BAB 39

83 12 9
                                    

SEBELUM MULAI MEMBACA, PASTIKAN KALIAN SUDAH FOLLOW AKUN INI!
JANGAN LUPA KASIH BINTANG DAN KOMEN YG BANYAK, YA!

○○○
Kepala Ara terasa lebih berat dan pusing setelah meminum obatnya tadi. Wajahnya juga akan terlihat pucat kalau lapisan make-up-nya disingkirkan. Rasanya wanita ini sudah ingin sekali pingsan, tapi karena dirinya sudah berada di atas pelaminan, jadi dia harus menahannya kalau tidak pernikahannya bisa ditunda dan membuatnya harus menunggu lebih lama lagi untuk menjadi istri sah Iqbal.

Tangan kanan pak penghulu dan juga Iqbal sudah saling berjabatan kali ini. Kedua bola mata mereka juga saling tatap menunjukkan rasa seriusnya dalam mengucap kalimat ijab dan qobul yang sedang berlangsung.

Semua pasang mata terfokus pada kedua orang itu, mereka terdiam, menciptakan suasana khitmad, tapi tak banyak pula yang sibuk merekam momen itu agar bisa dikenang setiap masa.

"Saya nikahkan engkau (ananda) Ahmad Iqbal Salim bin Syarif Salim dengan Kiara Hasna Khoirunisa binti Ridwan Al Hasan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." Begitulah lafal ijab yang penghulu ucapkan saat itu dengan pelan pada Iqbal.

Iqbal yang sudah berlatih cukup lama untuk memberikan jawaban untuknya pun menarik nafas dalam lalu mengucapkan, "Saya terima nikahnya Kiara Hasna Khoirunisa binti Ridwan Al Hasan dengan mas kawin tersebut  dibayar tunai."

Sayangnya, kalimat itu belum sempurna ia ucapkan, dan Ara sudah terjatuh di atas lantai dalam keadaan pingsan. Hal ini membuat seorang orang panik dan segera menolongnya.

"Nis, bangun Nis! Kamu kenapa?" Panik Iqbal yang sudah berhasil memindahkan kepala Nisa di atas pangkuannya sembari terus menepuk pelan pipinya.

"Ya Allah, gek, kamu kenapa?" Ucap Evi tak kalah paniknya.

"Cepat telfon dokter, San! Jantungnya sangat lemah!" Seru Iqbal selepas mengecek nadi tangannya.

Afisan mengangguk cepat dan segera mengambil ponselnya lalu menghubungi dokter kenalannya untuk segera datang ke rumah dan memeriksa kondisi Ara. Sementara itu, Iqbal membawanya ke kamar.

Tidak bisa dibayangkan betapa kacaunya acara itu. Harusnya ada kebahagiaan baru di hari itu, tapi malah semuanya berbalik. Terlebih ketika mereka mengetahui kondisi Ara saat ini. Syok, tidak percaya, dan sangat teramat menyayat hati. Terutama untuk keluarga Iqbal. Mereka tidak bisa menerima keadaan Ara jika begini. Sehingga tanpa pikir panjang mereka mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan kekerabatan yang baru saja akan dimulai dengannya. Hancur sekali hati Ara dan keluarganya mendengar hal itu. Air mata pun membanjiri pipi mereka dan membuat riasan wajahnya rusak begitu saja.

"Maaf, kami permisi," pamit Iqbal seraya melangkah keluar setelah kedua orang tuanya memutus hubungan mereka dengan Ara.

Deraian air mata Ara semakin deras kali ini. "Tolong iwa, bujuk mereka untuk tetap melanjutkan pernikahan ini. Aku akan jadi istri dan menantu yang baik untuk mereka. Aku juga pasti akan beri mereka keturunan. Aku akan lakuin apapun untuk mereka dan juga kebahagiaan keluarganya. Tolong, iwa, cegah mereka buat tetap di sini!" Kata Ara memohon pada Evi dengan wajah yang masih pucat dan tubuh lemahnya.

Perasaan Evi sangat hancur melihat anak dari adiknya itu menangis dan memohon padanya hanya untuk mencegah kepergian dari orang yang sama sekali tidak mau mengerti dengan kondisinya saat ini. Evi menggelengkan kepalanya dengan air mata yang tak terbendungkan lagi. Perlahan dia duduk di samping Ara dan mengusap pipinya sembari berkata, "Sudah biarkan saja mereka pergi. Kalau memang Iqbal benar-benar cinta sama kamu, dia pasti akan kembali dengan sendirinya. Serahkan ini semua pada Tuhan."  Katanya mengakhiri air mata yang turun dari mata indah Ara dengan pelukan hangatnya.

BENCI 2✔️ (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang