BAB 42

140 10 4
                                    

SEBELUM MULAI MEMBACA, PASTIKAN KALIAN SUDAH FOLLOW AKUN INI!
JANGAN LUPA KASIH BINTANG DAN KOMEN YG BANYAK, YA!

●●
"Jika sudah berjuang tapi belum bisa mendapatkan, maka lupakan. Biar takdir yang menentukan."

Kaliimat ini benar-benar diterapkan Gun setelah menyadari bahwa dirinya sudah salah memperjuangkan cintanya. Dia rasa itu bukan cinta, tapi hanya sekedar obsesi saja. Perlahan dia pun menjauh dari kehidupan Ara. Namun apa kata takdir? Disaat ia ingin pergi, justru wanita itu menjadi sangat dekat padanya.

Di malam itu, Ara datang kerumahnya dan mengatakan bahwa dia siap untuk dinikahi. Siapa yang tidak terkejut saat itu? Tentu Gun sekeluarga merasakannya. Harapan yang sudah dikubur kini bangkit untuk yang kesekian kalinya.

"Kapan akadnya dilangsungkan?" Tanya Lesti sebagai orang tua Gun.

"Kapan pun aku siap, mah. Kalau bisa besok, aku juga nggak ada masalah," terang Ara menatap dalam mata wanita berjilbab tadi.

Semua berjalan seperti yang Ara inginkan. Di malam itu juga mereka mempersiapkan acara pernikahan itu, dan keesokan harinya pernikahan terjadi. Hanya orang terdekat mereka saja yang menjadi tamu undangan, selebihnya akan datang saat malam resepsi.

"Lukaku akan sembuh sekarang. Dan lukamu akan terbuka mulai saat ini," batin Ara yang kini sudah sah menjadi istri Gun kembali.

Dengan penuh perasaan Gun mengecup keningnya lalu berkata, "Akan aku jadikan kamu sebagai ratu hatiku, dan tidak akan aku biarkan kamu lepas dari pelukanku lagi," katanya dari hati terdalam bersamaan kedua lengannya mendekap Ara. Ara pun hanya tersenyum dan membalas pelukan itu.

○○○
Sembilan bulan berlalu. Pernikahan keduanya berjalan sebagaimana pada umumnya. Gun menjalankan peran sebagai suami dengan sangat baik, begitu pula dengan Ara yang memerankan perannya sebagai istri yang sangat ideal. Tidak pernah sekalipun mereka beradu pendapat kecuali ketika Ara mulai menginginkan seorang anak. Dia sangat berambisi untuk bisa hamil. Entah apa alasannya. Padahal Gun tidak mempermasalahkan tentang hal itu.

Berbagai program kehamilan mereka jalani dengan baik. Akan tetapi tidak ada satupun yang membuahkan hasil sampai saat ini. Putus asa? Tentu tidak. Karena siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan dapat. Dan benar, berkat kesungguhannya, kini Ara bisa hamil. Tentu saja ini adalah hal yang sangat membahagiakan.

Jika pada umumnya kabar kehamilan seorang istri akan didengar pertama kali oleh suami, yang satu ini berbeda. Ara justru membagikan kabar ini pada orang lain yang tak lain adalah Iqbal, mantan calon suaminya. Ini memang ia lakukan secara sengaja untuk membuat hati Iqbal semakin panas. Menurutnya, itu adalah hal yang paling membahagiakan daripada kabar kehamilannya.

"Rasakan! Lukamu bertambah dalam sekarang!" Gumam Ara seraya tertawa jahat.

Saat waktu menunjuk pukul 17.25, Gun yang baru pulang bekerja langsung diberi kejutan oleh Ara. Kamar mereka sudah dihias indah dengan berbagai macam dekorasi berwana biru dan merah muda. Terdapat pula sebuah kotak besar di atas kasur yang tentu saja isinya adalah bukti tes kehamilan Ara. Calon ayah ini langsung melangkah, mengambil kotak itu dan membukanya tanpa ragu. Kini air matanya menetes ketika selembar kertas dan juga dua benda persegi panjang ada digenggamannya.

"Sayang, kamu hamil?" Tanya-nya terbata-bata.

Ara yang sedari tadi hanya diam dan bicara menggunakan bahasa tubuh itupun menjawab, "Iya, mas. Aku akan jadi ibu sedangkan kamu akan jadi ayah," pelannya menatap dalam paras sang suami.

Tanpa aba-aba Gun langsung memeluk tubuh istrinya dan menangis bahagia di sana. Ini adalah kebesaran Tuhan. Segala usaha, pengorbanan, dan doa yang dipanjatkan setiap harinya terjawab sudah. Gun sangat bersyukur untuk itu, sedangkan Ara merasa sangat puas karena tujuannya bisa tercapai. Yah, benar. Tujuan untuk membalas luka yang pernah Iqbal dan keluarganya berikan.

Setitik cerita sebelum Ara datang ke kediaman Gun beberapa bulan lalu, ia baru saja menghadiri acara pernikahan Iqbal di Bali. Dia datang dengan penuh suka cita dan berharap Iqbal bisa bahagia dengan wanita yang dipilih orang tuanya saat itu. Naas, satu jam setelah akad berlangsung, istri Iqbal dinyatakan meninggal karena serangan jantung. Duka pun menyelimuti keluarga Iqbal.

Air mata mereka terus mengalir mengiringi proses pemakaman anggota baru keluarganya itu. Dari air mata itulah rasa suka cita Ara muncul. Sepertinya Tuhan ingin membalas perbuatan mereka padanya waktu itu. Ditambah lagi saat kedua orang tua Iqbal bertekuk lutut di hadapannya, meminta agar dia mau menikah dengan Iqbal guna menghapus duka anak kesayangan mereka. Rasa yang tak bisa dijelaskan itu semakin memuncak.

"Saat itu aku yang berlutut meminta agar kalian mau menerimaku. Tapi kalian menolak dan terus menghinaku. Sekarang lihat, semua itu berbalik saat ini. Kalian harus rasakan sakit yang aku alami juga!" Decit Ara dalam hati.

Lagi lagi dendam membunuh rasa kemanusiaan seseorang. Demi mencapai tujuan itu, dia membuat Gun menjadi korbannya. Pernikahan itu hanya kedok, yang akan menguntungkannya.

Kembali ke cerita...

Namun, diusia kehamilannya yang baru menginjak tiga bulan, bencana besar datang tanpa terduga. Fisik Ara menjadi sangat lemah setiap harinya. Harusnya kandungan itu tidak dipertahankan, tetapi wanita ambisius itu tetap mempertahankannya meskipun nyawanya sendiri yang menjadi taruhannya.

"Ada Allah yang melindungi aku dan bayi kita, mas. Kami pasti akan baik-baik aja. Percayalah!" Tutur Ara sembari menggenggam tangan suaminya yang selalu panik ketika melihatnya kesakitan. Hanya sebuah anggukan tanpa makna yang Gun berikan padanya.

Memasuki bulan ke empat, lima, dan enam, rasa sakit itu masih bisa ia tahan. Namun di bulan ke tujuh, semua itu tidak bisa ditahan lagi. Ara tergeletak lemas bermandikan darah di atas lantai. Suara teriakan minta tolongnya tak bisa didengar oleh siapa pun juga. Sampai akhirnya malaikat pencabut nyawa datang, dan mengambil kedua nyawa dihadapannya. Tidak ada rasa sakit yang bisa melebihi saat ruh dipisahkan dengan jasad. Dan saat sudah terpisah, ruh akan berjalan mencari tempat singgahnya sendiri. Gelap dan terangnya tergantung dari amal yang mereka kerjakan.

Hidup Ara memang sudah usai, tapi dendamnya masih ada sampai saat ini. Perjalanannya menuju terang pun harus tertunda kerena itu.

...TAMAT...

Thanks for Reading
Jumpa di karya selanjutnya❤️

BENCI 2✔️ (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang