aku tidak ingin dia bertemu dengan putra ku dan aku berharap aku yang akan bertemu denganya dan akan membunuhnya,"
Rasa benci Gulf tidak akan pernah hilang walaupun saat bertemu nanti dia tidak akan tega membunuh laki-laki itu setidaknya Gulf bisa memakinya, dan menyuruh Sing untuk memukulinya.
"Sayang nya Papa, tetaplah seperti ini sayang,"
Gulf melihat baju kotor Rain yang berserakan pun lalu memungutinya dan dia menaruhnya di keranjang kusus baju kotor, namun dia mencium bau tak asing dari baju Rain bau yang sama tujuh tahun lalu.
"Ke-kenapa bau ini bisa sama persis, siap yang sudah memeluk putra ku? Tidak mungkin ini pasti salah dan pasti tidak hanya dia yang menggunakan parfum seperti ini,"
Gulf menjatuhkan diri di atas lantai yang dingin kejadian tujuh tahun lalu berputar di ingatanya, bagaimana tega laki-laki itu menyetubuhi dirinya bahkan saat dia menangis dan menjerit ketakutan laki-laki itu malah membekap nya, dan setelah puas dia meninggalkan dirinya begitu saja dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Hikss..kenapa semua ini harus terjadi padaku, apa salah ku sehinga nasib buruk menghampiri ku? Bunda Gulf rindu Gulf ingin bunda memeluk ku dan mengucapkan kata-kata penenang untuk ku,"
Rasa sesak kini menghampiri dirinya, rasanya Gulf ingin menangis menjerit hatinya pilu bahkan ayah nya tidak ingin memeluknya, hanya Mild dan Sing yang selalu mengusap bahunya yang selalu bergetar saat mengingat kejadian itu,
Tuan Alex bukanya tidak ingin memeluk Gulf namun dia tidak ingin menangis di hadapan putranya, rasa bersalah karna tidak bisa menjaga putranya dengan baik selalu menghantuinya, bahkan tuan Alex tidak hanya diam saja dia mendatangi dimana kejadian itu dan mencari CCTV yang berada di area lokasi namun nihil tidak ada satu pentujuk apapun.
"Tidak aku tidak boleh menangis, aku harus menjadi orang yang kuat demi anak ku, iya demi Rain,"
Gulf menghapus air matanya, dan menghampiri Rain, lalu dia pun memeluk Rain dan menciumi nya dan setelah itu dia ikut memejamkan matanya.
.
.
.Ahh..ahh..
"Mew terus Mew, lebih dalam lagi Mew,"
Zoom tak henti-hentinya berteriak meminta lebih pada Mew, dia merasa tidak puas jika Mew hanya memberi kenikmatan sekali, dia selalu ingin mengulang dan mengulang namun terkadang Mew merasa bosan, entah mengapa akhir-akhir ini dia tidak bersemangat bercinta dengan Zoom dia merasa Zoom terlalu hambar.
Satu jam permainan pun selesai dengan Zoom yang sudah tertidur, sedangkan Mew pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dan setelah itu dia pergi ke ruang kerjanya dia akan membuka laptopnya dan melihat-lihat foto Rain.
"Sedang apa kau saat ini hmm? Pasti kau sudah tidur aku merindukan mu, jika aku bertemu Papa mu aku akan meminta izin untuk membawamu pergi jalan-jalan berbelanja dan menonton ke bioskop, aku ingin menghabiskan satu hari dengan mu,"
Mungkin Mew sudah gila karna selalu merindukan anak orang lain, rasa kesepian di hatinya yang membuat Mew seperti ini, mungkin saja jika Zoom bisa memberikan keturunan padanya dia tidak akan menjadi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang ketiga (Diterbitkan)
Romansa"Gulf, maafkan aku," "Pergilah Phi, dan jangan pernah lagi kau menemuiku dan Rain,"