BAB 33

67 12 7
                                    

SEBELUM MULAI MEMBACA, PASTIKAN KALIAN SUDAH FOLLOW AKUN INI!
JANGAN LUPA KASIH BINTANG DAN KOMEN YG BANYAK, YA!

○○○
Hari baru sudah tiba. Yang berarti, waktu yang dimiliki Ara, tinggal empat puluh delapan jam lagi. Saat ini ia sedang menjalankan rencana pertama yang sudah ia sepakati dengan Gun kemarin. Namun yang menjadi pertanyaan, apa rencana mereka?

Entah lah, kita simak saja ceritanya. Hihihi..

***
Setelah masalah besar yang menimpanya kemarin, Arika menjadi enggan keluar dari kamarnya. Dia terus terdiam dengan pikiran kemana-mana.

"Apa aku bisa sekolah lagi? Apa aku akan mendapat sekolah yang lebih baik? Atau aku harus terhenti karna kesalahan konyol itu?" Seperti itulah kiranya isi pikiran anak itu.

Ditambah lagi saat dia sedikit tersadar akan ucapan kasarnya pada sang ayah kemarin, rasanya otak kecilnya ingin pecah saat itu juga. Dia memang mengaku salah, tapi dia enggan untuk meminta maaf. Itu kesalahan terbesarnya.

"Tok tok tok…" mungkin begitulah suara yang dikeluarkan saat pintu kamarnya diketuk. Dan tak selang lama, suara seorang wanita terdengar dari arah yang sama. "Non, sudah ditunggu papah di ruang makan," ucap wanita itu yang tak lain Bi Rahma.

Ouh, mungkin ini saat yang tepat untuknya mengucapkan kata maaf pada sang ayah. Tanpa berpikir lama, gadis ini pun bangkit dari duduknya sembari berkata, "Iya, bi. Arika kesana sekarang," katanya agak berteriak.

Bi Rahma pun hanya menjawab, "oke, non," lalu kembali mengerjakan tugasnya.

"Pagi, pah," sapa Arika pada Gun yang sudah duduk lebih dari lima menit di kursinya.

"Pagi," balas Gun tersenyum tipis. "Ayok, duduk. Papah udah siapin sarapan spesial buat kamu," ungkapnya mempersilahkan putri pemarahnya itu duduk.

Arika pun tak menolaknya dan duduk di tempat yang memang biasa ia duduki selama ini.

Yang jawab ada di samping kiri meja panjang nan besar itu, kalian benar. Lebih tepatnya di samping tempat duduk Gun yang menempati posisi utama di rumah itu.

Arika nampak bingung saat dirinya sudah duduk, sementara belum ada satupun makanan yang mengisi meja itu, kecuali sebuah tudung saji berbahan dasar stainless yang hanya mampu menutupi satu piring saja.

"Iyah, makanan spesialnya ada di balik penutup itu. Ayok dibuka," ucap Gun seolah mengerti arti sorot mata Arika padanya.

Tanpa bertanya lagi, Arika membuka penutup itu dan sangat terkejut saat melihat isinya.

"Sandwich?" Ucap Arika selayaknya orang yang terkejut ketika mendapat hadiah spesial dari orang yang tentunya spesial juga.

"He'em," respon Gun sambil mengangguk cepat. "Ayok dimakan. Abis itu kasih nilai untuk makanannya, ya!"

Arika juga menjawabnya dengan sebuah anggukan disertai senyum lebarnya yang menunjukkan dengan jelas bahwa dirinya merasa bahagia mendapat kejutan itu dari sang ayah. Tanpa berlama-lama lagi, kedua tangannya mengambil alih roti tumpuk dengan isi sayur, daging, telur, keju, dan saus mayo sebagai pelengkapnya dari atas piring saji. Lantas saja roti isi berbentuk persegi panjang yang sudah terbelah dua secara diagonal itu ia gigit dan telan setelah halus.

Matanya terpejam, menikmati makanan itu. Rasanya sudah lama sekali dirinya tidak makan sandwich yang seenak ini. Hati gadis itu juga menjadi merasa lebih tenang setiap mengunyah perpaduan sempurna menu sarapannya kali ini.

"Rotinya enak banget, pah. Sama persis kayak buatan bunda. Aku jadi kangen," cetusnya begitu saja.

"Oh, ya? Enak ya? Kalo gitu abisin sekarang ya! Biar kamu nggak kangen lagi sama masakan bunda," balas Gun gembira.

BENCI 2✔️ (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang