Part Twenty Seven

29.5K 2.4K 52
                                    

Jaemin menghampiri Haechan juga Renjun yang sedang menikmati sarapannya di kantin kampus

"Injun echan"

Keduanya menoleh "Nana, ugh akhirnya kau berangkat juga"

Jaemin menyengir menunjukkan gigi rapihnya kepada dua temannya itu.

"Ayo makan dulu, aku tau kau sedang tegang karena Akan sidang kan" Renjun menarik Jaemin untuk duduk

"Tidak, Nana sudah sarapan tadi"

"Dimana? Kau sarapan di mana?"

"Di rumah sakit, tadi bubu membawakan sarapan ke rumah sakit"

"Ya sudah, awas kau berbohong" Haechan menunjuk Jaemin dengan tajam

Jaemin hanya mengangguk dan menunggu kedua temannya selesai makan. Tak sampai 15 menit mereka sudah selesai dan menuju ke ruang sidang

"Aku takut" ucap Haechan

"Jangan takut echan, tidak apa-apa kau pasti bisa"

Haechan mengangguk dengan sedikit gelisah, ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi kekasihnya, Mark.

Sedangkan Renjun hanya diam, seakan tak gugup sama sekali namun nyatanya jantungnya berdebar kencang sedari tadi.

"Um.. echan injun aku ingin ke toilet" pamit Jaemin

Keduanya temanya menoleh "ingin di antar?"

Jaemin menggeleng "tidak, Nana bisa sendiri"

Lalu Jaemin berjalan ke toilet yang berada sedikit jauh dari sana. Tanpa tau ada yang mengikutinya dari belakang

--

Bruk

Brak

Bugh

Bugh

Plak

Jaemin terpental jauh dengan tubuh yang sudah babak belur. Ia menangis hebat dan berteriak kesakitan, badannya seolah remuk dan Pipinya panas menerima tamparan berkali-kali

"Kau! Berani-beraninya mendekati Yeonjun!"

"Dasar berengsek!!! Mati kau!"

"Orang miskin sialan! Jalang sialan!"

Cuih

Orang tersebut meludah tepat di wajah jaemin yang sudah banyak lebam apalagi darah yang mengalir dari dahi pemuda manis tersebut

"Ini baru peringatan! Jika aku Melihat kau mendekati Yeonjun. Aku tak akan segan menghajar mu lebih dari ini!"

Jaemin tak menjawab dan hanya menangis sesenggukan, kepalanya sudah pusing luar biasa.

Jaemin berada di toilet pria namun tak tau mengapa seorang gadis bisa masuk ke sana bersama kedua temannya. Lalu tanpa aba-aba gadis itu menghajar Jaemin bersama teman-temannya. Jaemin yang tak siap hanya bisa pasrah saat ia di hajar habis-habisan

Dan toilet pria memang sedang sepi, hingga membuat ke 3 aksi gadis tersebut berjalan mulus tanpa hambatan.

Bruk

Jaemin pingsan setelah kepalanya berdenyut nyeri, ia sudah tak kuat.

--

Langkah kaki tergesa-gesa menggema di lorong rumah sakit yng sedikit ramai. Wajah tampan yang biasanya hanya menunjukkan ekspresi datar sekarang sudah hampir menangis dengan raut panik. Di belakangnya ada guanlin yang mengekori Jeno tak kalah paniknya

Jaemin berada di IGD karena kepalanya terbentur keras hingga Jaemin pingsan. Jeno bisa melihat di depan IGD ada yuta serta winwin yang menangis di sana

"Paman, bibi"

Keduanya menoleh "nak Jeno hiks... Nana hiks"

Jeno mengusap pelan bahu winwin yang menangis, ia geram dengan orang yang membully Jaemin. Jika dulu Jaemin mendapatkan bully mental sekarang ia mendapatkan bully fisik yang melukai Jaemin

Tak lama pintu ruang IGD di buka dan menampilkan dokter yang menangani Jaemin.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya winwin

"Pasien mengalami benturan yang lumayan keras hingga membuatnya tak sadarkan diri, mohon jangan di tanya terlalu banyak saat pasien sadar" jelas dokter

"Ada luka serius dok?" Kali ini jeno yang bertanya

"Tangan dan kaki pasien juga mendapatkan benturan keras, sementara pasien tidak di perbolehkan berjalan dan bergerak terlalu sering"

Jeno mengeraskan rahangnya mendengar penjelasan dokter. Ia menoleh ke guanlin

"Cari orang-orang yang melukai Jaemin" desisnya

Guanlin patuh dan berjalan keluar untuk menghubungi anak buahnya. Sedangkan Jeno masih di sana dengan kedua orangtua Jaemin

"Pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat, mohon keluarga untuk melunasi admistrasi terlebih dahulu"

"Ruang VVIP sebelah dengan ruangan Jung Jisung" ucap Jeno tiba-tiba

Membuat yuta dan winwin membelalakkan matanya terkejut "nak Jeno, kita tidak punya uang untuk membayar ruangan VVIP"

"Tidak apa-apa paman, nanti biar Jeno yang bayar. Sekarang paman dan bibi fokus saja dengan Jaemin oke?"

Yuta memeluk Jeno "terimakasih nak Jeno"

Jeno tersenyum kecil "sama-sama paman, saya permisi dulu ingin membayar administrasi Jaemin"

Setelah Jeno pergi, Beberapa perawat membawa brangkar Jaemin yang masih terbaring lemah dengan alat bantu pernafasan.

Ibu dan ayah mana yang tidak hancur saat anak satu-satunya mereka mengalami hal seperti itu? Winwin kembali menangis hebat sembari mengikuti kemana brangkar itu di dorong bersama dengan yuta juga




TBC
Aneh gak sih?

Pak Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang